Internasional
Reformis Terkemuka Iran Dihukum Lima Tahun Penjara, Pengacara Tolak Ajukan Pembelaan
Seorang reformis terkemuka Iran Mostafa Tajzadeh, yang telah berulang kali menyerukan perubahan rezim dihukum lima tahun penjara.
SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Seorang reformis terkemuka Iran Mostafa Tajzadeh, yang telah berulang kali menyerukan perubahan rezim dihukum lima tahun penjara.
Pria berusia 65 tahun, yang ditangkap pada 8 Juli 2022, sebelum gelombang demonstrasi yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini telah menjalani hukumannya.
Dia memilih untuk tidak mengajukan banding, kata pengacara Houshang Pourbabai di Twitter.
"Klien saya Mostafa Tajzadeh dihukum lima tahun penjara karena berkomplot melawan keamanan negara, dua tahun karena kebohongan dan satu tahun karena propaganda melawan sistem," kata Pourbabai.
Dia mengatakan hukuman penjara akan berjalan bersamaan, sehingga kliennya akan menjalani hukuman lima tahun penjara.
Dilansir AFP, Rabu (12/10/2022), Tajzadeh menolak untuk melakukan pembelaan apa pun di persidangannya, yang dibuka pada 13 Agustus 2022.
Pengadilan menolaknya untuk berkonsultasi secara pribadi dengan pengacaranya.
Baca juga: Prancis Tuduh Iran Tahan Lima Warga Negaranya, Minta Segera Dibebaskan
Istri Tajzadeh, Fakhrossadat Mohtashamipour, yang juga seorang aktivis reformasi terkemuka, menyatakan keprihatinan suaminya ditahan di sel isolasi meskipun kesehatannya buruk.
Seorang mantan menteri pemerintah di bawah kepresidenan Mohammad Khatami, seorang reformis yang mengawasi pemulihan hubungan dengan Barat dari 1997 sampai 2005, Tajzadeh telah menghabiskan tujuh tahun penjara.
Dia dipenjara bersama para pemimpin reformis lainnya setelah pemilihan kembali presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad memicu protes massa pada 2009.
Tajzadeh terdaftar untuk berdiri di atas platform reformasi dalam pemilihan presiden tahun lalu.
Tetapi, seperti kebanyakan calon reformis lainnya, pencalonannya ditolak oleh Dewan Wali, yang memeriksa semua kandidat untuk jabatan publik.
Dalam materi kampanyenya, Tajzadeh menyebut dirinya sebagai warga negara, seorang reformis” dan tahanan politik selama tujuh tahun.
Dia mengecam pemblokiran di Internet, campur tangan militer dalam politik, ekonomi dan pemilihan dan kebijakan luar negeri yang mahal dan pro-Rusia yang didorong oleh anti-Amerikanisme.(*)
Baca juga: Pasukan Keamanan Iran Tangkap Pelajar Kurdi, Demonstrasi Kematian Mahsa Amini