Konflik Palestina dan Israel

Profil Yahya Sinwar, Pemimpin Baru Hamas Gantikan Haniyeh, Dijuluki Penjagal dari Gaza oleh Israel

Yahya Sinwar diumumkan menjadi pemimpin politik baru Hamas pada Selasa (6/8/2024) waktu setempat, diberitakan Reuters, Rabu (7/8/2024).

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/AFP
Pemimpin Hamas di Jalur Gaza Yahya Sinwar berbicara saat rapat umum memperingati Hari Al-Quds (Yerusalem), di Kota Gaza, 14 April 2023. 

SERAMBINEWS.COM - Berikut profil Yahya Sinwar pemimpin baru Hamas.

Hamas menunjuk Yahya Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh di Teheran Iran pada 31 Juli 2024 lalu.

Yahya Sinwar diumumkan menjadi pemimpin politik baru Hamas pada Selasa (6/8/2024) waktu setempat, diberitakan Reuters, Rabu (7/8/2024).

"Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan terpilihnya Komandan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut, menggantikan sang syahid, Komandan Ismail Haniyeh, semoga Allah merahmatinya," kata gerakan itu dalam sebuah pernyataan singkat.

Yahya Sinwar dikenal sebagai orang yang diduga memelopori serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Dia adalah pemimpin Hamas yang paling berkuasa usai Ismail Haniyeh meninggal.

Yahya Sinwar selama ini berada di Gaza sejak dimulainya perang dengan Israel.

Dia memilih di Gaza melawan Israel dan tidak mengungsi ke negara lain seperti pemimpin Hamas lainnya.

Sinwar telah menghabiskan separuh masa dewasanya di penjara Israel.

Dia juga pemimpin Hamas paling berkuasa yang masih hidup setelah pembunuhan Haniyeh.

Lalu, siapa itu Yahya Sinwar yang kini menjadi pemimpin politik Hamas?

Profil Yahya Sinwar

Yahya Sinwar lahir pada 1962 di kamp pengungsi warga Palestina di Kota Khan Younis, Gaza selatan.

Keluarganya terpaksa mengungsi selama perang jelang pembentukan Israel. Pada 1987, Hamas kemudian dibentuk.

Yahya lalu bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an, dikutip dari The New York Times, Selasa. Pendiri Hamas, Sheik Ahmed Yassin merekrut Yahya sebagai kepala unit keamanan internal bernama Munazzamat al Jihad w'al-Dawa atau Al Majd.

Dia bertugas menemukan dan menghukum orang-orang yang diduga melanggar hukum moralitas Islam atau bekerja sama dengan Israel.

Catatan pengadilan Israel menuliskan Yahya dipenjara pada 1988 karena membunuh empat orang Palestina yang dituduh murtad atau bekerja sama dengan Israel.

Catatan lain menunjukkan dia dijatuhi empat hukuman seumur hidup berturut-turut karena menculik dan membunuh dua tentara Israel pada 1989, dilansir dari Forbes, Selasa.

Saat dipenjara selama lebih dari dua dekade, Yahya kerap menerjemahkan ke bahasa Arab puluhan ribu halaman otobiografi berbahasa Ibrani tulisan mantan kepala badan keamanan Israel, Shin Bet. Tulisan itu berguna untuk mempelajari taktik Israel.

Dia juga menulis novel The Thorn and the Carnation di penjara. Novel itu menceritakan seorang anak laki-laki Gaza bernama Ahmed yang keluar dari persembunyian selama perang Arab-Israel 1967 dan hidup di bawah pendudukan Israel. Selama dipenjara, Yahya diketahui mencoba melarikan diri beberapa kali.

Caranya dengan menggali lubang di lantai sel. Dia juga dapat menghubungi pemimpin Hamas di luar penjara lewat ponsel selundupan atau pesan dengan perantara pengacara dan pengunjungnya.

Yahya menjadi pemimpin Hamas

Yahya bebas pada 2011 dalam pertukaran tahanan besar-besaran dengan Israel. Lebih dari 1.000 tahanan Israel dibebaskan dengan imbalan tentara Gilad Shalit yang ditangkap Hamas. Setelah dibebaskan, Yahya menikah dan memiliki anak.

Namun, dia jarang membicarakan keluarganya di muka umum. Yahya kemudian kerap terlibat dalam pertempuran Hamas melawan Israel.

Pada 2015, Departemen Luar Negeri AS menetapkannya sebagai teroris global. Dia juga dikenai sanksi oleh Inggris dan Perancis. Pada 2017, Yahya terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza.

Dia terpilih kembali untuk masa jabatan kedua selama empat tahun pada 2021. Sebagai pemimpin Hamas, dia dikenal sering mengkritik kepala Otoritas Palestina dari Partai Fatah, Mahmoud Abbas yang menguasai Tepi Barat.

Yahya juga bersikap keras melawan Israel. Karena itu, dia dianggap akan menyulitkan upaya perjanjian gencatan senjata dan pengembalian ratusan sandera dari Israel.

Meski begitu, dia sempat menyatakan Hamas akan terbuka untuk bernegosiasi dengan Israel dengan imbalan Israel dan Mesir mencabut blokade mereka terhadap Gaza.

Pejabat Hamas pernah bersikeras Yahya tidak memiliki keputusan akhir dalam kelompok tersebut. Namun, keputusan yang diambil Hamas tetap harus dikonsultasikan dengannya.

Sosok Yahya Sinwar: Dijuluki Penjagal dari Gaza oleh Israel

Karena keberaniannya melawan langsung militer Israel di medan perang maka banyak gelar yang didapatnya.

Oleh Israel dia dianggap sosok menakutkan.

Yahya Sinwar disebut-sebut paling bertanggungjawab dan menjalankan gerakan perlawanan di Gaza Palestina saat ini.

Israel juga menuduh Yahya Sinwar sebagai pihak yang bertanggungjawab atas penahanan sejumlah sandera Israel di dalam terowongan.

“Gambaran Sinwar di jalan-jalan Gaza, sementara para sandera mendekam di ruang bawah tanah adalah gambaran kegagalan Israel,” kata The Hostage and Missing Families Forum.

Israel menjuluki Yahya Sinwar si penjagal dari Gaza karena dituduh kejam terhadap zionis.

Ribuan tentara Israel mengerahkan drone, penyadap elektronik, hingga informan manusia demi mencari keberadaan Yahya Sinwar.

Yahya Sinwar yang memiliki rambut seputih salju dan alis hitam merupakan pemimpin sayap politik Hamas di Gaza.

Yahya bersama sejumlah orang lainnya dianggap bertanggung jawab atas serangan pada 7 Oktober di wilayah selatan Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan lebih dari 200 orang diculik.

“Yahya Sinwar adalah komandannya dan dia akan habis,” kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari pada awal Oktober.

“Serangan keji ini diputuskan oleh Yahya Sinwar,” kata Kepala Staf IDF Herzi Halexi.

Israel sebut Sinwar adalah orang kedua setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang kini bermukim di Qatar.

Israel juga yakni saat ini Sinwar telah terpojok, bersembunyi di terowongan bawah tanah di suatu tempat di Gaza bersama pengawalnya dan tidak berkomunikasi dengan siapa pun karena khawatir akan terlacak dan ditemukan.

Latar Belakang Yahya Sinwar

Yahya Sinwar lahir pada 29 Oktober 1962 di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza selatan.

Ia bergabung dengan Hamas ketika Sheikh Ahmad Yassin mendirikan kelompok tersebut sekitar waktu intifada Palestina pertama dimulai pada tahun 1987.

Sinwar membentuk aparat keamanan internal Hamas pada tahun berikutnya.

Ia selanjutnya memimpin unit intelijen yang didedikasikan untuk menangkap dan menghukum tanpa ampun warga yang dituduh memberikan informasi kepada Israel.

Lulusan Universitas Islam di Gaza ini mempelajari bahasa Ibrani dengan sempurna selama 23 tahun di penjara Israel.

Sinwar dikatakan memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.

Ia sebelumnya dipenjara atas pembunuhan dua tentara Israel.

Pada tahun 2011, Sinwar dibebaskan dalam pertukaran tahanan bersama 1.027 warga Palestina lainnya sebagai ganti tentara Israel Gilad Shalit.

Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil alih kepemimpinan keseluruhan gerakan di Gaza.

Pendahulunya, Ismail Haniyeh, dikenal lebih moderat kepada dunia.

Namun Sinwar lebih suka memaksakan masalah Palestina ke depan dengan cara yang lebih keras, menurut AFP.

Cita-cita mendirikan negara Palestina

Sinwar memiliki mendirikan negara Palestina di mana Jalur Gaza, Tepi Barat yang dikendalikan oleh partai Fatah pimpinan Mahmud Abbas, dan Yerusalem timur, bersatu.

Menurut lembaga pemikir AS, Council on Foreign Relations, Sinwar telah berjanji untuk menghukum siapa pun yang menghalangi rekonsiliasi dengan Fatah.

Fatah adalah gerakan politik saingan yang terlibat dalam pertikaian faksional dengan Hamas setelah pemilihan umum tahun 2006.

Kesepakatan itu masih sulit dicapai, tetapi pembebasan tahanan yang dihasilkan dari perjanjian gencatan senjata singkat November lalu, telah membuat popularitas Hamas melambung di Tepi Barat.

Menurut Seurat, Sinwar telah menempuh jalan radikal dalam perencanaan militer dan pragmatis dalam politik.

"Dia tidak menganjurkan kekerasan demi kekerasan, tetapi untuk mewujudkan negosiasi dengan Israel," katanya.

Yahya Sinwar masuk dalam daftar "teroris internasional" paling dicari AS pada tahun 2015.

Sumber keamanan di luar Gaza mengatakan bahwa Sinwar berlindung di jaringan terowongan Hamas yang dibangun di bawah wilayah tersebut untuk menahan bom Israel.

Pada bulan November lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji untuk menemukan dan melenyapkan Sinwar.

Ia mendesak warga Gaza untuk menyerahkan Sinwar.

"Jika Anda berhasil menangkapnya sebelum kami, itu akan memperpendek perang," kata Gallant.

(*/ TribunPalu.com ) (Tribunnews.com )

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Profil Yahya Sinwar, Pemimpin Baru Hamas Pengganti Ismail Haniyeh"

TribunPalu.com dengan judul SOSOK Yahya Sinwar! Ditunjuk Hamas Gantikan Ismail Haniyeh, Dijuluki Si Penjagal dari Gaza

Baca juga: Hamas Resmi Umumkan Yahya Sinwar Sebagai Pengganti Ismail Haniyeh, Sosok Paling Ditakuti Israel

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved