Gaduh Rumput JIS, Analis: Menteri PUPR Seolah-olah Jadi Asesor FIFA, Itu Sulut Polemik

Gaduh rumput JIS, Analis Sepakbola, Tommy Willy menyebut Menteri PUPR seolah-olah menjadi Asesor FIFA sulut polemik publik.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Amirullah
Instagram @jakintstadium
Gaduh rumput JIS, Analis Sepakbola, Tommy Willy menyebut Menteri PUPR seolah-olah menjadi Asesor FIFA sulut polemik publik. 

SERAMBINEWS.COM - Gaduh rumput stadion Jakarta International Stadium (JIS), Analis Sepakbola, Tommy Willy menyebut Menteri PUPR seolah-olah menjadi Asesor FIFA.

Hal itu yang kemudian menyulut polemik publik karena memang yang berkapasitas menyampaikan sesuai standar atau tidak rumput JIS adalah FIFA.

Semestinya, technical delegate atau asesor FIFA yang berhak menyatakan sudah sesuai verifikasi atau belum.

"Barulah menjadi valid verifikasi atau verifikatornya," kata pria yang akrab disapa Bung Towel itu dikutip dari YouTube tvOneNews, Kamis (6/7/2023).

"Tapi ketika Menteri PUPR menjadi seolah-olah asesor FIFA, itu akhirnya menyulut polemik kan, soal rumput ini," tambahnya.

Baca juga: Daftar Lengkap 24 Tim yang Lolos Piala Dunia U17, Indonesia Debutan Sendiri, Uzbekistan Tim Terakhir

Baca juga: Alasan FIFA Tunjuk Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U17 2023, Ini 3 Pertimbangan

Sebab diketahui ada tiga jenis rumput stadion yakni alami (natural grass), hibrid dan artificial (sintetis).

Menurutnya, jangan kemudian ada pihak yang sebenarnya tidak berkompeten, tiba-tiba menyatakan rumput JIS tidak sesuai standar FIFA seperti beberapa waktu lalu.

 

 

Analis Sepakbola itu menyampaikan, proses verifikasi sebuah stadion menjadi venue Piala Dunia biasanya, konfederasi dalam hal ini PSSI yang mengajukan langsung ke FIFA.

Kemudian FIFA menurunkan timnya yang disebut technical delegate untuk memverifikasi stadion-stadion mana yang akan diusulkan.

Baru kemudian bila ada kekurangan, FIFA nantinya akan memberikan catatan-catatan untuk perbaikan.

"Jadi tinggal didorong saja nama stadion yang akan digunakan Piala Dunia U-17 ini gitu lho," ungkap Towel.

Sekarang menurutnya, PSSI tidak perlu berlama-lama soal keputusan stadion mana yang akan dijadikan venue untuk diajukan ke FIFA.

"Minta segera komunikasi, tim technical delegate (FIFA) datang untuk meng-assessment," kata Towel.

"Sehingga nggak perlu berlama-lama ataupun menjadi apa ya, yang prematur kitanya sendiri yang menyatakan tidak sesuai dan sebagainya," sambungnya.

Perlu diingat, menurutnya venue U-17 berbeda dengan Piala Dunia di atasnya, oleh sebab itu mengenai beberapa kekurangan di stadion dapat disesuaikan.

Dan JIS ini, lanjutnya, bila bicara kualifikasi berdasarkan FIFA guidelines terkait stadion, sudah banyak yang memenuhi syarat.

"Sebetulnya ini sih kalau kita checklist-checklist, sebetulnya banyak memenuhi syarat," ungkap Towel.

"Tinggal memang kalau ada yang misalnya belum rapi, belum apa itu kan normal dalam menjelang dalam sebuah persiapan," tambahnya.

Berhubung waktu penyelenggaraan Piala Dunia U-17 yang semakin mepet, ia mendorong agar PSSI segera berkomunikasi dengan FIFA terkait verifikasi stadion ini.

"Jarak penunjukannya jadi tuan rumah juga mepet, segeralah timeline-nya dipercepat," kata Towel.

"Nggak bisa berleha-leha karena kemarin sudah dicek, diverifikasi tapi kan kita tahu ada halangan di GBK," tambahnya.

Menurutnya, JIS salah satu stadion yang pantas menjadi alternatif di Jakarta untuk venue Piala Dunia U-17 mengingat GBK bakal digunakan untuk tempat konser Coldplay.

"Bali harus jadi catatan apakah diberi kesempatan lagi setelah Piala Dunia U-20 gagal dan juga ada World Beach Games," ungkap Towel.

"Jadi saya pikir JIS salah satu stadion yang menurut saya pantas menjadi alternatif di Jakarta selain GBK," tambahnya.

Mengenai rumput yang disebutkan tidak berstandar FIFA, menurutnya perlu diketahui konsep pembangunan dan desain awal JIS memang hibrid dengan komposisi 5 persen rumput alami, 95 persen sintetis.

Beberapa di antara keunggulan rumput hibrid yakni dianggap tahan lama, lalu kemudian menyerap air lebih banyak, lalu lebih cocok di daerah pesisir.

"Hibrid ini digunakan di stadion-stadion internasional lainnya seperti Allianz Arena, Wanda Metropolitano di Atletico Madrid," ungkap Towel.

"Jadi, bukan hal yang baru karena FIFA juga punya tiga kriteria tentang permukaan atau lapangan rumput, semuanya bisa memenuhi syarat sepanjang sesuai dengan standar FIFA," tambahnya.

Dipuji Klub Thailand, Tak Dikomplain Barcelona

Sementara Pengusaha sekaligus Pelaku Sepakbola Nasional, Gede Widiade menyampaikan, secara kasat mata mengenai rumput dan secara keseluruhan stadion JIS sudah bagus.

Hal itu dibuktikan saat pihaknya menggunakan JIS sebagai stadion penyelenggaraan International Youth Championship yang menghadirkan Barcelona dan Atletico Madrid.

Selain itu pihaknya juga memakai JIS dalam laga antara Persija Chonburi FC, salah satu klub sepakbola dari Thailand.

"Secara kasat mata bagus gitu, dan tidak ada komplain dari tim Barcelona maupun Atletico Madrid," ungkap Gede.

"Dari tim Thailand juga tidak ada komplain, malah mereka respect, mereka (bilang) bagus," tambahnya.

Hanya saja waktu itu, JIS belum terverifikasi secara formal dari FIFA dan berdasarkan standar FIFA belum diketahui apakah sudah memenuhi atau tidak.

"Kalau standarisasi lapangan sepakbola harus distandarisasi dan di-approve oleh yang mempunyai kewenangan yaitu FIFA," ungkap Gede.

"Jadi kalau menurut saya, secara kasat mata bagus. Tapi secara normatif belum memperoleh approval dari instansi yang berwenang untuk memberikan penilaian layak atau tidak," pungkasnya.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved