Gagal Ginjal Akut Diduga karena Keracunan, Walau Sudah Cuci Darah Etilen Glikol Tetap Mengendap
Dokter Piprim pun menekankan bahwa meskipun pasien-pasien ini telah melakukan cuci darah, namun etilen glikol itu tetap ada dalam darah mereka.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Zat kimia berbahaya yang terkandung dalam obat jenis sirup bernama etilen glikol dicurigai menjadi biang kerok munculnya kasus gagal ginjal akut pada anak.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim B Yanuarso, Sp.A(K)., menjelaskan alasan mengapa para tenaga medis saat ini mencurigai etilen glikol (EG) sebagai zat berbahaya.
Ia menyampaikan bahwa kasus ini tidak hanya menjadi perhatian pemerintah saja, namun juga para tenaga kesehatan yang selama ini memiliki bidang yang concern terhadap penyakit anak, terutama terkait ginjal.
Para tenaga medis ini, termasuk mereka yang turut ditugaskan menjadi Satgas Covid-19 melakukan diskusi dan penanganan pula terhadap pasien gagal ginjal akut yang merupakan kelompok anak-anak ini.
"Jadi kenapa ada kecurigaan ke arah keracunan etilen glikol, kawan-kawan di IDAI, para Konsultan ginjal anak, juga Konsultan emergency rawat intensif anak, dokter-dokter di PICU, kemudian Konsultan infeksi, kemudian juga Satgas Covid ya, itu berdiskusi dan melakukan penanganan pada pasien-pasien gangguan ginjal akut ini," ujar dr. Piprim, dalam webinar bertajuk Update Terkini 'Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Meningkat, Obat Sirup Ditangguhkan', Minggu (23/10/2022) pagi.
Melalui diskusi dan penanganan tersebut, ditemukan sesuatu yang tidak biasa. Awalnya kondisi ini diduga terkait dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) pasca virus corona (Covid-19).
Baca juga: Xi Jinping Amankan Masa Jabatan Ketiga, Tegaskan Dunia Sangat Membutuhkan China
Baca juga: Piala Dunia 2022 - Demi Kelancaran Timnas Prancis di Qatar, Benzema Dapat Hak Spesial dari Ancelotti
Baca juga: MTsN 1 Model Banda Aceh Dinobatkan Sebagai Juara Umum Damasquss 2022
"Dan kemudian kok menemukan sesuatu yang tidak seperti biasanya pada kasus MIS-C pasca Covid ya," ujar dr Piprim.
Selanjutnya, temuan yang dimiliki para dokter ini dicocokkan dengan kejadian luar biasa yang terjadi di Gambia pada September lalu, yang ternyata memiliki kemiripan dengan apa yang sedang dialami anak-anak Indonesia.
"Nah, kemudian pada bulan September itu kan ada laporan dari Gambia ya, ketika diskusi dengan para dokter di Gambia itu, mereka presentasi, ternyata kok kasusnya mirip banget dengan kasus kita," kata dr. Piprim.
Melihat temuan yang memiliki kemiripan antara kasus di Indonesia dengan Gambia, maka tim tenaga medis pun segera melakukan pemeriksaan, termasuk pada darah pasien.
Dari pemeriksaan itulah, kemudian ditemukan kadar zat kimia berbahaya etilen glikol di atas ambang batas.
"Dan kemudian dilakukanlah banyak pemeriksaan, termasuk pemeriksaan dalam darah pasien-pasien itu, ditemukanlah kadar etilen glikol yang kadarnya memang tinggi," tegas dr. Piprim.
Dokter Piprim pun menekankan bahwa meskipun pasien-pasien ini telah melakukan cuci darah, namun etilen glikol itu tetap ada dalam darah mereka. Sehingga pihaknya pun curiga ada proses keracunan (intoksikasi) yang dialami anak-anak ini.