Internasional
Korban Gempa di Hatay Memilih Tinggal Dekat Rumah, Tolak Mengungsi ke Tempat Lain
Sebagian besar korban gempa di Provinsi Hatay, Turkiye memilih tetap tinggal dekat rumah mereka yang telah rusak atau hancur.
SERAMBINEWS.COM, HATAY - Sebagian besar korban gempa di Provinsi Hatay, Turkiye memilih tetap tinggal dekat rumah mereka yang telah rusak atau hancur.
Kementerian Perhubungan Turkiye mengatakan telah membantu 272.000 orang mengungsi melalui udara, laut dan kereta api.
Namun, banyak orang lebih memilih untuk tetap dekat dengan rumah mereka.
Dengan tujuan melindungi harta benda mereka, menunggu jenazah kerabat ditemukan atau di daerah pedesaan, menjaga ternak mereka.
Orang lain yang mencari perlindungan dari suhu musim dingin telah menggunakan struktur apa pun yang akan menahan unsur-unsurnya.
Dekat pantai Mediterania di Hatay, salah satu provinsi yang paling terpukul, para petani di Distrik Samandag meninggalkan rumah mereka yang rusak ke rumah kaca besar, seperti dilansir AFP, Sabtu (18/2/2023).
Baca juga: NASA Miliki Teknologi Pendeteksi Detak Jantung Jarak Jauh, Bantu Penyelamatan Korban Gempa Turkiye
Rumah kaca biasanya digunakan untuk menanam tomat,
Mereka membawa serta alas tidur dan peralatan masak apapun yang bisa mereka selamatkan.
Penduduk setempat mengatakan sekitar 2.000 orang kini tinggal di bawah penutup plastik.
Banyak yang kehilangan tidak hanya rumah mereka, tetapi juga ternak mereka.
“Tidak ada tempat aman selain rumah kaca, karena rumah-rumah roboh akibat gempa,” kata Ozkan Sagaltici, 50-an.
Penduduk desa telah menyiapkan tungku kayu di dalam rumah kaca untuk memasak makanan yang diberikan oleh lembaga bantuan.
Baca juga: Turkiye Sedang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Tidak Rusak Diguncang Gempa 7,8 SR
“Kami tidak punya pakaian bersih,” kata Suzan Sagaltici, yang tinggal di rumah kaca di sisi lain desa.
“Kami tidak bisa membersihkan diri seperti yang kami inginkan, kami tidak bisa mandi," ujarnya.
"Sangat sulit untuk tinggal di sini tidak ada wastafel., kami tidak punya apa-apa," tambahnya.
"Ini seperti tinggal di udara terbuka,” ujarnya.
Pengungsi lainnya telah menemukan tempat berlindung yang relatif stabil.
Di tempat lain di Hatay, keluarga Yuksel berlindung di sebuah pabrik logam.
Mereka diberi kebutuhan termasuk pakaian dan barang-barang rumah tangga.
Veysel Yuksel, istrinya, Dilek Nur Yuksel, dan ketiga anaknya tinggal di sebuah trailer di pabrik dekat kota pelabuhan Iskenderun.
Anak-anak bermain di antara alat berat sementara orang tua mereka menyiapkan makanan.
Baca juga: Setelah Selamat dari Gempa di Turkiye, Tujuh Keluarga Asal Suriah Tak Selamat dari Amukan Api
“Rumah kami belum hancur total tapi rusak berat,” kata Yuksel.
"Semua bangunan di sekitar kami telah hancur," ujarnya.
Pada hari-hari pertama setelah gempa, sekitar 1.600 orang dari kota terdekat Dortyol tinggal di pabrik, tetapi setengahnya kemudian pergi ke bagian lain Turki.
Pengungsi dapat menggunakan kamar mandi bersama dengan air panas, laundry dan dapur kecil. Mereka tidur di kantor, kontainer pengiriman atau trailer.
Di stasiun kereta Iskenderun, keluarga berlindung di gerbong kereta, menurut Badan Andalou milik pemerintah.
“Rumah kami sudah tidak bisa digunakan, kami tidak bisa masuk ke dalamnya,” kata Nida Karahan (50).
Dia memiliki keluargan beranggotakan lima orang, tinggal di gerbong bercat krem dan merah.
“Gerobak telah menjadi rumah kami," katanya.
Selain menyediakan tempat berlindung yang hangat, orang-orang mengatakan diberi makan tiga kali sehari oleh militer.
Qatar mengirim tempat penampungan yang digunakan untuk menampung penggemar sepak bola selama Piala Dunia tahun lalu.
Banyak negara lain juga telah mengirimkan tenda dan kontainer.
Di ibu kota Provinsi Kahramanmaras yang memiliki nama yang sama dengan provinsi itu, warga juga mengeluhkan kesulitan mencari tempat tinggal.
“Saya tidak dapat menemukan apa pun seperti tenda selama tiga atau empat hari pertama,” kata ayah tiga anak Haci Kose.
“Saya berkeliling dengan keluarga saya di mobil, tetapi tidak dapat menemukan tempat tinggal kemanapun saya pergi," jelasnya,
Dia akhirnya diberi tenda oleh lembaga bantuan Azerbaijan.
Tetapi. dia mengatakan masih kesulitan mendapatkan makanan atau menemukan tempat untuk buang air kecil dan besar.
“Saya berharap kami terjebak di bawah reruntuhan juga sehingga kami tidak harus hidup dalam situasi ini,” tambah Kose.
“Bantuan tidak datang ke orang-orang di tenda,” klaimnya.(*)
Sisa Rumah Firaun di Bawah Tanah Mesir Beredar Luas Media Sosial, Apa yang Sebenarnya Terjadi? |
![]() |
---|
Vietnam Tingkatkan Tunjangan Guru 70 Persen Hingga 100 Persen Bagi Guru di Wilayah Tertinggal |
![]() |
---|
Agni-V Meluncur! Perlombaan Rudal India dan Pakistan Memanas, India Kirim Sinyal Keras ke China? |
![]() |
---|
Satria Kumbara Meringis Kesakitan, TNI Tegaskan Tak Lagi Bertanggung Jawab Kepada Pengkhianat Negara |
![]() |
---|
The Fed Siap Tekan Suku Bunga, Wall Street Bergairah, Trump Ngamuk Lagi? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.