Perang Iran vs Israel

Kampanye ‘Retakkan Tulang Zionis’ Menggema di Seluruh Dunia, Kemlu Iran: AS Tidak Memiliki Moral

“Siapa pun yang masih berada di bawah pilar-pilar Israel yang rusak akan terkubur di bawah reruntuhan,” Jubir Kemlu Iran memperingatkan

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Kena Betancur/AFP
Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel berbaris di luar Universitas Columbia di New York City pada 18 April 2024. Mahasiswa Yahudi di Universitas Columbia di New York City dalam bahaya seiring kerusuhan dan aksi anti-Israel di kampus tersebut. 

Kampanye ‘Retakkan Tulang Zionis’ Menggema di Seluruh Dunia, Kemlu Iran: AS Tidak Memiliki Moral

SERAMBINEWS.COM – Kampanye ‘retakkan tulang zionis’ yang diartikan sebagai bentuk melawan kekejaman dan genosida Israel di Gaza terus menggema di seluruh dunia.

Protes dan aksi menentang dukungan Amerika Serikat (AS) terhadap Israel terus disuarakan oleh sejumlah orang dan mahasiswa di AS.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran, Nasser Kanaani, suara hancurnya Zionisme di seluruh dunia terdengar lebih keras dibandingkan sebelumnya.

Pernyataan tersebut diutarakan Kanaani pada Minggu (28/4/2024) dalam sebuah postingan di halaman X-nya. 

Ia mengatakan secara tegas “tidak” terhadap pendudukan dan genosida di Jalur Gaza oleh Israel, dan itu merupakan tuntutan dunia saat ini.

Pernyataan Kanaani itu menanggapi penyerangan polisi AS terhadap mahasiswa yang mendukung warga Palestina. 

Dia menggarisbawahi bahwa tindakan keras tidak akan memperbaiki fondasi rezim pendudukan yang retak.

“Siapa pun yang masih berada di bawah pilar-pilar Israel yang rusak akan terkubur di bawah reruntuhan,” ia memperingatkan, dikutip dari Teheren Times.

Protes di Parlemen Inggris yang mendesak Pemerintah negara tersebut untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel.
Protes di Parlemen Inggris yang mendesak Pemerintah negara tersebut untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel. (File Anadolu Agency)

Sejak dimulainya perang di Gaza, lebih dari 34.000 orang, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah terbunuh.

Banyak pemimpin dunia dan badan-badan internasional menyerukan gencatan senjata segera di wilayah tersebut.

Dalam postingannya di X pada Kamis, Kanaani juga mencatat bahwa AS tidak memiliki kompetensi moral untuk mengomentari hak asasi manusia, hak perempuan, dan kebebasan berekspresi.

Ia juga menganggap “menyesalkan” kekerasan yang dilakukan polisi AS saat menangani mahasiswa yang memprotes dukungan AS terhadap kejahatan Zionis di Gaza.

Kanaani menggarisbawahi bahwa penindasan yang kejam tersebut telah mengungkapkan sifat sebenarnya dari kata-kata dan tindakan para pejabat Amerika.   

Selain itu, ia mencemooh kebebasan berpendapat di AS sambil mengunggah gambar siswa, termasuk siswi, yang ditindas oleh polisi AS. 

Dalam beberapa hari terakhir, universitas-universitas Amerika menjadi tempat tindakan keras polisi terhadap mahasiswa pengunjuk rasa yang mendukung Palestina dan menuntut genosida di Gaza dihentikan.

Hossein Amir Abdollahian, Menteri Luar Negeri Iran, mengecam penindasan yang terjadi saat ini terhadap demonstrasi pro-Palestina di universitas-universitas Amerika dan meminta Washington untuk segera menghentikan dukungannya terhadap Israel

Dalam sebuah postingan di X pada Kamis, Amir Abdollahian mencatat bahwa penindasan dan perlakuan kasar oleh polisi AS dan pasukan keamanan terhadap profesor dan mahasiswa yang memprotes genosida dan kejahatan perang rezim Israel di berbagai universitas telah sangat mengkhawatirkan opini publik terhadap Israel.

“Penindasan ini sejalan dengan berlanjutnya dukungan penuh Washington terhadap rezim Israel dan jelas menunjukkan standar ganda dan perilaku kontradiktif pemerintah Amerika terhadap kebebasan berekspresi,” tambahnya. 

Para mahasiswa di Kampus SciencesPo sedang menyiapkan perkemahan anti-genosida dalam solidaritas dengan rekan-rekan AS & Palestina. Gerakan mahasiswa Eropa secara resmi bergabung dengan gerakan yang dipelopori oleh kampus-kampus di Amerika.
Para mahasiswa di Kampus SciencesPo sedang menyiapkan perkemahan anti-genosida dalam solidaritas dengan rekan-rekan AS & Palestina. Gerakan mahasiswa Eropa secara resmi bergabung dengan gerakan yang dipelopori oleh kampus-kampus di Amerika. (SERAMBINEWS.COM/instagram)

Amir Abdollahian berbicara tentang genosida terhadap puluhan ribu perempuan dan anak-anak Palestina,

terutama setelah ditemukannya kuburan massal orang-orang yang sakit dan terluka serta staf medis di sekitar Rumah Sakit Nasser di Jalur Gaza.

“Kita tidak bisa menyembunyikan kebencian yang dirasakan dunia terhadap rezim Israel dan mereka yang mendukungnya,” ujarnya. 

Diplomat terkemuka Iran tersebut menekankan Gedung Putih harus segera berhenti mendukung kejahatan perang rezim Israel, dan dimintai pertanggungjawaban.

Ketika protes anti-Israel menyebar di kampus-kampus, polisi telah menahan ratusan demonstran di beberapa lokasi di AS.

Sejak Israel memulai perang pada tanggal 7 Oktober, Amerika Serikat telah memberikan dukungan militer dan intelijen sepenuhnya.

Selain itu, Washington telah menolak berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut diakhirinya serangan militer kejam yang telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Presiden Joe Biden, seperti banyak anggota Kongres lainnya dan kelompok fanatik pro-Israel, menuduh para mahasiswa yang memprotes kejahatan anti-Semitisme Israel.

 

Presiden Iran Janji Akan Lenyapkan Israel Beserta Isinya, Serangan IRGC Akan Mengakhiri Rezim Zionis

Presiden Iran, Ebrahim Raisi berjanji akan menyelapkan Israel berserta isinya jika negara itu masih mencoba mengganggu dan melakukan serangan terhadap Iran.

Ia tak segan-segan memerintahkan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk mengakhiri rezim Zionis yang dipimpin Benjamin Netanyahu.

Hal itu diungkapkan Raisi dalam kunjungan ke Pakistan pada Selasa (23/4/2024).

“Serangan terhadap wilayah Iran akan membawa perubahan total dalam keadaan. Jika rezim Zionis sekali lagi melakukan kesalahan dan menyerang Iran, situasinya akan berbeda, dan apakah akan ada yang tersisa dari rezim ini,” ucap Raisi, IRNA melaporkan.

Ia mengatakan, serangan balik Iran terhadap Israel pada 13 April lalu sebagai balasan serangan Israel pada 1 April terhadap konsulat Iran, adalah cara Iran menghukum rezim Israel.

“Bangsa besar Iran menghukum rezim Zionis atas serangan terhadap konsulat Iran di Damaskus, yang melanggar semua hukum internasional,” katanya.

Pada 13 April, Iran meluncurkan serangkaian rudal dan drone yang menargetkan Israel, dengan alasan sebagai pembalasan atas serangan mematikan Israel di kompleks kedutaan besarnya di Damaskus pada tanggal 1 April.

lihat fotoPresiden Terpiih Iran, Ebrahim Raisi
Presiden Terpiih Iran, Ebrahim Raisi

New York Times melaporan bahwa rencana pembalasan awal Israel terhadap Iran mencakup serangan balasan yang lebih luas terhadap sasaran militer, termasuk di dekat Teheran.

“Serangan yang luas dan merusak seperti itu akan lebih sulit diabaikan oleh Iran, sehingga meningkatkan kemungkinan serangan balik yang kuat dari Iran,” kata surat kabar itu.

Israel belum secara resmi mengakui tanggung jawab atas serangan balasan tersebut, meskipun beberapa pejabat telah menyatakan bertanggung jawab.

Pada awal bulan ini, Raisi mengatakan dalam percakapan dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia' Al Sudani bahwa Israel akan membayar “harga yang mahal” untuk serangan di Damaskus dan juga membahas kematian Mayjen IRGC Muhammad Reza Zahedi.

Dalam pidatonya, Raisi mengatakan bahwa Iran dan Pakistan memiliki pandangan yang sama dalam“membela rakyat Palestina yang tertindas.

Ia menegaskan bahwa kebebasan rakyat di Gaza adalah prioritas utama Teheran.

Presiden Iran itu menekankan bahwa penyelesaian masalah rakyat Palestina bukan hanya masalah ummat Muslim dan kawasan, tapi juga seluruh dunia.

“Rakyat Iran dan Pakistan sama-sama membela bangsa Palestina yang tertindas. Iran akan terus membela perlawanan dan bangsa Palestina yang tertindas,” ungkapnya.

Presiden Iran juga menyerang negara-negara Barat karena mengklaim membela hak asasi manusia sementara Israel terus menyerang Gaza, di mana lebih dari 34.000 warga Palestina telah meninggal sejauh ini.

Dia juga menuduh Amerika Serikat menangkap puluhan mahasiswa di AS karena menghadiri protes pro-Palestina.

“Saat ini, pelanggar hak asasi manusia terbesar adalah orang Amerika dan Barat sebagai pendukung rezim Zionis dalam pembunuhan anak-anak dan genosida,”

“Pembebasan Quds adalah pertanyaan nomor satu umat manusia. Perlawanan masyarakat Gaza akan berujung pada pembebasan Quds Suci dan Palestina,” kata Raisi. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved