Internasional

Astronot Pertama Arab Asal UEA Tidak Akan Berpuasa Ramadhan di Stasiun Ruang Angkasa, Ini Alasannya

Astronot Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Al-Neyadi tidak diharuskan berpuasa selama Ramadhan saat dalam misi luar angkasa yang akan datang.

Editor: M Nur Pakar
AP
Astronot Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Al-Neyadi (kanan) menggelar konferensi pers di markas NASA, AS. 

SERAMBINEWS.COM, HOUSTON - Astronot Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Al-Neyadi tidak diharuskan berpuasa selama Ramadhan saat dalam misi luar angkasa yang akan datang.

Pria berusia 41 tahun itu akan menjadi astronot Arab pertama yang menghabiskan enam bulan di stasiun luar angkasa.

Direncanakan, dia meluncur ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) bulan depan dengan roket SpaceX Falcon 9.

Neyadi, Stephen Bowen dan Warren Hoburg dari NASA dan Andrey Fedyaev dari Rusia dijadwalkan terbang ke ISS pada 26 Februari 2023 sebagai anggota SpaceX Dragon Crew-6.

Ditanya pada konferensi pers, bagaimana dia akan mengamati bulan suci Ramadhan, ketika umat Islam biasanya berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam, Neyadi mengatakan situasinya termasuk dalam pengecualian.

"Saya dalam definisi seorang musafir, dan kita benar-benar bisa berbuka puasa," kata Neyadi.

Baca juga: Ingin Jelajahi Ruang Angkasa, Festival Riyadh Hadirkan Pengalaman Tak Terlupakan

“Itu tidak wajib," tambahnya.

“Sebenarnya puasa itu tidak wajib jika sedang merasa tidak enak badan,” ujarnya.

“Jadi dalam hal itu, apa pun yang dapat membahayakan misi, atau mungkin membahayakan anggota kru, kami sebenarnya diizinkan untuk makan makanan yang cukup,” jelasnya.

Dilansir AFP, Kamis (26/01/2023), Neyadi akan menjadi warga negara kedua dari Uni Emirat Arab yang kaya minyak yang melakukan perjalanan ke luar angkasa.

Pada September 2019, Hazzaa Al-Mansoori menghabiskan delapan hari di ISS.

Para astronot NASA dan kosmonot Rusia juga ditanyai di Johnson Space Center, apakah ada ketegangan politik di Bumi, atas Ukraina yang meluas ke luar angkasa.

"Saya telah bekerja dan berlatih dengan kosmonot selama lebih dari 20 tahun sekarang dan itu selalu luar biasa," kata Bowen dari NASA, seorang veteran dari tiga misi pesawat ulang-alik.

Baca juga: Astronot Pertama Arab Saudi Akan Dikirim ke Stasiun Ruang Angkasa Pada 2023

“Begitu Anda sampai di luar angkasa, hanya ada satu kru, satu kendaraan, dan kita semua memiliki tujuan yang sama," tambahnya.

Fedyaev menunjuk pada sejarah yang sangat panjang dari kerja sama luar angkasa antara Rusia dan Amerika Serikat.

“Kehidupan orang-orang di luar angkasa di Stasiun Luar Angkasa Internasional benar-benar memberikan contoh yang sangat baik tentang bagaimana orang seharusnya hidup di Bumi,” kata kosmonot Rusia tersebut.

Pejabat NASA mengatakan mengharapkan anggota SpaceX Dragon Crew-6 untuk melakukan serah terima selama lima hari dengan empat anggota Dragon Crew-5, yang telah berada di ISS sejak Oktober 2022.

Saat ini di ISS juga ada tiga astronot yang kendaraan kembalinya, kapsul kru Soyuz, rusak akibat serangan meteoroid kecil pada Desember 2022.

Rusia berencana mengirim pesawat ruang angkasa kosong ke ISS pada 20 Februari 2023 untuk membawa pulang ketiganya, kosmonot Rusia Dmitry Petelin dan Sergei Prokopyev dan astronot NASA Frank Rubio.

Baca juga: Rusia Luncurkan Satelit Canggih Iran ke Angkasa, Amerika Serikat Ketakutan Dipakai untuk Mata-Mata

Kapsul awak Soyuz MS-22 mereka mengalami kebocoran cairan pendingin radiator setelah serangan meteoroid.

MS-22 menerbangkan Petelin, Prokopyev dan Rubio ke ISS pada September 2022 setelah lepas landas dari Kosmodrom Baikonur yang dioperasikan Rusia di Kazakhstan.

Mereka dijadwalkan pulang dengan pesawat ruang angkasa yang sama pada Maret 2023.

Tetapi masa tinggal mereka di ISS sekarang akan diperpanjang beberapa bulan lagi.

Rusia telah menggunakan kapsul Soyuz yang menua namun dapat diandalkan untuk mengangkut astronot ke luar angkasa sejak 1960-an.

Ruang angkasa tetap menjadi tempat kerja sama yang langka antara Moskow dan Washington sejak dimulainya serangan Rusia di Ukraina.

ISS diluncurkan pada tahun 1998 pada saat kerjasama AS-Rusia meningkat setelah "Perlombaan Antariksa" Perang Dingin.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved