Kakao

Distanbun Aceh Tingkatkan Produktivitas Tanaman Kakao dengan Sistem Peremajaan & Insektisida Nabati

Pakat Kakao Aceh yang dilanjutkan dengan peremajaan dan  pemangkasan tanaman kakao di Aceh Tamiang.“Program kegiatan peremajaan, pemangkasan tanaman

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Kadistanbun Aceh, Cut Huzaimah, sedang tanam kakao di Aceh Tamiang, Kamis (25/8). 

Laporan Herianto l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, terus melakukan pembinaan terhadap komoditi unggulan daerah ini, yaitu tanaman kakao.

Minggu kemarin, melalui UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Distanbun Aceh, menyalurkan insektisida nabati kepada petani kakao di Aceh Besar, Pidie dan Pijay.

Peremajaan Kakao Belum Miliki Grand Design, Mursil Sarankan Tiru PSR Kelapa Sawit

Minggu ini, melakukan kegiatan Duek Pakat Kakao Aceh yang dilanjutkan dengan peremajaan dan pemangkasan tanaman kakao di Aceh Tamiang.

“Program kegiatan peremajaan, pemangkasan tanaman kakao, dan duek pakat serta penyaluran insektisida nabati yang sudah kita lakukan kepada petani kakao di Aceh, tujuannya untuk peningkatan  produktivitas kakao Aceh yang masih tergolong rendah,” kata Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP didampingi Kabid Perbenihan, Produksi dan Perlindungan Perkebunan, Farrurazi kepada Serambi, Jumat di Banda Aceh.

Distanbun Aceh Salur Insektisida Nabati Bantuan Kementan kepada Petani Kakao 3 Daerah Ini

Jumlah petani kakao di Aceh saat ini, sebut Cut Huzaimah mencapai 124.868 KK, sementara luas areal tanamannya 97.155 hektar. Sedangkan produksi kakaonya baru sekitar 40.724 ton.

Ini artinya, produktivitas tanaman kakao kita di Aceh masih tergolong rendah 719 Kg/hektare, jauh di bawah produktivitas rata-rata kaka nasional sudah mencapai 900 Kg/hektare.

Ada beberpa cara yang perlu kita lakukan untuk peningkatan tanaman kakao itu. Pertama peremajaan tanaman yang sudah tua, dengan tanaman muda bibit unggul produktivitas tinggi.

Kemudian melakukan pemupukan teratur dan berimbang serta pemangkasan tanaman yang terjadwal, serta permanen dan pengolahan buah kakau yang benar.

Dalam pelaksanaan pemeliharaan dan pemupukan, kata Cut Huzaimah, lakukan penyemprotan insektisida nabati dan pupuk organik.

Program pemangkasan tanaman kakao yang dilakukan setiap tahun ke kebun tanaman kakao petani di daerah secara bergiliran, agar SDM petani kakaonya meningkat, dan itu akan berdampak pada peningkatan produktivitas.

Untuk melatih dan mengajak petani melakukan pemangkasan ranting tanaman kakao, secara tepat waktu dan terjadwal, kata Kadistanbun Aceh, harus berulang kali. Setelah penyuluh Distanbun Aceh melakukan pada tahun ini, untuk tahun berikutnya Distanbun Kabupaten/Kota melakukan kegiatan hal yang sama, untuk daerahnya.

Pemangkasan ranting tanaman kakao, kata Cut Huzaimah, mutlak dilakukan, untuk mendorong tunas baru, agar buah tanaman kakao ke depan bisa lebih banyak lagi.

Buah tanaman kakao itu muncul di bagian ranting dan batang tanaman kakao, jadi ilmu memangkas ranting dan tanaman kakao itu, perlu kita ajari kepada petani kakao pemula.

Kenapa kami tidak pernah berhenti memberikan pembinaan teknis peningkatan produktivitas kakao kepada petani, ungkap Cut Huzaimah, karena tanaman kakao ini merupakan komiti perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi.

Tanaman ini merupakan bahan baku untuk coklat yang berbuah sepanjang tahun. Harga jual komoditi ini juga cukup lumayan tinggi.

Harganya juga memiliki kelas. Untuk kakao grade A harga belinya Rp 50.000/Kg, grade B Rp 40.000/Kg dan grade C Rp 30.000/Kg. Harga jual kakao ini, sangat ditentukan dari pemeliharaan tanaman/pemangkasan, pemupukan dan pemanenan dan pengolahannya.

Coklat grade A itu, dimulai dari buah kakao yang di panen, harus semakin bagus, akan menghasilkan bubuk coklat yang bermutu tinggi. Jenis makanan coklat saja cukup banyak. Untuk coklat kualitas grade A, pasti harganya mahal, karena rasanya besa dengan coklat grade B dan C.

Oleh karena itu, supaya 124.724 KK petani coklat yang ada di Aceh, pendapatannya bisa meningkat, maka Distanbun Aceh bersama Distanbun Kabupaten/Kota, harus terus melakukan pembinaan dan pelatihan kepada petani kakao di daerahnya.

Karena, permintaan kakao dunia masih tetap tinggi, sehingga pasar kakao Indonesia, di pasaran dunia juga masih tinggi, seperti kopi.

Pasca pandemi covid 19, kata Kabid Perbenihan, Produksi dan Perlindungan Perkebunan, Fahcrrurazi, produksi tanaman komoditi perkebunan di seluruh dunia mengalami penurunan produksi. Jadi, peluang pasar komoditi kakao di pasaran dunia terbuka lebar.

“Buktinya, buah kakao petani di Aceh, tidak ada yang terbuang, semuanya laku terjual, setelah diolah bagus. Pedagang  pengumpul kakao lokal dan luar daerah, terus mencari buah kakao petani dari Aceh. Itu bisa kita lihat, sampai kini belum ada petani kakao yang menyatakan buah kakaonya belum ada yang beli,” ujar Fachrurrazi.  

Pembinaan tanaman kakao yang dilakukan Distanbun Aceh ini, kata Fachrurrazi, karena kita berharap, suatu waktu tanaman kakao di Aceh menjadi tanaman dan buah kakao yang berkualitas dan menjadi incaran dan idola produsen makanan coklat nasional dan dunia, karena penggunaan pupuk organik dan insektisida nabatinya.(*)

Bertarung di Stadion Mini Jantho, Putra Krueng Jreu Singkirkan Lampanah Lengah

Turki Tangkap Bintang Pop Gulsen, Dituduh Menyebar Kebencian dan Permusuhan

Anak-Anak Arab Saudi Bersaing Menjadi Koki Terbaik di Festival Riyadh Home Coming

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved