Berita Banda Aceh

UIN Ar-Raniry Sudah 59 Tahun, Makam Syekh Nuruddin Ar-Raniry belum Tahu di Mana, Begini Sikap Rektor

Nama UIN Ar-Raniry kian masyhur seantero negeri dengan nama Syekh Nuruddin Ar-Raniry, ulama Ahli Fiqh abad ke-16 masehi tersebut. Konon lagi, UIN Ar-R

Penulis: Subur Dani | Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com/Subur Dani
Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Mujiburrahman, saat berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia, Senin (17/10/2022) 

Nama UIN Ar-Raniry kian masyhur seantero negeri dengan nama Syekh Nuruddin Ar-Raniry, ulama Ahli Fiqh abad ke-16 masehi tersebut. Konon lagi, UIN Ar-Raniry merupakan kampus tertua pendikan Islam tinggi di Indonesia.

Laporan Subur Dani | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sudah 59 tahun, kampus Universitas Islam Negeri (UIN) di Aceh menggunakan nama Ulama sekaligus Mufti Kerajaan Aceh bermazhab Syafi’i, Syekh Nuruddin Ar-Raniry sebagai nama kampus.

Nama UIN Ar-Raniry kian masyhur seantero negeri dengan nama Syekh Nuruddin Ar-Raniry, ulama Ahli Fiqh abad ke-16 masehi tersebut. Konon lagi, UIN Ar-Raniry merupakan kampus tertua pendikan Islam tinggi di Indonesia.

Namun, penggunaan nama ulama besar asal Ranir (Rander) yang merupakan kota pelabuhan tua di Pantai Gujarat (India) ini mulai dibicarakan pada milad ke-59 UIN Ar-Raniry baru-baru ini.

Pasalnya, hingga kini, pihak UIN Ar-Raniry belum mengetahui di mana makam sang mufti.

Oleh karena itu, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Mujiburrahman MAg, bertekad untuk melacak jejak Syekh Nuruddin Ar-Raniry.

Baca juga: Nuruddin Ar Raniry, Hamzah Fanshuri, dan Permasalahan Tasawuf Wahdatul Wujud dalam Sejarah Aceh

Prof Mujib merasa penting untuk melakukan napak tilas jejak ulama Fiqh karena sejak 59 tahun silam nama sang ulama masih ditabalkan menjadi nama besar kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Hal itu disampaikan oleh Prof Mujiburrahman saat berkunjung dan bersilaturahmi ke Kantor Harian Serambi Indonesia, Senin (17/10/2022).

Mujib mengatakan, napak tilas Mufti Kerajaan Aceh bermazhab Syafi’i tersebut akan segera dilakukan dan menjadi terget rektorat pada momen peringatan HUT ke-60 UIN Ar-Raniry tahun depan.

“Pada acara zikir dan doa bersama milad ke-59 kemarin, saya sudah sampaikan bahwa kita akan melacak, melakukan napak tilas atau mencari di mana kuburan Syekh Nuruddin Ar-Raniry.

Sudah hampir 60 tahun kita menggunakan nama beliau, tapi kuburan saja kita tidak tahu di mana, ini lucu kan!,” kata Prof Mujib.

Baca juga: Fakultas Adab Usul  4 Calon Anggota Senat ke Rektor UIN Ar-Raniry

Dalam kunjungannya tersebut, Prof Mujib didampingi oleh Wakil Rektor I, Dr Muhammad Yasir Yusuf Sag MA, Wakil Rektor Rektor III, Prof Dr Saifullah SAg MAg, Karo AUPK UIN Ar-Raniry, Drs H Ibnu Sa’dan MPd, sejumlah dekan, dan pera pejabat lainnya.

Kedatangan rombongan Rektor Mujib disambut Pemimpin Umum Serambi Indonesia, H Sjamsul Kahar, Pemimpin Redaksi, Zainal Arifin, Wakil Pemimpin Perusahaan, Firdaus Darwis, News Manager, Bukhari M Ali. 

Kemudian Manager Produksi, Jamaluddin, Manager EO, M Jafar, Manager Sirkulasi, Saiful Bahri, dan Redaktur Polhukam, Sayed Kamaruzzaman.

Dalam kesempatan itu, Prof Mujib mengatakan, beberapa waktu lalu, pihaknya melakukan bakti sosial penanaman pohon di Kecamatan Syiah Kuala dan melakukan ziarah ke kuburan Syekh Abdurrauf Assingkili (Tgk Syiah Kuala).

“Mereka (pihak kampus USK) bisa langsung ziarah dan doa bersama karena memang kuburannya di sana.

Tetapi kita komunitas UIN Ar-Raniry ingin berziarah ke makam Syekh Nuruddin Ar-Raniry, sampai saat ini kita tidak tahu di mana kuburan beliau,” kata Mujiburrahman.

Baca juga: Ini Rangkaian Kegiatan Milad Ke-59 UIN Ar-Raniry, dari Khanduri Raya Hingga Santunan Anak Yatim

Oleh karena itu, kata Mujib, jelang milad ke 60 Kampus UIN Ar-Raniry tahun depan, pihaknya harus segera mendapatkan kejelasan tentang perjalanan hidup Syekh Nuruddin Ar-Raniry dan mengetahui keberadaan maka sang mufti tersebut.

“Ini jadi tantangan sendiri bagi kita, kemarin saya sudah perintahkan Pak KBA untuk melacak.

Minimal tahun depan kita tahu di mana posisi kuburan dan kita akan ke sana. Ini sejarah, dan kita memang sering tidak begitu peduli, banyak makam-makam ulama kita tidak tahu,” katanya.

Terkait melacak makam dan sejarah perjalan hidup Syekh Nuruddin Ar-Raniry, pihak UIN kata Prof Mujib akan melacak langsung ke Ranir (Rander) yang merupakan kota pelabuhan tua di Pantai Gujarat (India).

Selain itu, tim UIN Ar-Raniry juga akan kembali mempelajari manuskrip-manuskrip peninggalan Syekh Nuruddin Ar-Raniry.

“Saya minta Pak KBA untuk melacak awal, kita juga akan seminar tentang beliau terutama tentang kelahiran beliau, yang selama ini sering dibahas tentang karya, tapi tentang sejarah hidup jarang dikupas,” ujar Mujib.

Mujib mengatakan, kejelasan itu harus didapati pihak UIN pada milad ke-60 tahun depan.

“Nama besar beliau kita gunakan menjadi nama UIN Ar-Raniry, tapi kuburannya kita tidak tahu. '

Ini menjadi titik balik bagi kita, apakah kita bertahan dengan nama beliau? Ketika kuburan tidak ditemukan, atau ada alterntif lain kita ganti nama tidak lagi Ar-Raniry misalnya, tapi itu ke depan lah,” ujar Prof Mujib. (*)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved