Pojok UMKM
Konsumen Luar Negeri Sukai Kerajinan Bili Droe Lampanah
Rajutan ikatan bili anyaman, dirajut rapi, sehingga memperlihatkan bentuk yang indah dan cantik, sehingga menarik mata orang untuk membelinya.
SERAMBINEWS.COM - Kerajinan Bili dalam bentuk kating naleh, tampi, talam, tudung saji, tempat alas perabotan masak dari tanah dan lainnya sejak tahun 1960, sudah ada di Gampong Lampanah Tunong, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar.
Dalam perjalanannya kegiatan kerajinan tersebut mengalami pasang surut dan baru kembali bangkit pada tahun 2018, setelah generasi keempat dari perajin Bili di Gampong Lampanah Tunong, bernama Ulfah Fitri, bersama adik dan anggota kelompoknya, menggerakkan kerajinan bili tersebut.
Dalam jangka waktu 4 tahun, Kerajinan Bili Gampong Lampanah Tunong, Kecamatan Indrapuri, sudah bangkit kembali dan nama barunya Bili Droe, telah tersohor hingga nasional, bahkan internasional.
Pada Maret 2022 lalu, Kerajinan Bili Droe ini, ikut dalam Festival Inacraf Awards 2022, mendapat penghargaan Best Prize In Natural Fibers Category, tingkat nasional yang dilaksanakan Asephi di Jakarta. Itu artinya, belasan jenis produk kerajinan Billi Droe yang dipamerkan dalam festival Inacraf Awards 2022, di antaranya produk bili kating naleh, tampi, talam, tas bili, tempat tisu, kateng beulanga, keteng ie, puch bili, tudung saji, kateng bunga, dompet bili dan tas bili, mendapat penilaian yang tinggi dari panitia penyelenggara.
Rajutan ikatan bili anyaman, dirajut rapi, sehingga memperlihatkan bentuk yang indah dan cantik, sehingga menarik mata orang untuk membelinya.
Harga produk Bili Droe, sebut Ulfa Fitri, tidak mahal, masih terjangkau kelompok masyarakat menegah ke bawah. Kateng Naleh harganya berkisar Rp 80.000 – Rp 200.000/unit, Tampi Rp 45.000 – Rp 65.000/unit, Tas Bili Rp 150.000 – Rp 370.000/ unit, talam/baki Rp 150.000 – Rp 200.000/unit. Selanjutnya, Tempat Tisu Rp 80.000 – 170.000/ unit, Kateng Belanga satu set Rp 1,5 juta (6 unit), Kateng Ie Rp 100.000 – Rp 150.000/unit, Pouch Bili Rp 170.000/unit, Tudung Saji Rp 300.000/ unit, Kateng Bunga Rp 110.000 – Rp 200.000/unit, dan Dompet Bili Rp 120.000 – Rp 170.000/unit.
Ulfa Fitri mengatakan, dari berbagai jenis produk Billi Droe, yang paling banyak permintaannya sementara ini adalah tempat tisue, kateng bunga, baki/talam, dompet, tas dan lainnya.
Restauran kelas menengah ke atas dan sejumlah hotel berbintang di Aceh maupun luar Aceh, banyak yang pesan, dalam partai besar, sekitar 50 – 100 unit. Oleh karena itu, peminat kerajinan bili yang ingin mendapatkan produk Billi Droe, bisa menghubungi Nomor Hp ini 0812 6382 5955.
Pakar UMKM dari Universitas Syiah Kuala (USK), Dr Iskandar Majid yang meninjau lokasi Kerajinan Bili Droe di Gampong Lampanah Tunong Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar mengatakan, kita patut memberikan appresisi kepada para perajin Bili di Gampong Lampanah Tunong, yang telah melestarikan kembali kerajinan bilinya, sampai kini masih berjalan dan mendapat penghargaandi tingkat nasional.
Sebagai pembinan UMKM, kata Iskandar Majid, pihaknya sangat gembira dan senang mendengar Produk Kerajinan Bili Droe, sudah mendapat pasar lokal, nasional bahkan luar negeri. Pada saat ikut pameran dan festival Inacraf di Jakarta, produk Billi Droe, tidak hanya mendapat penghargaan dari penyelanggara, tapi produk Bili nya juga laris manis dan banyak dibeli para Dubes dari negara- negra seperti Amerika, Australia, Inggris, dan lainnya, yang hadir dalam acara tersebut.
Ini merupakan satu kebanggaan bagi Pemerintah Aceh, kata Iskandar Majid, dimana berbgai produk kerajinan Bli tradisional masyarakatnya, disenangi konsumen kerajinan nasional muapun luar negeri. “ Harapan kami ke depan, kepada Perajin Bili Droe Lampanah Tunong, dalam memproduksi Kerajinan Bili Droe nya, terus melakukan inovatif dan kreatif, ikuti selera pasar lokal, nasional dan global, jika ingin tetap eksis,” tutur Iskandara Majid.
Kepala Dinas Koperasi UKM Aceh, Azhari, SAg, MSi yang didampingi Kasi Pelayanan Informasi dan Usaha PLUT UMKM, Andri Sufrianzah mengatakan, Dinas Koperasi UKM Aceh membuat program publikasi UMKM ini, dimaksudkan untuk mengangkat kegiatan UMKM di Aceh, supaya di kenal secara meluas di tingkat lokal dan nasional maupun luar negeri.
Produk kerajinan UMKM yang sudah bagus, kata Azhari, dipublis kembali, untuk mengingatkan konsumen dan pasar kerajinan lokal maupun nasional, bahwa Aceh memiliki produk kerajinan tradisional khas Aceh, yang bagus dan berstandar nasional maupun Internasional.
Para perajinannya, kata Azhari, terus dibina oleh masing-masing dinas tehnis bersama Pengurus Dekranasda setempat. Hampir semua daerah, saat ini sudah memiliki gedung promosi, bagi produk kerajinan UMKM daerahnya. (*)