Internasional

Wanita Hamil Rusia Berduyun-Duyun ke Argentina, Melahirkan Anak dan Mencari Kehidupan Baru

Sebagian wanita hamil di Rusia berduyun-duyun lari ke Argentina, salah satu negara di Amerika Latin.

Editor: M Nur Pakar
AP
Warga negara Rusia Alla Prigolovkina dan suaminya Andrei Ushakov, putra mereka yang lahir di Argentina Lev Andres mengunjungi sebuah taman di Mendoza, Argentina pada 14 Februari 2023. 

SERAMBINEWS.COM, BUENOS AIRES - Sebagian wanita hamil di Rusia berduyun-duyun lari ke Argentina, salah satu negara di Amerika Latin.

Hal itu terjadi tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.

Seperti Alla Prigolovkina dan suaminya, Andrei Ushakov, memutuskan mereka harus meninggalkan rumah mereka di Sochi, Rusia.

Ushakov telah ditahan karena memegang tanda bertuliskan "Damai", dan Prigolovkina, seorang instruktur ski yang sedang hamil, khawatir dia akan direkrut dan berpotensi dibunuh, meninggalkan bayi mereka tanpa ayah.

Rencana awalnya tetap tinggal di Uni Eropa, tetapi sentimen anti-Rusia membuat mereka putus asa.

“Kami memilih Argentina karena memiliki semua yang kami butuhkan, alam yang fantastis, negara yang luas dan pegunungan yang indah,” kata Prigolovkina (34) kepada AP, Kamis (23/2/2023).

Mereka berada di dalam rumah yang disewa keluarganya di Provinsi Mendoza, barat Argentina.

"Kami merasa itu akan ideal bagi kami," jelasnya.

Baca juga: China Tegaskan Hubungan Dengan Rusia Kokoh Seperti Batu dan Tidak Tergoyahkan

Selama setahun terakhir, otoritas imigrasi Argentina memperhatikan penerbangan yang penuh dengan puluhan wanita Rusia yang hamil.

Tapi Prigolovkina mengatakan keluarganya berniat membangun kehidupan baru, di sini di kaki pegunungan Andes.

Sedangkan pejabat setempat yakin banyak pengunjung Rusia hanya fokus untuk menerima salah satu Paspor Argentina.

Semua anak yang lahir di Argentina secara otomatis menerima kewarganegaraan dan memiliki anak Argentina mempercepat proses orang tua untuk mendapatkan izin tinggal.

Yang terpenting, buklet biru tua memungkinkan masuk ke 171 negara tanpa visa, sebuah rencana cadangan yang diyakini orang Rusia dapat berguna di masa depan yang tidak pasti.

Karena sanksi, Rusia juga kesulitan membuka rekening bank di luar negeri, sesuatu yang bisa dipecahkan oleh Paspor Argentina.

Menurut angka resmi, sekitar 22.200 warga Rusia memasuki Argentina selama setahun terakhir ini, termasuk 10.777 wanita, banyak di antaranya berada dalam tahap lanjut kehamilan.

Pada Januari 2023, sebanyak 4.523 warga Rusia memasuki Argentina, lebih empat kali lipat dari 1.037 orang yang tiba di bulan yang sama tahun lalu.

Setelah penyelidikan, pejabat Argentina menyimpulkan wanita Rusia, umumnya dari latar belakang kaya, memasuki negara itu sebagai turis dengan rencana melahirkan anak, mendapatkan dokumentasi, dan pergi.

Lebih dari separuh warga Rusia yang memasuki negara itu pada tahun lalu atau sebanyak 13.134 orang sudah pergi, termasuk 6.400 wanita.

“Kami mendeteksi, mereka tidak datang untuk melakukan pariwisata, mereka datang untuk melahirkan anak,” kata Florencia Carignano, Direktur Migrasi nasional, dalam pertemuan dengan media internasional.

Argentina umumnya memiliki proses imigrasi yang relatif permisif.

Baca juga: Hantaman Sanksi AS dan Barat Belum Mampu Menghancurkan Ekonomi Rusia, Ini Alasannya

Tetapi, penangkapan baru-baru ini terhadap dua mata-mata Rusia yang memiliki Paspor Argentina di Slovenia menimbulkan kekhawatiran di negara Amerika Selatan itu, di mana pejabat memperkuat kontrol imigrasi.

"Kami membatalkan residensi orang Rusia yang menghabiskan lebih banyak waktu di luar daripada di dalam," kata Carignano.

Dia mengungkapkan kekhawatiran paspor Argentina tidak lagi memiliki kepercayaan yang dinikmati di semua negara.

Otoritas imigrasi juga meminta sistem peradilan untuk menyelidiki lembaga yang diduga menawarkan bantuan kepada perempuan Rusia yang ingin melahirkan di Argentina.

Tidak jelas berapa banyak wanita yang telah meninggalkan Rusia untuk melahirkan tahun lalu.

Tetapi masalahnya cukup besar, sehingga anggota parlemen di Moskow bulan ini mengajukan pertanyaan.

Apakah mereka yang memilih melahirkan di luar negeri harus dicabut dari dana bersalin. yang diterima semua ibu Rusia hampir $8.000 untuk anak pertama dan sekitar $10.500 untuk anak kedua.

Tidak ada diskusi tentang apakah akan memotong akses ke dana bersalin bagi ibu Rusia yang melahirkan di luar negeri, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Fenomena tersebut juga tidak sepenuhnya baru.

Sebelum perang Rusia-Ukraina, wanita Rusia menjadi bagian dari gelombang turis kelahiran di AS.

Sehingga, banyak broker yang membayar puluhan ribu dolar untuk mengatur dokumen perjalanan, akomodasi, dan perawatan di rumah sakit, seringkali di Florida.

Memulai perjalanan panjang selama kehamilan lanjut bisa sangat berbahaya, dan orang Rusia di Argentina bersikeras keputusan mereka untuk meninggalkan rumah melampaui paspor baru.

Terlepas dari klaim pemerintah, beberapa setidaknya tampak bersemangat untuk menjadikan Argentina sebagai rumah baru mereka.

Terlepas dari kendala bahasa dan panasnya musim panas yang menyesakkan, Prigolovkina dan Ushakov dengan cepat mengadopsi kebiasaan Argentina sejak kepindahan mereka di bulan Juli.

Prigolovkina mengatakan mereka sangat menikmati menghabiskan waktu di taman bersama anjing mereka.

Baca juga: Barat Harus Rancang Strategi Baru Hadapi Invasi Rusia, Fase Pertama Perang Ukraina Sudah Berakhir

Meskipun keluarga tersebut mungkin tidak tertarik dengan sepak bola di Rusia, mereka dengan gembira bersorak ketika negara mereka baru diadopsimemenangkan Piala Dunia akhir tahun lalu.

Namun, dia juga mengakui mendapatkan paspor untuk putra mereka yang baru lahir, Lev Andrés, menjadi faktor pendorong untuk pindah.

"Kami ingin bayi kami memiliki kesempatan untuk tidak hanya menjadi orang Rusia dan memiliki satu paspor," jelasnya.

Beberapa ahli mengatakan sebuah negara di mana migran pernah mencapai 30 persen dari populasi harus sangat peka terhadap penderitaan orang Rusia yang mencoba memulai hidup baru.

Negara Amerika Selatan itu berubah pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dengan masuknya jutaan migran Eropa, termasuk banyak dari Italia dan Spanyol.

“Mengingat sejarah migrasi kami, negara seperti kami harus lebih berempati dengan dimensi kemanusiaan dari para imigran baru ini," kata Natalia Debandi, seorang ilmuwan sosial dan pakar migrasi.

Dia merupakan peneliti di lembaga CONICET yang didanai publik.

“Mereka bukan teroris, mereka adalah manusia," tegasnya.

Sebuah studi oleh agen imigrasi berdasarkan wawancara dengan 350 warga Rusia yang baru tiba.

Mereka menyimpulkan sebagian besar sudah menikah dan sebagian besar profesional berkecukupan yang memiliki pekerjaan jarak jauh di bidang keuangan dan desain digital atau hidup dari tabungan.

Beberapa hari sebelum melahirkan seorang anak laki-laki bernama Leo, psikolog Rusia berusia 30 tahun Ekaterina Gordienko memuji pengalamannya di Argentina.

Dia mengatakan sistem perawatan kesehatannya sangat baik, dan orang-orangnya sangat baik.

"Satu-satunya masalah saya adalah bahasa Spanyol, kalau dokternya tidak bisa bahasa Inggris, saya pakai penerjemah Google,” jelasnya.

Gordienko tiba di ibu kota negara Buenos Aires pada Desember 2022 bersama suaminya yang berusia 38 tahun, Maxim Levoshin.

“Hal pertama yang kami inginkan, Leo tinggal di negara yang aman, tanpa perang di masa depan,” kata Levoshin.

Di Mendoza, Prigolovkina bersemangat untuk kehidupan baru keluarganya di Argentina dan optimistis mereka akan dapat memberikan kembali kepada negara yang telah menyambut mereka.

“Kami telah meninggalkan segalanya untuk hidup dalam damai," ujarnya.

"Saya berharap orang Argentina mengerti, orang Rusia sangat berguna di berbagai bidang kehidupan, dalam bisnis, ekonomi, dan sains, ”katanya.

“Mereka akan dapat membantu membuat Argentina lebih baik lagi," harapnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved