Berita Viral

Kisah Anak Gendong Ayah 2 Jam Berjalanan Kaki dari Hutan, Terjatuh saat Ambil Madu: Kini Berduka

Duka mendalam sungguh dirasakan oleh Ade Praja, tatkala dirinya baru menyelamatkan sang ayah sehari sebelumnya dari dalam hutan.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
KOLASE SERAMBINEWS.COM/TRIBUN BENGKULU
Kisah Anak Gendong Ayah 2 Jam Berjalanan Kaki dari Hutan, Terjatuh saat Ambil Madu: Kini Berduka 

Kisah Anak Gendong Ayah 2 Jam Berjalanan Kaki dari Hutan, Terjatuh saat Ambil Madu: Kini Berduka

SERAMBINEWS.COM, BENGKULU – Kisah pilu mendalam sungguh dirasakan oleh pemuda bernama Ade Praja (20).

Warga Desa Balai Butar, Kecamatan Sindang Beliti Ilir (SBI), Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu ini harus kehilangan sosok sang ayah untuk selama-lamanya pada Senin (18/9/2023).

Duka mendalam sungguh dirasakan oleh Ade Praja, tatkala dirinya baru menyelamatkan sang ayah sehari sebelumnya dari dalam hutan.

Ade harus menggendong sang ayah, Aji Yunus Almandono (50) yang terjatuh dari pohon setinggi 6 meter pada Minggu (17/9/2023).

Diketahui, almarhum Aji Yunus terjatuh saat bekerja mengambil madu hutan.

Ade yang pada saat itu ikut bersama sang ayah, tanpa pikir panjang langsung menggendong orang tuanya itu.

Baca juga: Ini Kronologi Ayah dan Anak yang Dituntut Mati Karena Selundupkan Sabu dari Malaysia

Ia berjalanan kaki sejauh 2 jam dari dalam hutan menuju rumahnya di Desa Balai Butar, Kecamatan Sindang Beliti Ilir.

Pada saat itu, Aji Yunus masih hidup. Namun takdir berkata lain, sang ayah menghembuskan napas terakhirnya pada Senin pagi.

Dari informasi yang dihimpun TribunBengkulu, ayah dan anak ini mencari madu hutan di Sungai Tengah Desa Periang Kecamatan SBI pada Minggu (17/9/2023) pagi.

Saat itu, sang ayahnya terjatuh dari pohon karet setinggi 6 meter pada saat mengambil madu hutan.

Dimana ayah dan anak ini memang biasanya mencari dan mengambil madu hutan.

Dari pengakuan Ade, saat itu ia melihat ayahnya terjatuh dari pohon karet.

Karena panik, ia pun mencoba mengevakuasi sang ayah.

Dengan cara menggendong ayahnya, Ade menempuh perjalanan dari dalam hutan hingga ke rumahnya.

Adapun diperkirakan waktu tempuh itu sekitar 2 jam.

"Benar bang, dengan cara digendong, itu jalan kaki," kata Ade.

Ade mengaku tidak bisa menceritakan semuanya.

Saat ini pikirannya sedang kacau melihat ayahnya meninggal dunia.

Namun dikatakannya, saat itu ayahnya masih hidup dan dia pun mencoba mengevakuasi sang ayah.

Setelah sampai di rumah, pihak keluarga membawa Aji ke RS Ar Bunda Kota Lubuklinggau untuk mendapatkan perawatan.

"Maaf bang ya, belum bisa saya ceritakan semuanya, saya sedang pusing sekali saat ini," ungkap Ade.

Sementara itu, Kapolsek Kota Padang Iptu Mansyur Daut Manalu menerangkan, pohon karet tersebut memiliki ketinggian lebih kurang enam meter dan korban menaikinya tanpa alat pengaman.

Setelah berhasil mengambil madu hutan dan akan menurunkannya dengan ember plastik, korban terpeleset dan terjatuh dari pohon karet.

Saat terjatuh itu, posisi kepala jatuh duluan hingga korban tidak sadarkan diri.

Korban dievakuasi oleh anaknya dengan cara digendong dan anaknya ini berjalan kaki hingga sampai dirumahnya.

Korban dan anaknya itu sampai kerumahnya sekira pukul 21.00 WIB karena mereka berjalan kaki.

"Bentuk kasih sayang anaknya, jadi digendong dibawa ke rumah dan dibawa ke RS Ar Bunda Lubuklinggau, sempat di opname namun korban meninggal pada Senin pagi," ujar kapolsek.

Korban mengalami luka memar pada leher dan kepala bagian belakang akibat benturan dari dahan pohon karet.

Juga luka akibat benturan saat terjatuh ke tanah dari ketinggian.

Saat ini jenazah korban telah dimakamkan di TPU Desa Balai Butar Kecamatan SBI.

"Sudah dimakamkan oleh keluarganya," jelas kapolsek.

 

KISAH LAINNYA - Pengorbanan Seorang Ayah Temani hingga Dorong Kursi Roda demi Anaknya

Dilansir dari TribunJakarta, Dhiya Ulhaq Tino Putri tak pernah menyangka akan mengalami musibah yang membuat hidupnya berubah.

Bahkan, kejadian yang menimpanya membuat sang ayah, Sutikno menemani dirinya kemana pun dengan kursi roda.

Unggahan video pengorbanan ayahnya yang sudah tua setia menemani hingga rela menunggu sang anak selama kuliah viral di media sosial,

Videonya pun mendapat perhatian dari warganet.

Dheeul, sapaannya menceritakan semua itu bermula pada 17 Juli 2023 lalu.

Saat itu, ia mengisi waktu kosongnya sebagai mahasiswa tingkat akhir dengan magang di salah satu instasi milik pemerintah.

Ia yang baru masuk magang beberapa hari dihadapkan dengan kesibukan yang padat.

Pasalnya, saat itu menjelang pelantikan menteri.

Hingga singkat cerita ia memutuskan untuk mengambil wudhu disela kegiatannya.

Saat tengah membasuh kaki kiri, kaki kanan yang menjadi tumpuan tiba-tiba saja tak berdiri dengan optimal.

Ia menuturkan kakinya sampai berputar dan berbunyi pada saat kejadian.

"Aku ibaratnya udah pasrah, pikiran aku udah kemana-mana. Aku pasrah ini gimana kakiku,”

“Saking sakitnya aku udah ga nangis lagi, aku cuma manggil temanku dengan muka pucat. "Kaki gua kayaknya patah deh",”

“Itu posisinya aku udah gak sadar. Udah pucat, aku memang muntah-muntah dikhawatirkan aku gegar otak ringan," ceritanya kepada TribunJakarta.com, Sabtu (16/9/2023).

Sebagai pertolongan pertama, ia dibawa ke klinik kantor.

Sayangnya kakinya yang patah membuat ia harus dilarikan ke rumah sakit di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Tak memilih opsi operasi, Dheeul lebih memilih kakinya di gips.

"Dari kejadian itu waktu ketahuan patah, aku gak berani bilang sama orang rumah takut mereka khawatir,”

“Akhirnya aku ngabarin mama, mama datang ke situ setelah itu papa langsung di telepon sama mama. Papa kalang kabut di situ,”

“Akhirnya papa yang gak bisa digonceng naik motor tiba-tiba jadi bisa digonceng ke daerah salah satu RS di Menteng," ungkapnya.

Selama satu bulan, Dheeul mengurangi aktivitasnya. Ia selalu berada di rumah dan tak diperkenankan menggunakan tongkat oleh ayahnya. 

Alasannya lantaran ia pernah terjatuh ketika mencoba berjalan dengan tongkat.

Kemudian keadaan diperburuk dengan kondisi kakinya yang belum sembuh sempurna dan masih memerlukan perawatan.

"Akhirnya aku bikin second opinion ke dua RS, itu diputuskan jangan banyak gerak,”

“Selanjutnya bisa meminimalisir gerak dengan pakai kursi roda kemana-mana. Di situ dibilang belum telat kalau dioperasi lagi,”

“Akhirnya dari segala kehopeless-an aku, papa sama mama selalu mendukung dan kemarin memutuskan untuk fisioterapi," pungkasnya.

Inilah alasan mengapa dirinya selalu ditemani oleh sang ayah kemana pun pergi. 

Jangankan untuk kuliah, ayahnya juga rela menunggunya ketika kontrol di rumah sakit.

Padahal ia tahu jelas bahwa ayahnya akan bosan karena menunggunya selama berjam-jam. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved