Konflik Palestina vs Israel

Israel Mulai Agresi Darat ke Rafah, Hamas Anggap Bencana Kemanusiaan, Mesir Siaga

Militer Israel mulai bergerak dan mengambil kendali penyeberangan Rafah di sisi Gaza, di antara Jalur Gaza dan Mesir.

Editor: Faisal Zamzami
tangkap layar Memo/Getty Images
SIAGA TEMPUR - Puluhan tank dan kendaraan lapis baja Mesir dalam status siaga tempur di wilayah Sinai dekat perbatasan Rafah. Pengerahan militer Mesir itu tersebut terjadi menjelang perluasan operasi militer Israel (IDF) di sekitar kota Rafah di Gaza selatan. 

SERAMBINEWS.COM, KAIRO -  Israel memulai agresi ke wilayah Rafah, Jalur Gaza, Palestina.

Militer Israel mulai bergerak dan mengambil kendali penyeberangan Rafah di sisi Gaza, di antara Jalur Gaza dan Mesir.

Dalam foto-foto yang beredar di media sosial terlihat kendaraan lapis baja Israel, termasuk Tank Merkava memasuki tempat perlindungan warga Gaza.

Washington Post melaporkan, seorang pejabat dari Pasukan Pertahanan Israel mengatakan pasukan infanteri dan batalion lapis baja memperoleh “kendali operasional” di sisi penyeberangan Palestina.

Pejabat tersebut, yang menolak disebutkan namanya sesuai dengan protokol militer, mengatakan mereka telah menewaskan anggota Hamas dan tiga terowongan ditemukan dalam apa yang dia gambarkan sebagai “operasi sasaran spesifik”.

Apa reaksi Mesir menyaksikan warga Gaza semakin terjepit? Sejauh ini tak ada tanda-tanda Mesir mengerahkan kekuatannya untuk melindungi warga Gaza. Kairo hanya mengecam.


Di sisi lain, operasi Israel kali ini disebut banyak pihak membahayakan hubungan Israel dengan Mesir yang sudah rapuh, yang telah berulang kali memperingatkan Israel bahwa tindakan militer di perbatasan dapat melanggar perjanjian perdamaian antara kedua negara yang telah berusia empat dekade.

“Mesir dengan keras mengecam operasi militer Israel di Rafah Palestina, yang mengakibatkan Israel menguasai sisi perbatasan Palestina,” kata Kementerian Luar Negeri Mesir dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan tersebut menggambarkan serangan tersebut sebagai “eskalasi berbahaya” yang mengancam upaya gencatan senjata, dan menambahkan bahwa operasi tersebut membahayakan nyawa jutaan warga Palestina yang bergantung pada penyeberangan untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan.

Penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom, dua titik masuk bantuan utama di selatan, telah ditutup akibat pertempuran tersebut, menurut pejabat Israel dan Palestina.

Sebuah foto yang beredar secara online dan geolokasi oleh The Washington Post menunjukkan dua bendera Israel dikibarkan di sisi Palestina dari titik penyeberangan. Video lain menunjukkan sebuah kendaraan lapis baja menabrak tanda “Gaza” yang diapit oleh dua bendera Palestina di ruang kedatangan.

Sebagai informasi, Rafah merupakan satu-satunya perbatasan yang memungkinkan penduduk keluar masuk Gaza tanpa kendali Israel.

Warga Gaza yang mengungsi akibat bombardir Israel usai serangan Hamas pada 7 Oktober lalu memadati Rafah sepanjang akhir 2023 hingga kini.

Para warga sipil, menganggap kota tersebut menjadi tempat perlindungan terakhir dari serangan Israel.

Di sisi lain, tentara Zionis Israel menganggap Kota Rafah sebagai benteng terakhir dari pasukan Hamas.

Baca juga: VIDEO Abaikan Peringatan Mesir, Israel Ambil Alih Penyeberangan Rafah di Perbatasan

Hamas Anggap Bencana Kemanusiaan

 Hamas yang mengontrol Jalur Gaza menilai tindakan Israel sebagai bencana kemanusiaan.

"Masuknya Israel ke Rafah pada Senin malam merupakan bencana kemanusiaan, yang merupakan ancaman langsung terhadap lebih dari 1,5 juta pengungsi Palestina," kata Hamas dilansir CNN, Selasa (7/5/2024).

Kelompok militan tersebut mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) 'meluncurkan agresi darat' di Rafah untuk mengambil kendali atas perbatasan Palestina dengan Mesir

Hamas menilai hal tersebut bakal berdampak buruk bagi kondisi kemanusiaan di Rafah yang kini dipenuhi pengungsi akibat perang.

 
Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Nasional Gaza memperingatkan tindakan menutup perbatasan Rafah akan memperburuk krisis kemanusiaan. 

Dia mengatakan hal itu dapat mengisolasi Jalur Gaza dari dunia luar.

"Ini mewakili kebijakan hukuman kolektif terhadap lebih dari 2 juta orang," ujar pernyataan Otoritas Gaza.

 
Kementerian tersebut menggambarkan perbatasan Rafah tersebut sebagai jalur penyelamat utama bagi warga di Jalur Gaza yang tidak mewakili ancaman apapun terhadap Israel.

Seperti diketahui, IDF mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan daratnya memulai operasi kontraterorisme yang tepat di wilayah tertentu di Rafah timur. 

Langkah itu diklaim untuk menghancurkan infrastruktur Hamas. Tank-tank Israel pun mulai memasuki Rafah.

Persimpangan utama di Rafah adalah satu-satunya fasilitas perbatasan Gaza yang sebelumnya tidak dikendalikan oleh Israel, dan telah mengizinkan bantuan kemanusiaan terbatas untuk memasuki wilayah tersebut dalam beberapabulanterakhir.

Jerit hati warga Gaza: ke Mana Kami Pergi?

Pengungsi Palestina di Rafah mengungkapkan reaksi mereka terhadap seruan Israel untuk mengevakuasi bagian timur kota tersebut.

Abu Ahmed menanyakan perintah evakuasi Israel, sebab menurutnya, Rafah adalah daerah yang paling aman bagi dirinya dan keluarganya.

“Hari ini, mereka menyuruh kami keluar dari Rafah. Ke mana orang-orang akan pergi? Haruskah mereka pergi ke laut? Ke mana orang-orang akan pergi setelah mereka memberi tahu kami bahwa ini adalah daerah yang aman," ujarnya.

Seorang perempuan Palestina, Aminah Adwan, bercerita dia mendapati perintah evakuasi itu di pagi hari, ketika hujan deras turun dan menggenangi tendanya.

“Kami bangun di pagi hari dan mendapati hujan deras, kami tergenang dalam hujan, pakaian dan barang-barang kami juga -- kami berada di jalanan. Kami juga mendapat berita yang jauh lebih buruk, seruan untuk mengevakuasi Rafah,” ujar Aminah Adwan.

“Saat ini hujan deras dan kami tak tahu harus pergi ke mana. Saya selalu khawatir hari ini akan tiba, saya sekarang harus mencari tahu ke mana saya bisa membawa keluarga saya,” ujar Abu Raed, salah satu pengungsi di Rafah.

Wakil pemimpin Hamas di Gaza mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa persyaratan gencatan senjata yang disetujui pada Senin (06/05) mencakup pertukaran tahanan Israel-Palestina dalam tiga tahap.

Dikutip dari BBC, -meski belum bisa memverifikasi informasi tersebut secara independen--berikut rinciannya:

Fase pertama: Akan mencakup periode gencatan senjata selama 42 hari, Hamas akan membebaskan 33 sandera sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

Hal ini juga akan melibatkan penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza dan memungkinkan warga Palestina untuk bergerak bebas dari selatan ke utara.

Fase kedua: Melibatkan periode gencatan senjata selama 42 hari, “ketenangan berkelanjutan” akan dipulihkan di Gaza dan pasukan Israel akan ditarik sepenuhnya.

Hamas juga diperkirakan akan membebaskan tentara cadangan Israel dan beberapa tentara yang disandera sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dari penjara.

Frase ketiga: Pertukaran jenazah akan selesai dan dimulainya rekonstruksi sesuai dengan rencana yang diawasi oleh Qatar, Mesir dan PBB.

Hal ini juga akan mengakhiri blokade penuh Jalur Gaza.

Seperti yang telah kami laporkan, rincian pasti dari proposal yang disetujui oleh Hamas masih belum jelas dan Netanyahu dari Israel mengatakan bahwa perjanjian tersebut "jauh dari memenuhi tuntutan Israel", dan menambahkan bahwa ia akan mengirim tim ke Kairo untuk melakukan negosiasi lebih lanjut.

Baca juga: Pembantaian di Rafah Gaza, Sekjen PBB Murka: Serangan Israel Tak Dapat Ditoleransi Dampak Kemanusian

 

Rebut Kendali Penyeberangan Rafah

 

 

Pasukan Israel dilaporkan telah mengambil alih penyeberangan Rafah di perbatasan Gaza dengan Mesir setelah maju menyerbu pada Selasa (7/5//2024) malam hari.

Penyerbuan dimulai oleh aksi manuver pesawat tempur Israel menggempur rumah-rumah pemukiman di kawasan tersebut.

Pengambil alihan itu ditandai oleh kehadiran tank-tank Israel di penyeberangan Rafah yang berbatasan dengan Mesir.


"Serangan ini terjadi setelah Israel mengatakan akan melanjutkan operasi militernya di Rafah bahkan setelah Hamas mengatakan pihaknya telah menerima proposal gencatan senjata di Gaza yang diajukan oleh mediator Qatar dan Mesir," tulis Al Jazeera, Selasa.

Sebelumnya, jaringan berita Amerika CNN mengutip dua sumber Palestina, membenarkan bahwa tentara pendudukan melancarkan serangan di sisi penyeberangan Palestina.

Tentara pendudukan Israel juga telah mengumumkan kalau pasukannya mulai menyerang target sasaran Hamas di wilayah Rafah timur secara mengejutkan.

Pengumuman tersebut datang bersamaan dengan pengumuman dari kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bahwa dewan perang dengan suara bulat memutuskan untuk melanjutkan operasi di Rafah untuk menekan Hamas agar membebaskan para tahanan dan mencapai tujuan perang.

Abaikan Peringatan Mesir

Manuver tentara IDF mengambil alih perbatasan Mesir-Gaza di penyeberangan Rafah ini jelas mengabaikan peringatan Mesir yang berulang kali mewanti-wanti kalau aksi itu berpotensi memperluas konflik di Timur Tengah.

Sejak perang antara Israel dan Hamas meletus pada 7 Oktober, Mesir diketahui melakukan sejumlah upaya agar perbatasan antara negara mereka dan Gaza benar-benar tertutup rapat.

Mesir membangun tembok perbatasan beton yang tingginya enam meter ke dalam tanah dan di atasnya dipasang kawat berduri.

Mereka juga telah membangun tanggul dan meningkatkan pengawasan di pos-pos perbatasan, kata sumber keamanan.

Bulan lalu, layanan informasi negara Mesir merinci beberapa tindakan yang diambil di perbatasannya sebagai tanggapan atas dugaan Israel kalau Hamas telah memperoleh senjata yang diselundupkan dari Mesir.

Tiga garis penghalang membuat penyelundupan melalui darat atau bawah tanah menjadi mustahil, katanya.

Gambar yang dibagikan ke Reuters oleh Sinai Foundation for Human Rights, sebuah kelompok independen, menunjukkan pemasangan tembok pada bulan Desember, dengan beberapa tanggul di belakangnya.

Gambar selanjutnya, yang menurut kelompok itu diambil pada awal Februari, tampak menunjukkan tiga lapisan kawat berduri melingkar vertikal dipasang di atas tembok.

Citra satelit dari bulan Januari dan Desember juga menunjukkan beberapa pembangunan baru di sepanjang 13 km (8 mil) perbatasan dekat Rafah dan perluasan tembok ke tepi laut di ujung utaranya.

Mesir juga sudah mengirimkan sekitar 40 tank dan pengangkut personel lapis baja ke timur laut Sinai pada Februari silam dan bersiaga di sana sejak itu.

Langkah Mesir ini disebutkan sebagai bagian dari serangkaian tindakan untuk meningkatkan keamanan di perbatasannya dengan Gaza, kata dua sumber keamanan Mesir, menurut laporan Reuters.

Seorang pejabat tinggi pemerintah Mesir, mengatakan kalau Kairo siap untuk menghadapi skenario apa pun yang mungkin terjadi atas situasi di Rafah terkait agresi militer Israel.

Stasiun televisi Al Qahera News, Selasa (13/2/2024) silam melaporkan, Mesir menyatakan pemerintah mereka mengawasi secara seksama situasi yang terjadi di perbatasan dan Rafah, mengingat tentara Israel (IDF) sudah memulai serangan ke wilayah itu.

Baca juga: 387 Tapol-Napol di Aceh Timur Belum Menerima Bantuan Hingga Saat Ini

Baca juga: Polres Aceh Timur Edukasi Satwa Liar dan Larangan Penggunaan Senapan Angin

Baca juga: Direktur KSKK Kemenag RI Resmikan PTSP MTsN 2 Aceh Besar

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved