Breaking News

Kisah Pilu Ibu Muda, Suami dan Anaknya Tewas Tragedi Kanjuruhan Diduga Sesak Nafas kena Gas Air Mata

Seorang balita umur tiga tahun meninggal dunia usai tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Editor: Faisal Zamzami
SURYA.CO.ID/Luhur Pambudi/Istimewa
Elmiati (baju putih) warga Blimbing, Malang, saat ditemui di kediamannya, kawasan Jalan Sumpil Gang 2, Purwodadi, Blimbing, Malang. Suami dan anak balita Elmiati meninggal dunia dalam tragedi Stadion Kanjurahan. | Kondisi tribun penonton disesaki gas air mata yang ditembakkan polisi usai laga Arema melawan Persebaya di Satdion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. 

SERAMBINEWS.COM - Seorang balita umur tiga tahun meninggal dunia usai tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Korban bernama M. Virdi Prayoga (3) warga Blimbing, Kota Malang ini dievakuasi ke RSUD Kanjuruhan sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

Direktur Utama RSUD Kanjuruhan, Bobby Prabowo mengatakan, penyebab tewasnya balita tersebut sama seperti korban-korban lain, yakni diduga akibat hipoksia karena disebabkan tembakan gas air mata.

Hipoksia merupakan kadar oksigen dalam sel-sel tubuh yang rendah ditandai dengan gejala sesak napas.

"Sama seperti korban lain, yaitu diduga hipoksia," ujar dia melalui sambungan telepon, Selasa.

Dia memastikan balita itu diantar ke rumah sakit oleh pihak kepolisian dalam kondisi telah meninggal.

Namun, korban tidak lama transit di RSUD Kanjuruhan, karena segera teridentifikasi oleh keluarga dan langsung dibawa pulang.

"Orangtuanya yang membawa pulang," tegas dia.

Baca juga: Ayah dan Ibunya Tewas Tragedi Kanjuruhan, Polri Wujudkan Cita-Cita Anak Yatim Piatu Ini Jadi Polisi

Cerita Pilu Ibu Korban

Sementara itu, ibu korban yakni Elmiati (33) merasa terpukul dengan tragedi yang menewaskan ratusan nyawa tersebut.

Sebab, dalam peristiwa kelam itu dia tak hanya kehilangan balitanya tetapi juga sang suami, Rudi Harianto.

 

Air mata ibu dua anak itu sepertinya telah mengering, karena terlalu sering terkuras duka hampir setiap saat. 

Mengenang kembali petaka pada dua hari lalu pada Sabtu (1/10/2022) itu, kini Elmiati hanya bisa melamun dan menatap kosong ke arah lain.

Elmiati tak menyangka, di malam itu, sang suami, Rudi Harianto dan anak bungsunya M Firdi Prayogo (3) bakal meninggal dunia akibat terhimpit kerumunan suporter yang panik karena upaya pembubaran massa dari aparat yang menggunakan pelontar gas air mata

Seingatnya, insiden kerusuhan tersebut terjadi seusai peluit panjang pertandingan dibunyikan, sekitar pukul 22.00 WIB. 

Para pemain kedua belah pihak kesebelasan yang berlaga bergegas memasuki pintu utama ruang ganti Stadion Kanjuruhan

Di momen itu, sejumlah penonton yang berupaya menaiki pagar pembatas tribun, berhasil merangsek masuk menyusuri tengah lapangan pertandingan. 

Psikologis massa suporter yang saat itu kecewa dengan kekalahan Arema FC mendadak makin keruh. Ratusan aparat yang semula bersiaga di sudut-sudut area stadion, mulai menyebar dan mengejar setiap suporter yang terpantau berlarian. 

Entah dari mana asalnya beberapa selongsong gas air mata beterbangan ke arah area tribun 13, tribun yang menjadi tempat Elmiati bersama suami yang sedang mendekap anaknya dalam gendongan, menonton laga Derbi Jatim tersebut.

"(Lontaran bola gas air mata) iya ke arah tribun. Lontaran itu masuk ke kerumunan penonton. Suami saya mengajak pulang, ayo pulang aja selak adik keno gas (keburu anak terkena gas). Posisi itu sudah ricuh," ujarnya saat ditemui SURYA.CO.ID di kediamannya, kawasan Blimbing, Malang, Senin (3/10/2022) 

Keluarga kecil itu berjalan menyusuri tangga tribun yang juga menjadi tempat mereka semula masuk untuk menonton. 

Kepanikan karena gas air mata tersebut, membuat semua orang di atas tribun 13 itu memiliki pikiran yang sama dengan Elmiati dan sang suami. Yakni memanfaatkan tangga tribun tersebut untuk keluar menghindari kepungan gas air mata

Ternyata, di tangga tersebut, terdapat ratusan orang yang berjejal. Nahas, Elmiati, suami dan balita mereka terlanjur merangsek ke dalam tangga karena terdorong oleh ratusan orang lainnya di belakang mereka. 

"Posisi saya ada di pinggir di tangga pegangan biru-biru itu. Suami saya berada di dekat pintu gerbang. Suami saya berada di baris kedua dekat pintu gerbang (yang tertutup)," ungkapnya. 

Lantaran terus terdesak merangsek masuk ke dalam tumpukan orang. Elmiati yang semula berdiri di belakang suami, mengaku tiba-tiba kehilangan sosok suami dari pandangan matanya. 

Entah di mana keberadaan sang pujaan hatinya itu dan sang anak. Apakah sudah berhasil keluar menyelamatkan diri atau malah terinjak kerumunan. 

Tubuh Elmiati juga tergencet di antara tumpukan tubuh penonton. Pada momen serba pelik nan putus asa itu, Elmiati mengaku sempat merasa bahwa di situlah ajalnya akan tiba. 

"Saya juga sudah pasrah kalau nanti ikut meninggal, saya meninggal dengan suami dan anak saya, pikiran saya cuma begitu," gumamnya kala itu sembari mengenang. 

Apalagi di tengah himpitan ratusan tubuh suporter yang merangsek segala sisi tubuhnya, Elmiati melihat langsung dengan mata kepala sendiri kengerian itu. 

Wajah-wajah para suporter yang semula melihat pertandingan sepak bola di atas tribun bersamanya itu berteriak, merintih kesakitan meminta bantuan pertolongan hingga terkapar sekarat tak berdaya dengan mulut mengeluarkan busa. 

"Itu (orang-orang) masih teriak-teriak. Ada yang keluar busa. Ada yang sekarat. Saya lihat sendiri," ungkapnya. 

Entah dari mana datangnya laiknya malaikat penolong, tubuh Elmiati tiba-tiba ditarik oleh orang lain agar terhindar dari desakan kerumunan tersebut, untuk kembali mencari area lapangan yakni di atas tribun. 

Tak seperti beberapa menit sebelumnya. Area tribun tersebut kini bebas dari asap gas air mata. Hujan gerimis yang menghujani stadion tersebut menghilangkan asap gas. 

"Ternyata, ada yang menolong saya. Saya diajak ke atas tribun lagi. (Gas air mata hilang) bukan karena angin, tapi karena hujan," terangnya. 

"Saya dirawat saudara saya. Saya diminta istirahat dan saudara saya itu pergi cari suami dan anak saya," tambahnya. 

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, New York Times Sorot Polisi Indonesia Tembak Gas Air Mata: Seolah Kebal Hukum

Pencarian suami dan anak

Berbekal dokumentasi foto wajah sang anak dan sang suami dalam memori kamera ponselnya, Elmiati berhasil menemukan keberadaan sang anak sekitar pukul 01.00 WIB, atau tiga jam seusai kerusuhan tersebut. 

Foto tersebut dicocokkan oleh beberapa orang saudaranya yang berusaha membantu mencari keberadaan sang suami dan anaknya. 

Ternyata, wajah imut nan tampan dari buah hatinya itu telah terbujur kaku di dalam kantung jenazah yang teronggok di salah satu lorong kamar mayat RSUD Kanjuruhan Malang. 

Sedangkan, sejam kemudian, jasad sang suami ternyata berhasil ditemukan di kamar mayat RS Wava.

Kedua jasad orang tercinta Elmiati itu, akhirnya dibawa ke rumah duka Jalan Sumpil Gang 2, Purwodadi, Blimbing, Malang, sebelum azan petanda Salat Subuh berkumandang. 

Elmiati juga mengaku  dirinya tidak memiliki firasat yang menandai adanya insiden nahas tersebut. Hanya saja, sekitar dua pekan sebelum insiden tersebut terjadi. Sang suami sempat mengaku kepadanya, bermimpi kalau rambutnya terpotong. 

Namanya juga bunga tidur, ujar Elmiati, cerita bagaimana rambut sang suami bisa terpotong dalam penggalan mimpi itu juga tak terlalu jelas. 

Hanya saja, ungkap Elmiati, semenjak sang suami menceritakan pengalaman aneh tentang mimpinya itu, perilaku sang suami dirasa belakangan berubah. Seperti merasa resah dan takut. 

"Rambutnya sudah dipotong. 'Ma aku kok mimpi rambutku aku potong yo' sembari istighfar. 
Dan (belakangan) terlihat resah, enggak seperti biasanya, habis mimpi itu," jelasnya. 

Menonton sepak bola di dalam stadion, kini menjadi kengerian tersendiri bagi Elmiati, sejak peristiwa yang membuatnya kehilangan nafsu makan sejak dua hari lalu. 

Trauma mendalam, tentu itu yang dirasanya kini. Apalagi, sebenarnya sang suami dan dirinya juga bukan pegiat sepak bola. 

"Baru 2 kali ini nonton sepak bola. Kurun setahun. Sebenarnya suami saya engga terlalu fanatik, hanya saja, pingin cari hiburan biar gak bosen. Yang suka sepak bola, anak saya yang kecil," ujar perempuan berkerudung itu. 

Elmiati tak ingin muluk-muluk. Dari insiden tersebut, ia hanya meminta agar sejumlah pihak dan stakeholder terkait mengevaluasi sistem pengamanan di dalam stadion. 

Terkait polemik penyebab kematian ratusan suporter yang diduga karena kekeliruan aparat dalam melontarkan gas air mata ke arah tribun, Elmiati mengaku, dirinya sudah tak peduli dengan hal tersebut. Apakah bakal diusut atau tidak. Ia memilih pasrah. 

"Kenapa yang ricuh di lapangan. Tapi kok yang kena gas air mata yang di tribun juga ikut ditembak, karena ada anak kecil. Dan memperketat lagi proses pengamanannya. Terserah, pasrah (soal penyelidikan) agar tidak terjadi masalah lagi," pungkasnya.

Baca juga: UPDATE Ular Meneror, Kerap Mangsa Ternak di Aceh Singkil

Baca juga: UPDATE Kilang Padi di Lembah Sabil Nyaris Ludes Dilalap Sijago Merah

Baca juga: Kilang Padi, Teror Ular sampai Rumah Terancam Ambruk - LIVE UPDATE ACEH MALAM SELASA (4/10/2022)

 

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Pilu Ibu Muda di Malang, Suami dan Anak Balitanya Jadi Korban Meninggal Tragedi Stadion Kanjuruhan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved