Ketahanan Pangan

DPRA Minta Pemerintah Aceh Buat Program Penanganan Tanaman Pangan Pasca Banjir

Pertama di Kecamatan Kuta Cot Glie, sudah ada yang fuso atau mati akibat terendam air banjir seluas 4 hektare, di Gampong Lamtui dan Lambeugak.

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Tanaman padi, yang telah lima hari terendam banjir di lokasi persawahan di Pidie, terancam puso, Kamis (26/1). 

Laporan Herianto I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kalangan anggota DPRA meminta kepada Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki menyerukan dinas teknis yang memiliki tugas dan fungsi ketahanan pangan untuk membuat program penanganan tanaman pangan pasca banjir.

“Akibat hujan deras yang turun sejak Sabtu (22/1) sampai Jumat (27/1), banyak tanaman pangan petani yang terendam banjir, bahkan sudah ada yang puso atau mati,” ungkap anggota DPRA dari Partai Golkar Aceh, Muhammad Ansari kepada Serambinews.com, Jumat (27/1/2023) di Banda Aceh.

Di Aceh Besar, sebut Muhammad Ansari, menurut data dari Distanbun Aceh, luas areal tanaman padi yang telah terendam banjir mencapai 805 hektar, tersebar di 8 kecamatan.

Pertama di Kecamatan Kuta Cot Glie, sudah ada yang fuso atau mati akibat terendam air banjir seluas 4 hektare, di Gampong Lamtui dan Lambeugak.

Duh! Pencapresan Anies di Ujung Tanduk, Nasdem Bermanuver Merapat ke Kubu Koalisi Gerindra-PKB

Kedua di Kecamatan Kuta Malaka, luas tanaman padi yang terendam banjir mencapai 60 hektar, tersebar di 7 Gampong.

Ketiga di Kecamatan Suka Makmur seluas 309 hektar tanaman padi yang terendam banjir, tersebar di 17 Gampong. Keempat di Kecamatan Simpang Tiga seluas 169 hektare, tersebar di 12 Gampong. Kelima Kecamatan Kuta Baro seluas 160 hektar, tersebar di 10 Gampong.

Keenam, di Kecamatan Darussalam seluas 75 hektare, tersebar di 6 Gampong, Ketujuh, di Kecamatan Darul Kamal seluas 5 hektare, tersebar di 2 Gampong dan Kedelapan di Kecamatan Montasik seluas 27 hektare, tersebar di 6 Gampong.

Program dan kegiatan yang dibutuhkan petani padi yang tanaman padinya terendam air banjir hingga puso dan mati, kata Ansari, bantu petani mengolah lahan sawahnya kembali dengan traktor pemerintah secara gratis, kemudian salurkan bantuan bibit padi dan pupuk.

Tujuan bantuan prasarana dan sarana produksi tersebut, kata Ansari, dimaksudkan untuk meringankan beban petani dan mengejar target produksi Gabah Aceh tahun 2023 ini, bisa naik lebih tinggi dari produksi tahun lalu.

“Pada tahun 2022 lalu, produksi gabah Aceh dihitung BPS sekitar 1,5 juta ton gabah. Tahun ini diprediksi targetnya bisa mencapai 1,7 juta ton gabah/tahun.

Ungkapan hampir serupa juga disampaikan anggota DPRA dari PAN, Asrizal. Asrizal mengatakan, membantu petani, yang tanaman padinya mati atau puso, karena terendam air banjir, dengan cara mengolah tanah secara gratis dengan traktor.

Pemerintah Aceh, kemudian dilanjutkan menyalurkan bibit padi dan pupuk secara gratis, sama artinya Pemerintah Aceh, telah mendukung program ketahanan pangan nasional, daerah dan lokal.

Tanaman padi petani yang mati akibat terendam air banjir, kemudian cepat diganti dengan tanaman baru, Pemerintah Aceh, telah meringankan beban petani untuk bisa berproduksi gabah dan berpenghasilan kembali.

Tapi, jika tanaman padi yang mati akibat genangan air banjir, tidak cepat diganti, sama artinya Pemerintah membiarkan lahan sawah petani jadi tidak produksi.

Kondisi itu, menurut Asrizal, sangat bertolak belakang dengan program pengurangan angka kemiskinan di desa, yang selama ini digencarkan pemerintah.

Jumlahnya penduduk miskin di desa/gampong di Aceh  saat ini  berkisar 16  persen, dibanding perkotaan hanya sekitar 10 persen.

Jadi, kalau tanaman padi petani yang puso akibat terendam air banjir, tidak cepat ditangani oleh Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota, ini berarti  pemerintah membiarkan angka kemiskinan di desa terus bertambah.

“Padahal, sumber anggaran untuk mengatasi, masalah padi puso itu akibat terendam air banjir, bisa diambil dari sumber dana tidak terduga, jika programnya di APBA murni 2023 belum ada,” pungkas Asrizal.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, didampingi Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Distanbun Aceh, Zulpadli menyatakan, luas tanaman padi petani yang terendam genangan air banjir terus bertambah dari 819 hektare, kini sudah mencapai 8.529 hektar, tersebar di sembilan daerah.

Yaitu Kabupaten Aceh Besar seluas 858 hektar, Pidie 1.654 hektare, Pijay 1.185 hektar, Bireuen 3.967 hektare, Aceh Utara 472 hektar, Aceh Timur 505 hektare, Aceh Singkil 15 hektare, Kota Lhokseumawe 50 hektare dan Kota Banda Aceh 0,25 hektare.

Untuk penanganan tanaman padi yang puso atau mati, akibat banjir, kata Cut Huzaimah, Distanbun Aceh melalui Distanbun Kabupaten/Kota, akan mengusulkan bantuan bibit padi yang baru dari Kementan.

“Sedangkan untuk program bantuan olah tanah gratis dan penyaluran pupuk gratis, belum ada programnya,” pungkas Cut Huzaimah.(*)

Duh! Pencapresan Anies di Ujung Tanduk, Nasdem Bermanuver Merapat ke Kubu Koalisi Gerindra-PKB

dr Zaidul Akbar: 7 Bahan Ini Banyak Kolagennya, Rutin Konsumsi Bikin Wajah Glowing & Kuatkan Tulang

Polwan dan Bhayangkari Polda Aceh Salurkan Sembako untuk Korban Banjir

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved