Kupi Beungoh
Anies dan Omongan Kedai Kopi Aceh: “Batat”, “Lisek”, dan “Peurancut” (II-Habis)
Yang menjadi anomali justru Partai Aceh yang bekerja keras membawa nama Prabowo kehilangan 11 kursi, yang sebagiannya beralih ke Gerindra.
Dari tiga kursi menjadi delapan kursi.
Yang menjadi anomali justru Partai Aceh yang bekerja keras membawa nama Prabowo kehilangan 11 kursi, yang sebagiannya beralih ke Gerindra.
Baca juga: Anies dan Omongan Kedai Kopi Aceh: Refleksi Empat Pilpres (I)
Pilpres 2024 dan Perangai Orang Aceh
Apa yang akan terjadi pada Pilpres 2024?
Anies akan bertarung dengan calon yang didukung oleh kekuasaan.
Calon yang berpeluang besar, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, dan Prabowo Subianto, ataupun perkawinan dua dari ketiga nama itu, atau yang lain lagi.
Akankah Anies mendapat dukungan? Akankah jumlah pemilih Aceh tersebar merata tanpa ada pemenang mayoritas?
Bacaan awal menunjukkan “pelawanan” terhadap calon yang berasosiasi dengan kekuasaan, apalagi dengan tiga nama tadi, masih akan terjadi, terutama pada arus bawah.
“Perangai” Aceh melawan partai, atau orang yang berasosiasi dengan residu sejarah “darah” butuh waktu untuk dilupakan.
Hal itu menjadi semakin kompleks bila calon yang diajukan kekuasaan, keislamannya dianggap dangkal dan cenderung tak jelas.
Sebagian pemilih Aceh boleh saja tak pernah sembahyang atau puasa, tetapi keislaman pemimpin dianggap krusial dalam memilih pemimpin.
Modal besar yang dimiliki Anies secara sosiologis sangat mengena dengan pemilih Aceh.
Di kalangan menengah terpelajar, termasuk sebagian besar tokoh pesantren dan ulama, Anies dianggap tipe pemimpin yang memenuhi kriteria langit dan bumi.
Keislamannnya dianggap lebih dari cukup, apalagi bacaan Alquran beserta salawat sangat fasih.
Track recordnya dalam membangun DKI selama lima tahun lebih dari cukup.