Berita Langsa

Disbudpar Aceh Gelar Pameran Koleksi Museum Keliling Aceh, Kali Ini di Langsa Hingga Minggu Depan

Pj Wali Kota Langsa diwakili Asisten 1, Suriyatno, AP, M.SP, saat membuka Pameran Koleksi Museum Aceh, mengatakan menyambut baik kegiatan pameran muse

Penulis: Zubir | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/ZUBIR  
Asisten 1 Setdako Langsa, Suriyatno, AP, M.SP, Kepala museum Provinsi Aceh, Muda Farsyah, S. Sos, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Langsa, Suhartini, MPd, dan lainnnya memukul dabuh pada pembukaan Pameran Koleksi Museum Keliling Aceh, di Museum Kota Langsa, Senin (3/10/2022) 

Pj Wali Kota Langsa diwakili Asisten 1, Suriyatno, AP, M.SP, saat membuka Pameran Koleksi Museum Aceh, mengatakan menyambut baik kegiatan pameran museum yang diadakan Disbudpar Aceh di Kota Langsa ini.

Laporan Zubir | Langsa

SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata atau Disbudpar Aceh bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Langsa mengadakan Pameran Koleksi Museum Keliling Aceh 2022. 

Pameran di Museum Kota Langsa ini, Senin - Minggu (3-9/10/2022). 

Pj Wali Kota Langsa diwakili Asisten 1, Suriyatno, AP, M.SP, saat membuka Pameran Koleksi Museum Aceh, mengatakan menyambut baik kegiatan pameran museum yang diadakan Disbudpar Aceh di Kota Langsa ini.

Kata Suriyatno, saat ini menurut informasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaam Aceh hanya baru ada 6 museum di Aceh dari 23 kabupaten/kota, termasuk satu museum di Kota Langsa.

Ini tentunya sangat miris dengan keberadaaan sejarah dan budaya Aceh yang telah disematkan menjadi budaya dunia.

Sejarah Aceh bukan skala daerah maupun nasional, tapi sejarah Aceh berskala dunia. 

Baca juga: VIDEO Makam Raja-Raja Dinasti Bugis di Museum Aceh

Bahkan berbicara sejarah Aceh, negara-negara di Eropa saja tidak mungkin tidak mengenal dengan Aceh, termasuk Arab dan Turki tidak asing dengan nama Raja Aceh, Sultan Iskandar Muda.

Bagaimana sejarah Raja Aceh Iskandar Muda, sejarah Perang Aceh, sejarah Perang Sabil, dan lain-lainnya.

"Mungkin saja kita saat ini juga terputus-putus mengketahuinya, sejarah Aceh itu harusnya ada lengkap di Museum," ujarnya.

Mungkin, sambung Asisten 1, tentang informasi sejarah Aceh itu terlengkap adanya sekarang di negara Belanda, di Museum Leiden. 

"Negara luar begitu peduli dengan sejarah kita, tapi kita tidak begitu peduli, ini masalah bagi kita," sebutnya.

Baca juga: Museum Aceh Bakal Hadirkan Pameran Literasi Sejarah dan Budaya Aceh

Seperti di Pulau Jawa, sejarah mereka itu juga terjaga dan simpan, supaya sejarah mereka bisa terus-menerus diwariskan ke generasi-generasinya.

Tetapi minim kali untuk di Aceh, mungkin dirinya yakin 20 tahun atau 100 tahun mendatang lagi anak-anak Aceh tidak tahu lagi sejarah Aceh. 

Hal ini tugas berat, membangun infrastruktur tidak payah, membangun peradaban yang cukup sulit. 

Jangan sampai 100 tanun nanti peradaban Aceh ini akan hilang, jika tidak dari sekarang kita tidak peduli dan cinta tentang sejarah Aceh untuk diwariskan ke generasi selanjutnya.

"Dulu orang tua di Aceh menidurkan anak-anaknya saja dengan menyanyikan hikayat Aceh, tapi sekarang nyaris tidak ada lagi," paparnya.

Peradaban Aceh sangat besar, tapi orang Aceh sendiri sekarang sulit membuktikannya. Ini menjadi PR bagi kita semua. 

Oleh karenanya, ia menyambut baik apa dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh melaksanakan Museum Keliling di Kota Langsa.

Baca juga: Museum Aceh Hadirkan Pameran Alat Musik Tradisional Bersama 31 Museum se-Indonesia

Bahkan Suriyanto mengusul jika bisa di Kota Langsa jangan sekali setahun, tapi Koleksi Museum Keliling Aceh ini dibuat lebih. 

Kepada Dinas Pendidikan Langsa, Suriyatno juga meminta jika bisa menyisihkan 20 persen anggarannya untuk kurikulum tentang sejarah, tidak harus semua anggarannya untuk fisik. 

Sejarah peradaban Islam jika tidak ada yang asli, tapi bisa dibuatkan reflikanya disediakan di Museum, biar anak-anak tahu sejarah peradaban Islam di Aceh.

"Kita juga berharap sejarah dan peradaban Aceh masuk kurikulum wajib sekolah di Aceh," tutup Suriyatno.

Kadisbudpar Aceh melalui Kepala Museum Provinsi Aceh, Muda Farsyah, SSos, mengatakan pameran ini merupakan salah satu dari tugas pokok dan fungsi Museum Aceh untuk memperkenalkan koleksinya sebagai lembaga edukasi di masyarakat. 

Museum Aceh sebagai museum daerah Aceh telah berusia 107 tahun dan telah mengoleksi dan merawat 6 ribu lebih koleksi, yang terbagi ke dalam 10 jenis koleksi.

Berupa geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, senirupa dan teknologika.

"Kesemua jenis koleksi tersebut memiliki nilai yang sangat tinggi dari segi historis, budaya dan ilmu pengetahuan," ujarnya.

Dia menambahkan, melalui Pameran Keliling ini Museum Aceh ingin mengenalkan 10 jenis koleksi tersebut ke berbagai daerah di Aceh. 

Sosialisasi Museum Aceh di daerah sangat penting untuk mengenalkan koleksi tersebut kepada masyarakat khususnya kepada kalangan pelajar. 

Diharapkan melalui pameran ini masyarakat lebih kenal dengan Museum Aceh dan melalui koleksi yang dipamerkan akan lebih mengetahui peningggalan sejarah.

Budaya dan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh Aceh sebagai asset penting dalam kemajuan peradaban sebuah bangsa. 

Semoga dengan adanya pameran keliling ini akan membuka wawasan tentang betapa pentingnya sebuah museum sebagai lembaga yang menyimpan asset penting.

Sebagai warisan masa lalu untuk menyampaikan pesan kepada masa kini dan akan datang. 

Kemajuan sebuah museum tentu saja sangat membutuhkan kepedulian dari semua pihak terutama pemerintah daerah setempat. 

Semoga dengan adanya kerjasama yang baik antar museum akan memberi manfaat yang banyak kepada masyarakat terutama ilmu pengetahuan di kalangan pelajar.

"Semoga pameran ini mampu memberi edukasi kepada semua pihak terutama pengunjung pameran keliling ini dan semoga bermanfaat," imbuhnya. (*)

 

 
 
 
 
 
 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved