Video
VIDEO Operasional Melonjak Ratusan Nelayan Pijay Pilih Tak Melaut
Selama melejitnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ratusan nelayan di Pidie Jaya (Pijay) lebih dominan tidak melaut.
Penulis: Idris Ismail | Editor: Yuhendra Saputra
Laporan Idris Ismail | Pidie Jaya
SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Selama melejitnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ratusan nelayan di Pidie Jaya ( Pijay) lebih dominan tidak melaut.
Pantauan Serambinews.com, Rabu (14/9/2022) di kawasan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Kuala Panteraja, Pijay umumnya boat berkekuatan 15 sampai 30 GT ditambatkan pada PPI setempat.
Hal ini dilakukan oleh para toke boat setempat menyusul mahalnya biaya operasional. Dampak melonjaknya harga BBM baik untuk jenis solar dan Pertalite.
Sementara hasil tangkapan yang diperoleh tidak sebanding dengan harga modal yang dikeluarkan.
"Setiap kali melaut untuk ukuran boat 15 GT rata-rata membutuhkan biaya BBM serta operasionalnya mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta," sebut Faisal (46) selaku toke boat di Kecamatan Panteraja, Pijay kepada Serambinews.com, Rabu (14/8/2022).
Sementara hasil tangkapan nelayan yang diperoleh selama dua pekan terakhir rata-rata satu tong fiber dan sesekali dua tong fiber. Dengan demikian para nelayan kerap merugi.
Hal ini tidak sebanding modal yang dikeluarkan dengan pendapatan berupa hasil tangkapan yang diperoleh.
Menurut Faisal, ekses yang terjadi secara berturut-turut selama dua pekan terakhir Tersebut maka para nelayan lebih memilih untuk sementara waktu tidak melaut.
Jikapun ada boat yang melaut itupun memperoleh hasil tangkapan dengan keberuntungan.(*)
Baca juga: VIDEO KONI Bahas Aturan Baju Atlet di Aceh Untuk Pelaksanaan PON 2024
Baca juga: Kylian Mbappe Bisa Saja Hijrah ke Real Madrid Tahun Depan, Kontrak Bersama PSG Bermasalah?