Tanggapan UAS Diserbu Warganet Usai Dukung Anis-Muhaimin di Pilpres 2024: Memutuskan Berarti Siap
Ustadz Abdul Somad mengatakan, bahwa dirinya sama sekali tidak terpengaruh dengan serangan yang dilakukan di semua platfom media sosialnya.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Muhammad Hadi
Hal yang sama, lanjut UAS, juga dilakukan pada pemilihan presiden (Pilpres) tahun ini.
Ustad Abdul Somad lantas menegasakan, jika dirinya telah membuat keputusan, maka ia telah siap dengan segala konsekuensinya.
Baca juga: Hasil Real Count KPU Senin Siang: Prabowo 58 Persen, Anies 24 Persen, Ganjar 17 Persen
Dai kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatera Utara 18 Mei 1977 itu juga menyinggung beberapa hal yang terjadi padanya, usai menyatakan dukungan dan pilihannya terhadap salah satu paslon pada Pilpres 2019 silam.
"Tanggal 11 April 2019 aku bertemu Pak Prabowo di rumah KH Abdul Rasyid Syafi'i. Tanggal 12 April 2019 mereka share meme fitnah terhadapku di twitter pak Said Didu. Pak Said Didu klarifikasi bahwa twitternya diretas," ungkap alumni Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir tersebut.
"Gubernur Riau pun ikut men-share meme hinaan itu di group IPDN. Menjelekkan namaku di hadapan camat dan kades se-Riau," sambungnya.
Tak hanya di media sosial, Ustad Abdul Somad juga mendapat tekanan yang mengusik kehidupannya.
Termasuk di kampus tempat dirinya mengajar.
UAS yang saat itu berstatus ASN beberapa kali mendapat surat panggilan dari rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau.
Ia diadili lantaran dianggap berkampanye.
"Rektor Uin-Suska pun ikut ingin menyidangku. Padahal kalau diputar ulang percakapanku dengan pak Prabowo saat itu tidak mengandung unsur kampanye. Empat surat panggilan dia layangkan," sebut UAS.
UAS mengaku terus diikuti, hingga akhirnya memutuskan menghilang selama beberapa bulan.
Lalu pada Juli 2019, UAS pun akhirnya mengundurkan diri sebagai PNS di UIN Suska Riau.
"Kerjaku hanya shalat, makan, nulis disertasi. Juli 2019 aku di Sudan," kata UAS.
Beberapa peristiwa lain juga dialami UAS setelah mundur sebagai ASN pada 2019 silam.
Ia tidak bisa masuk dan dicegat di sejumlah negara, lantaran dianggap sebagai teroris.
Baca juga: Pasangan Anis-Muhaimin Kuasai Perolehan Suara Pilpres di Pidie Jaya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.