Pojok UMKM Aceh

Tone Coffee Sediakan Biji Kopi Terbaik

Aceh dikenal sebagai surganya kopi hingga se antero negeri. Negara-negara di belahan dunia mengimpor kopi Aceh untuk dikonsumsi

Editor: IKL
For Serambinews
TONE COFFE - Owner Tone Coffee, Teuku Budi Hermawan (kanan), saat berada di kedainya. 

"Salah satu keunggulan kopi di Tone Coffee adalah kopinya diroasting dalam jumlah yang sedikit, supaya saat orang membelinya, kopi masih dalam hitungan 1-3 hari.” TEUKU BUDI HERMAWAN Owner Tone Coffee

SERAMBINEWS.COM - Bagi warga Aceh, ketika mengajak rekan sejawat atau relasinya untuk ‘ngopi,’ maka minuman yang dipesan saat berada di warung kopi atau kafe, belum tentu kopi. Tapi, terkadang mereka memesan minuman lain seperti sanger, susu, dan teh tarik.

Padahal, Aceh dikenal sebagai surganya kopi hingga se antero negeri. Negara-negara di belahan dunia mengimpor kopi Aceh untuk dikonsumsi, karena kopi Aceh terkenal dengan kenikmatan dan kualitasnya. Maka sangat disayangkan jika warga Aceh sendiri tidak bisa menikmati kopi murni yang dihasilkan di daerahnya.

“Karena sama orang Aceh ketika bicara ngopi tidak minum kopi yang riil begini, kopi hitam. Jadi, penikmat kopi murni itu kurang, banyak juga yang terkontaminasi dengan susu. Kebanyakan kan minuman kita itu sanger,” ujar Owner Tone Coffee, Teuku Budi Hermawan, Senin (14/11/2022).

Baca juga: Teuku Irwan Djohan: UMKM Serap Banyak Tenaga Kerja

Karena kondisi itulah, Teuku Budi akhirnya mendirikan Tone Coffee sekitar dua tahun lalu. Ia pun menyediakan biji-biji kopi terbaik dari Tanah Gayo untuk diroasting dan disajikan kepada penikmat kopi.

Menempati bangunan satu pintu ruko di Jalan Sultan Iskandar Muda, Punge Jorong, Banda Aceh, Tone Coffee hadir dengan desain dan konsep unik, yang dominan warna kayu-kayuan. Mesin-mesin kopi pun dipamerkan langsung di depan meja pengunjung. Teuku Budi Hermawan ingin menciptakan coffeshop yang nyaman, tidak ramai dan bising, serta tentunya dengan menyediakan kopi dengan kualitas terbaik.

Awalnya, kedai kopi itu memang dirintis Teuku Budi untuk mengajak rekan-rekannya pecinta kopi murni untuk menikmatinya. Kini, nama Tone Coffee dengan kualitas kopi yang luar biasa sudah dikenal luas.

Bahkan, katanya, ada beberapa wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh menjadi langganan di kedainya. Tamu luar daerah, maupun orang Aceh yang akan dinas keluar banyak memesan produk Tone Coffee untuk dijadikan oleh-oleh.

Lewat Tone Coffee, kata Teuku Budi, konsumen bisa belajar dan bertanya-tanya tentang kopi.

Sebab, ia ingin kedai miliknya menjadi tempat edukasi kopi dan mengajak orang untuk minum kopi murni. Ia mengaku prihatin, di Aceh sebagian besar hasil produksi kopi diekspor ke luar negeri.

Bahkan biji-biji kopi terbaik tidak bisa dinikmati oleh orang Aceh sendiri. Justru kemudian dijual ke merk luar negeri seperti Starbucks dengan harga yang lebih tinggi.

Baca juga: Dinas Dukung Bidang Pemasaran UMKM Aceh

Menurutnya, kondisi tersebut sangat berbeda dengan Brazil, karena di sana kopi yang diekspor hanya 30 persen dari total produksi, sedangkan sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh warga negara itu.

Padahal, sebut Budi, jika kopi Aceh banyak dinikmati oleh warga lokal, maka petani akan lebih untung. Menurutnya, saat ini Tone Coffee memang menyediakan kopi jenis arabika. Namun, konsumen juga bisa memesan kopi jenis Robusta dan Liberika.

“Salah satu keunggulan kopi di Tone Coffee adalah kopinya diroasting dalam jumlah yang sedikit, supaya saat orang membelinya, kopi masih dalam hitungan 1-3 hari,” ungkapnya. Sebab, menurut Budi, semakin baru kopinya, maka semakin nikmat aromanya.

Salah satu tantangannya, ia terus mengedukasi orang-orang untuk mau minum kopi hitam murni. “Meskipun tetap ada yang mengeluh karena ada pahit dan asam, tapi kan kopi itu sama kayak jus, manis buah itu tetap ada,” ujar dia.

Teuku Budi juga mengajak mahasiswa untuk bekerja seraya belajar tentang kopi di tempatnya. Bahkan, ada mantan pekerjanya kini sudah hijrah ke Jakarta dan fokus dalam ilmu roaster kopi.

Karena memang sejak awal ia menekankan supaya mereka tidak terus menerus bekerja di tempat itu, tapi harus hijrah dan berkembang. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved