Opini
Guru dalam Perspektif Islam
Mengajarkan ilmu merupakan suatu ibadah kepada Allah Ta’ala dan dari segi yang lain merupakan tugas manusia menjadi khalifah Allah
Dalam hal ini Rasul sebagai pendidik umat memisahkan dirinya sebagai ayah bagi para sahabatnya dalam hal ini sebagai anak didik.
2). Hendaknya mengajar mengikuti syara’ yaitu Nabi Muhammad SAW.
Sehingga ia mengajarkan ilmu bukan untuk mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi dengan mengajar itu ia bermaksud mencari ridha Allah.
3). Menasihati muridnya agar tidak sibuk dengan ilmu-ilmu yang abstrak sebelum selesai ilmuilmu yang pokok.
Bagi tahap permulaan atau ibtidai, hendaknya seorang guru jangan membiarkan seorang murid untuk mempelajari ilmu-ilmu yang sukar dipahami, karena itu bisa mengacaukan pikirannya.
Baca juga: Hari Guru di Pidie, Ada Santunan Emas Hingga Gelar Beragam Lomba, Ini Pemenangnya
Hendaknya ia diajarkan materi-materi yang bersifat kongkret.
Ini dilakukan untuk melatih akal pikirannya.
4). Mencegah murid dari suatu akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran.
Memberi hadiah dan ganjaran adalah salah satu metode pendidikan yang efektif dalam membina sikap, kreativitas dan motivasi murid dalam belajar.
Memberi hadiah tidak kalah pentingnya dengan memberi ganjaran.
Namun dalam memberi ganjaran ini harus diperhatikan metode dan konsekuensinya bagi murid.
5). Hindari mencela ilmu yang lain, seperti guru bahasa merendahkan ilmu Fiqih, begitu juga mengerjakan disiplin ilmu fiqih mencela ilmu hadits.
Seorang guru harus memberikan pengertian kepada muridnya untuk mendalami ilmu yang lain setelah ia menguasai suatu ilmu.
6). Mengajarkan ilmu sesuai dengan tingkat pemahaman murid.
Petunjuk akan hal ini banyak dijumpai dalam Alquran maupun al-Hadits, di antaranya firman Allah yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...”.(QS.Al-Baqarah [2] ayat: 286).