Piala Dunia 2022
Piala Dunia 2022 – Menakar Kekurangan Negara Asia untuk Menang Melawan Tim Eropa dan Amerika
Arab Saudi dan Jepang yang sempat meraih kemenangan pada laga perdana justru berbalik berbeda, dan kini berada dalam situasi terjepit.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Piala Dunia 2022 – Menakar Kekurangan Negara Asia untuk Menang Melawan Tim Eropa dan Amerika
SERAMBINEWS.COM – Dua dari enam negara yang mewakili Benua Asia di Piala Dunia 2022 gagal lolos ke babak 16 besar.
Dua negara tersebut yakni tuan rumah Qatar dan Iran.
Sementara Australia berpeluang lolos setelah meraih kemenangan melawan Tunisia pada pertandingan kedua penyisihan grup.
Lalu, Arab Saudi dan Jepang yang sempat meraih kemenangan pada laga perdana justru berbalik berbeda, dan kini berada dalam situasi terjepit.
Kekalahan pada putaran kedua penyisihan grup benar-benar membuat peluang Arab Saudi dan Jepang cukup tipis untuk bisa melanjutkan perjuangannya di Piala Dunia 2022.
Baca juga: Prediksi Arab Saudi vs Meksiko di Piala Dunia 2022: Saling Sikut ke Babak 16 Besar
Sementara, Korea Selatan yang baru mengoleksi satu poin dari dua laga juga berada pada situasi tak kalah sulit.
Sebenarnya apa yang membuat tim dari benua Asia ini sulit melawan negara-negara dari Eropa dan Amerika?
Menyiapkan permainan yang ideal, penguasaan bola yang sempurna, kekuatan fisik yang sangat bagus, namun apa yang dilakukan tim-tim Asia di putaran kedua adalah kegagalan yang menyisakan banyak penyesalan.
Mengapa Jepang, Korea, dan Arab Saudi tidak bisa bermain bagus untuk meraih kemenangan?
Emosi terlalu besar
Dikutip dari Soha, hal yang sulit bagi tim Asia dan Afrika adalah menahan diri dan mengontrol emosi.
Mereka membuat emosi diri meledak-ledak baik dalam pertandingan maupun sublimasi.
Jepang dan Arab Saudi sebenarnya tidak kalah dengan Kosta Rika atau Polandia.
Mereka mampu tampil dominasi dalam mengadapai lawan yang berperingkat lebih tinggi.
Bahkan statistik menunjukkan bahwa Arab Saudi mendominasi dan menguasai pertandingan melawan Polandia lebih baik dibandingkan saat menghadapi Vietnam pada babak kualifikasi ketiga di Asia.
Baca juga: 5 Negara yang Gugur di Fase Grup Piala Dunia 2022 Qatar, Sudah Angkat Koper Pulang Kampung
Demikian pula, Jepang membuat Kosta Rika "mati berulang kali" di setiap fase pengepungan.
Namun masalahnya, kedua delegasi Asia itu tidak mampu membuahkan gol sehingga pada akhirnya lawan dihukum oleh rebound cedera yang tak terduga.
Dalam kedua pertandingan tersebut, yang dilihat semua orang adalah situasi akhir yang terbatas antara Arab Saudi dan Jepang.
Mereka masih menunjukkan kesalahan yang tidak menguntungkan dalam penyelesaian operan bola yang menentukan.
Euforia yang berlebihan pada pertandingan pertama telah membuat para pemain Asia kehilangan kendali atas situasi dan melupakan tujuan mereka di Piala Dunia 2022.
Wartawan Guardian, Ryan Eliott berkomentar: “Tim-tim Asia telah membuat gebrakan besar di Piala Dunia ini.
Baca juga: 7 Tim Sudah Lolos Babak 16 Besar Piala Dunia 2022: Inggris dan Belanda Juara Grup, Senegal Bangkit
Tapi mereka masih menunjukkan ketergesaan dan kurangnya ketenangan dalam situasi yang menentukan.
Mereka bermain terlalu “menjemput” tapi melupakan tempo permainan sangatlah penting.
Kehilangan keseimbangan juga saat tidak mengendalikan situasi, itulah masalahnya. Ini tidak bisa diperbaiki dalam semalam.”
Kurangnya konduktor untuk menjaga irama
Tim Asia selama bertahun-tahun telah melahirkan bintang sepak bola kelas dunia.
Ini termasuk Son Heung-min dari Korea, Minamino dari Jepang dan Mehdi Taremi dari Iran.
Semua pemain ini memiliki nilai tinggi. Namun, mereka masih belum bisa menjadi "konduktor" atau pemimpin seluruh tim. Mereka hanyanya seorang bintang.
Menyadari masalah ini, seorang mantan pelatih Vietnam Mai Duc Chung mengatakan bahwa tim-tim Asia secara umum telah membuat kemajuan besar.
Di sisi lain, para pemain bintang yang bermain di Eropa mampu membangkitkan semangat rekan satu tim, membuat mereka bersatu untuk berjuang.
Namun, dalam hal peran, mereka belum tentu menjadi andalan. Artinya, seseorang yang bisa membimbing rekan satu tim melewati masa-masa sulit.
Seperti peran Luka Modric dari Kroasia, Sergio Busquet dari Spanyol, Thiago Silva dari Brazil atau Lionel Messi dari Argentina.
Simpelnya, pemain yang mampu berdiri di depan seluruh tim untuk mengejutkan atau menyesuaikan situasi rekan satu tim.
Menurut pakar sepak bola, mengenali batasan itu tidak sulit, tetapi untuk mengatasinya tidak bisa satu atau dua hari.
Misalnya orang Korea, mereka memiliki bintang besar seperti Son Heung-min, tapi mereka tidak bisa menjadikan dia sebagai pemimpin seluruh pasukan. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
