Berita Banda Aceh
Tangis Haru Tumpah di Kuburan Massal, Tu Sop: Tsunami Cara Allah Menyadarkan Kita
Isak tangis haru tak terbendung saat peringatan 18 tahun tsunami Aceh di Kuburan Massal Ulee Lheu, Banda Aceh
BANDA ACEH - Isak tangis haru tak terbendung saat peringatan 18 tahun tsunami Aceh di Kuburan Massal Ulee Lheu, Banda Aceh, Senin (26/12/2022).
Ratusan warga berkumpul di lokasi tersebut seusai subuh.
Ada yang membawa Yasin, Alquran dan sebagainya.
Tak hanya yang beragama Islam saja, namun mereka dari agama lainnya juga ikut berziarah di kuburan massal tersebut.
Mata mereka berkaca-kaca saat membacakan doa.
Isak tangis tak bisa ditahan.
Meski sudah 18 tahun lamanya, kenangan itu begitu melekat hingga sekarang.
Agak jauh dari keramaian, Armiati (55) duduk sendiri.
Ia sengaja menyendiri agar lebih khusyuk membaca Yasin dan doa.
Armiati sendiri berasal dari Aceh Utara.
Setiap tahun saat peringatan tsunami ia selalu berangkat ke Banda Aceh.
"Saya ke sini untuk baca Yasin untuk ibu dan kedua anak saya yang sudah duluan ke surga," katanya.
Baca juga: Rutan Tapaktuan Gelar Peringatan Maulid Nabi Serta Doa Bersama untuk Korban Tsunami
Baca juga: Pemkab Aceh Jaya Gelar Doa dan Zikir Bersama, Rangkaian Peringatan 18 Tahun Tsunami Aceh
Armiati memiliki empat anak, tiga laki-laki dan satu perempuan.
Pada 2004 silam, anak perempuannya saat itu menghubunginya bahwa pada Mei 2005 nanti ia akan wisuda dan satunya lagi baru saja masuk kuliah.
Saat itu keduanya anaknya tinggal di Punge, Banda Aceh, di rumah ibu kandungnya.
Saat terjadi tsunami, kedua anaknya ikut menjadi korban.
"Mereka sudah tenang di sana.
Saya hanya mendoakan mereka.
Meski kenangan akan anak saya terus teringat," tutup dia.
Selain di Kuburan Massal Ulee Lheu, ribuan masyarakat juga berziarah ke Kuburan Massal Tsunami Desa Siron, Aceh Besar.
Lokasi ini memang menjadi pusat peringatan mengenang 18 tahun tsunami Aceh.
Hadir Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al Haytar, Ketua DPRA Saiful Bahri, anggota DPR RI Illiza Sa'aduddin Djamal, Kapolda Aceh Irjen Pol Ahmad Haydar, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Mohammad Hasan, Kajati Aceh Bambang Bachtiar, Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto, dan unsur Forkopimda.
Baca juga: Doa dan Zikir Bersama Peringatan 18 Tahun Tsunami Aceh, Kaum Ibu Larut dalam Deraian Air Mata
Selain di kompleks kuburan massal Gampong Siron, doa dan zikir mengenang 18 tahun tsunami juga berlangsung di berbagai gampong di wilayah pesisir Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh.
Achmad Marzuki, dalam sambutannya menyampaikan, bencana gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu tak semata meninggalkan kesedihan yang mengharu biru, tetapi juga meninggalkan pembelajaran tentang pentingnya kebersamaan untuk bangkit pascabencana.
"Bagaimana komunitas internasional bergerak bersama membantu meringankan beban masyarakat Aceh.
Perhatian masyarakat internasional ini menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua, bahwa upaya untuk bangkit, upaya untuk maju tidak bisa dilakukan sendiri, semua harus dilakukan secara bersatu padu dan bersama-sama," ujar Pj Gubernur.
Dalam sambutannya, Marzuki juga menegaskan, seluruh elemen masyarakat boleh memberikan sumbangsihnya dalam membangun Aceh.
"Kita bisa bersama-sama terus membangun Aceh tanpa melihat dari mana dia, apa suku dia, apa bangsa dia dan lain sebagainya.
Dalam situasi bagaimana pun kita tetap harus bersatu padu untuk membangun Aceh.
Karena apapun yang kita lakukan akan kita tinggalkan.
Jadi, mari kita berikan sumbangsih terbaik, semoga apa yang kita lakukan tersebut dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah," tuturnya.
"Momentum peringatan tsunami ini harus kita jadikan sarana memperkuat persatuan dan kesatuan kita untuk membangun Aceh agar bisa lebih maju ke depan.
Kita tidak bisa bergerak sendiri," pungkas Gubernur.
Sementara itu, Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop yang didapuk sebagai penceramah dalam tausiah singkatnya, menyampaikan bahwa tsunami adalah cara Allah untuk mengingatkan hamba-hambanya dalam mendekatkan diri pada-Nya.
Baca juga: Kapolda Aceh: Peringatan Tsunami Momentum Mengingat Kebesaran Allah
Tsunami adalah bencana yang sarat dengan pembelajaran dan sarana pengingat.
"Tsunami menyadarkan kita bahwa saat musibah datang, kita tidak bisa bangkit sendiri.
Sebagai mahluk sosial kita butuh bantuan dan uluran tangan orang lain.
Inilah yang Allah contohkan dengan bangkitnya solidaritas global membantu Aceh, dari berbagai negara dan lintas agama, semua turun dan membantu Aceh.
Ini bukan hanya hal yang harus kita syukuri, tetapi juga penuh dengan pembelajaran-pembelajaran," ujarnya.
"Iman dan amal saleh adalah 'bangunan' yang tidak akan pernah runtuh sebesar apapun bencana datang.
Orang beriman dan gemar beramal saleh tidak akan pernah takut dengan kehancuran akibat gempa, karena bangunan iman dan amal salehnya tetap kokoh.
Ini yang harus kita wariskan kepada generasi masa depan," tambah Tu Sop. (i/dan)
Baca juga: Isi Tausiah Peringatan Tsunami di Meulaboh, UAS: Jaga Bumi Aceh dari Kemaksiatan
Baca juga: Pejabat Aceh Barat Ziarahi Makam Massal Korban Tsunami, Doa Bersama Dipusatkan di Gampong Pasir