Idul Adha 1444 H
Amalan di Bulan Zulhijjah, Mampu dan Tidak, Pahalanya Ada yang Bisa Hapus Dosa 2 Tahun
"Puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa (selama dua tahun), yakni satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang." (HR Muslim).
"Puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa (selama dua tahun), yakni satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang." (HR Muslim).
SERAMBINEWS.COM - Ummat islam sedunia tak lama lagi akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1444 H.
Bulan Dzulhijjah 1444 Hijriah sudah di tiba, berikut sederet amalan di bulan Dzulhijjah yang terbaik disamping melakukan ibadah haji dan melaksanakan kurban.
Amalan di bulan Dzulhijjah bagi kaum muslim yang belum bisa melaksanakan ibadah haji dan belum bisa melaksanakan kurban juga dijelaskan di sini.
Dirangkum dari berbagai sumber, Tribuncirebon.com mencatat ada sejumlah amalan lainnya selain amalan ibadah haji dan melaksanakan kurban yang sebaiknya dilaksanakan di bulan Dzulhijjah.
Berikut sejumlah amalan di bulan Dzulhijjah yang sebaiknya dilaksanakan:
1. Ibadah haji (jika mampu)
Sudah tidak asing lagi bagi kaum Muslimin, baik yang belum berkesempatan melaksanakan ibadah haji maupun yang sudah melaksanakannya, tentang keadaan ibadah yang agung ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Tidak balasan lain bagi haji mabrûr kecuali surga [HR. al-Bukhâri Muslim]
2. Ber kurban pada hari raya Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (jika mampu).
Kurban dilakukan pada hari raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik bulan Dzulhijah
Sunnah ber kurban ini dijelskan dalam hadis Imam Bukhori serta Imam Muslim. Serta diceritakan Anas Radhiyallahu anhu:
ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا
Nabi ber kurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [Muttafaq ‘Alaihi]
3. Puasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah.
Diriwayatkan oleh salah seorang istri Rasulullah SAW mengatakan:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ
Adalah Rasulullah SAW melakukan puasa sembilan hari bulan Dzulhijjah [HR. Abu Daud dan Nasa’i.
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abi Daud, no. 2129 dan Shahih Sunan Nasa’i, no. 2236]
4. Puasa Arafah.
Puasa Arafah dilakukan pada 9 Dzlhijjah (8 Juli 2023).
Ada keutamaan puasa Arafah seperti Sabda Rasulullah Saw:
"Dari Abi Qatadah al-Anshari, bahwasanya Rasulullah Saw ditanya tentang puasa Arafah, lalu ia bersabda:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
"Puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa (selama dua tahun), yakni satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang." (HR Muslim).
Puasa ini disunahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
Bagi mereka yang sedang berhaji, tidak diperbolehkan berpuasa. Pada hari itu mereka harus melakukan wukuf.
Mereka harus memperbanyak dzikir dan doa pada saat wukuf di Arafah.
Sehingga, keutamaan hari Arafah bisa dinikmati oleh orang yang sedang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji.
Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan hari Arafah dalam sebuah hadits shahîh riwayat Imam Muslim.
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah. [HR. Muslim]
Hadits ini dengan gamblang menunjukkan keutamaan hari Arafah.
5. Mengumandangkan Takbir
Umat Islam sangat dianjurkan untuk mengumandangkan takbir di saat malam hari raya Idul Adha.
Takbiran ini bisa dilakukan saat terbenamnya matahari hingga pelaksanaan hari Raya Idul Adha dan berakhir di hari tasyrik pada waktu ashar (13 Dzulhijjah).
Kumandang takbir ini menandangan ajakan untuk menyebut kebesaran Allah serta mengajak umat Islam lainnya melakukan hal yang sama.
6. Melaksanakan shalat Idul Adha
Shalat Idul Adha dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah pada tiap tahunnya, atau dilaksanakan sehari selepas umat Islam yang tengah berhaji melaksanakan wukuf di Padang Arafah.
Sholat Idul Adha biasanya dilaksanakan di masjid atau lapangan terbuka dengan mengumpulkan umat Muslim dari berbagai lapisan masyarakat.
Sebelum hingga sudah shalat Idul Adha ini disunnahkan:
- Melaksanakan Mandi Besar Sebelum Shalat Idul Adha
Pelaksanaan mandi besar ini seperti pada mandi besar biasanya, hanya saja niatnya berbeda. Bukan saja Idul Fitri, Idul Adha pun menjadi hari raya umat Islam. Hal ini seperti yang disampaikan dalam hadist sebagai berikut, “Dari Nafi’, beliau mengatakan bahwa Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan”. (HR. Malik dan asy-Syafi’i dan sanadnya shahih)
- Menggunakan Pakaian Terbaik untuk Melaksanakan Shalat Ied
Di hari raya besar Islam, umat Islam disunnahkan untuk menggunakan pakaian terbaiknya, khususnya saat akan melaksanakan shalat Idul Adha. Pakaian terbaik bukan berarti pakaian baru dan mahal. Pakaian terbaik adalah pakaian yang paling bagus dari yang kita miliki. Karena sebaik-baiknya pakaian di hadapan Allah adalah pakaian “taqwa”.
Hal ini seperti yang disampaikan dalam sebuah hadist berikut, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya” (HR. Hakim)
- Memakai Wangi-wangian
Selain sunnah untuk menggunakan pakaian terbaik ketika shalat Idul Adha, umat Islam juga disunnahkan untuk menggunakan wangi-wangian atau minyak wangi. Tentunya, wangi yang tidak berlebihan dan tidak mengganggu orang yang berada di dekat kita. Hal ini sebagaimana yang disampaikan dalam hadist,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya dan memakai minyak wangi” (HR. Hakim)
- Tidak Makan Sebelum Shalat Ied
Di hari raya Idul Adha, umat Islam disunnahkan untuk tidak makan terlebih dahulu dan segera makan setelah selesai Shalat Ied. Hal ini berbeda dengan shalat Idul Fitri yang justru disunnahkan untuk makan terlebih dahulu. Jadi, pastikan sunnah ini bisa kita laksanakan dan jangan sampai lupa dilakukan saat setelah bangun tidur, mandi, dan menuju perjalanan Shalat Idul Adha.
- Berangkat Lebih Awal
Untuk melaksanakan Shalat Idul Adha, sebaiknya kita berangkat lebih awal dan sampai di tempat shalat dengan tenang atau tidak terburu-buru. Sambil menunggu shalat berjamaah kita bisa duduk sambil bertakbir dan berdzikir. Kesempatan ini tentu menjadi hal yang baik, terlebih shalat Idul Adha hanya dilakukan satu tahun sekali saja.
- Berjalan Kaki Saat Menuju Tempat Shalat Idul Adha
Jika tempat shalat kita cukup dekat dan mudah untuk dijangkau, maka sebaiknya kita mengikuti sunnah Rasulullah yaitu berjalan kaki menuju tempat shalat Idul Adha. Hal ini sebagaimana yang disampaikan dalam sebuah hadits,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.“ (HR. Ibnu Majah)
- Melewati Jalan Berbeda Saat Pulang dan Pergi Shalat Ied
Dalam sebuah hadits disampaikan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Id, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.“ (HR. Al Bukhari).
Sebagaimana hadits tersebut, tentu ada berbagai hikmah yang bisa kita ambil. Misalnya, dengan melewati jalan berbeda kita dapat lebih banyak bertemu dengan orang, bersilaturahmi, atau melihat kondisi sekitar yang jarang kita ketahui. Siapa tahu di sana ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan, jarang kita bantu, dsb.
- Mengajak Wanita/Istri atau Anak-Anak ke Tempat Shalat Idul Adha
Mayoritas ulama berpendapat bahwa Shalat Idul Adha adalah sunnah muakad. Rasulullah pun memerintahkan wanita atau anak-anak tetap ikut ke tempat shalat untuk mendengarkan khutbah di pinggir lapangan tempat shalat (bagi yang sedang berhalangan shalat). Hal ini menunjukkan bahwa Shalat Idul Adha memiliki keutamaan dalam sisi khutbah yang disampaikan. Jadi walaupun wanita sedang berhalangan shalat, disunnahkan tetap mendengar khutbahnya.
Itulah amalan-amalan yang disyari’atkan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Setelah melakukan berbagai amal shalih di atas, kita jangan lupa berdoa agar Allah SWT berkenan menerima amal ibadah yang telah dilakukan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As, ketika akan selesai melaksanakan perintah Allah SWT untuk membangun Ka’bah, mereka berdoa:
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-Baqarah/2:127]
Ini merupakan wujud kehati-hatian, barangkali dalam pelaksanaan ibadah yang Allah Azza wa Jalla perintahkan kepada kita ada yang kurang syarat atau lain sebagainya.
Kalau Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As saja berdoa agar amalan mereka diterima, maka kita pun sudah sepatutnya untuk berdoa demikian. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunCirebon.com dengan judul Amalan di Bulan Dzulhijjah Bagi Muslim Mampu dan Tidak, Pahalanya Ada yang Bisa Hapus Dosa 2 Tahun,
Setelah Idul Adha, Amalkan Puasa Asyura Pahalanya Hapuskan Dosa Setahun Lalu, Ini Jadwalnya |
![]() |
---|
Partai Gerindra Aceh Sembelih Dua Sapi Kurban, Dibagi untuk Anak Yatim dan Fakir Miskin |
![]() |
---|
Di Sidorejo Langsa Lama, Semua Warga Baik Kaya dan Miskin Dapat Daging Kurban |
![]() |
---|
Kapolres Langsa Serahkan Kunci Bantuan Bedah Rumah Kepada Warga Miskin |
![]() |
---|
SMA Negeri 1 Kuta Baro Tebar 250 Paket Kurban |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.