Mahasiswa UIN Ar-Raniry Belajar Filologi ke Rumoh Manuskrip Aceh
“Salah satu materi kajian dalam mata kuliah ini adalah Filologi Islam Nusantara. Kami memandang Tarmizi A Hamid alias Cek Midi...
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh
SERAMBINEWS COM, BANDA ACEH - Puluhan mahasiswa dari Program Studi Kesejahteraan Sosial (Kesos) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, pada Selasa (21/11/2023) mengadakan kunjungan dan belajar lapangan ke Rumoh Manuskrip Aceh milik Tarmizi A Hamid di Ie Masen Kayee Adang Banda Aceh.
Mahasiswa tersebut tergabung dalam Mata Kuliah Kajian Islam yang diasuh oleh Dosen Hasan Basri M Nur.
“Salah satu materi kajian dalam mata kuliah ini adalah Filologi Islam Nusantara. Kami memandang Tarmizi A Hamid alias Cek Midi menguasai hal itu dan ia memiliki museum, makanya tepat kami ajak mahasiswa untuk belajar kemari,” ujar Hasan Basri M Nur.
Tarmizi A Hamid menyambut dengan penuh kehangatan kedatangan mahasiswa UIN Ar-Raniry untuk belajar lapangan ke Rumoh Manuskrip Aceh.
“Rumoh Manuskrip Aceh ini kami dedikasikan sebagai tempat belajar filologi dan kebudayaan Aceh. Tamu lokal, nasional dan internasional kerap melakukan kunjungan ke mari,” ujar Cek Midi memulai perkuliahan.
Dalam pertemuan itu, Cek Midi memaparkan panjang lebar mengenai kedudukan Aceh dalam lintasan sejarah, sejak masa awal Kerajaan Aceh Darussalam, puncak kejayaan, hingga kondisi terkini yang mana Aceh telah menjadi salah satu provinsi dalam NKRI.
Menurut Cek Midi, pada masa lampau, Aceh sangat luas. Wilayahnya lebih dari setengah Pulau Sumatera, bahkan hingga ke tanah Tanah Malaya (Malaysia).
“Dulu Aceh sangat luas, kaya dan terkenal sebagai pusat berkembangnya ilmu pengetahuan. Kini Aceh mengecil dan menjadi daerah termiskin di Pulau Sumatera, mutu pendidikan juga rendah. Malu kita dengan indatu (leluhur, red),” ungkap Tarmizi.
Diceritakan, pada zaman dahulu, buku ditulis tangan satu per satu oleh ilmuwan. Peninggalan karya tulis mereka disebut manuskrip Aceh.
“Kami mencari, mempelajari dan mengoleksi sebagian dari manuskrip Aceh. Kandungan ilmu di dalamnya sangat beragam, mulai ilmu agama, medis, pertanian hingga ramalan. Semua ada. Ilmuwan Aceh masa lampau sangat cerdas dan aktif menulis,” tambah Cek Midi.
Dahulu, lanjut Cek Midi, jika ingin membaca satu buku, maka pelajar biasa meminjam buku atau kitab. “Beda dengan sekarang, ada percetakan dan mesin foto copy, serba mudah,” katanya.
Tarmizi A Hamid mengaku aneh jika di zaman sekarang generasi muda malas membaca dan menulis. Dia memotivasi mahasiswa untuk rajin membaca, bertanya dan menulis pemikirannya.
Mahasiswa UIN Ar-Raniry yang berkesempatan belajar lapangan di Rumoh Manuskrip Aceh tampak gembira mendapatkan kesempatan ini. Mereka mengamati koleksi manuskrip di Rumoh Manuskrip Aceh dan dapat bertanya langsung mengenai kandungan manuskrip pada Cek Midi.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.