Berita PON Aceh 2024

Ini Sosok Penyumbang Medali Emas Pertama Aceh di PON 2024 dari Cabor Aerosport, Bukan Orang Biasa 

Hening Paradigma menjadi atlet pertama yang berhasil menyumbang medali emas untuk Aceh dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut XXI Tahun 2024.

Penulis: Jafaruddin | Editor: Saifullah
Dok Humas Paramotor/PB PON XXI Aceh
Atlet Aceh, Hening Paradigma berhasil meraih medali emas pada pertandingan cabang olahraga Aerosport-Paramotor kategori Economic FL-Distance putra. 

Laporan Jafaruddin I Aceh Utara

SERAMBINEWS.COM, LHOKSUKON – Hening Paradigma menjadi atlet pertama yang berhasil menyumbang medali emas untuk Aceh dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut XXI Tahun 2024.

Pria kelahiran 24 Juni 1986 tersebut berhasil meraih emas pada Cabang Olahraga (Cabor) Aerosport pada mata lomba Foot Launch Putra.

Cabor tersebut dipertandingkan dari tanggal 29 Agustus hingga 9 September 2024, dengan total menyediakan 12 medali emas di Venue Bandara Malikussaleh, Aceh Utara.

Aerosport merupakan olahraga yang baru pertama kali diperlombakan dalam event empat tahunan tersebut.

Perlombaan cabor itu yang diikuti oleh 63 atlet, terdiri 51 atlet putra dan 12 atlet putri dari 17 provinsi di Indonesia.

Pertandingan cabor tersebut dibuka secara resmi oleh Penjabat (Pj) Bupati Aceh Utara, Dr Mahyuzar.

17 provinsi yang ikut serta masing-masing ⁠DKI Jakarta, DI Yogyakarta Jawa Barat, ⁠Jawa Timur,⁠ ⁠Jawa Tengah, Banten, Lampung, Riau, ⁠Kalimantan Timur, dan ⁠Nusa Tenggara Timur.

Kemudian ⁠Bali, Papua Selatan, Papua Tengah, ⁠Sumatera Selatan, ⁠Sumatera Barat, ⁠Sumatera Utara, dan ⁠Aceh.

“Alhamdulillah. Perasaan saya senang dan bersyukur,” ujar pria yang menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Industri Universitas Trisakti Jakarta.

Hening mengaku prestasi emas yang diraihnya sudah diketahui kedua orangtuanya dan mengaku sangat bahagia.

“Arti kemenangan bagi saya pribadi adalah rezeki yang Allah titipkan untuk saya. Semoga menjadi berkah,” ucapnya.

“Arti kemenangan bagi tim Aerosport Aceh adalah tidak ada yang tidak mungkin jika Allah meridhai dan kita berusaha maksimal, karena Tim Aceh merupakan tim kuda hitam,” ujar pria asal kelahiran Semarang.

Hening mengaku untuk bisa mengikuti PON 2024, ia berlatih secara intensif dan mandiri selama kurang lebih 6 bulan di Pulau Jawa.

“Latihannya sangat minim fasilitas dan peralatan karena menggunakan anggaran pribadi dan Pelatda yang belum jelas,” ungkap pria lajang tersebut.

Dalam mengikuti PON ini, salah satu hal yang menjadi tantangan bagi Hening adalah karena minimnya anggaran taktis untuk bertanding.

Sehingga banyak sekali pengeluaran pribadi yang keluar untuk mendapatkan medali, seperti gaji mekanik, pengiriman peralatan, serta transportasi saat bertanding.

“Motivasi utama dalam meraih medali emas ini adalah Bapak Cahyo Alkantana,” kata Hening yang mengaku mulai mengikuti olahraga paramotor saat berusia 15 tahun atau mulai 2001.

Emas yang diraih dalam event empat tahunan ini bukanlah medali pertama bagi Hening. Pria yang kini berdomisili di Bogor itu pernah meraih emas saat PON XVI-2004 di Provinsi Sumatera Selatan.

Sebelumnya, Hening mengikuti PON pada Cabor Terbang Layang. 

Kemudian ia kembali berhasil meraih medali emas pada Cabor Paralayang dalam event bergensi Asian Games 2018 di Indonesia.

Untuk tingkat internasional, Hening juga meraih medali perunggu pada Cabor Paramotor di Asian Beach Games 2013 (multi event intenasional) di China.

Untuk bisa tampil maksimal di setiap pertandingan Hening mengaku selalu menyempatkan waktu untuk berdoa meminta kemudahan untuk bisa tampil maksimal pada Allah.

Untuk menjaga ritme tubuh dalam bertanding, Hening menyebutkan selalu memperbanyak shalat sunnah, makan protein, minum air putih, dan tidur.

“Shalat itu sangat berdampak pada dunia kita, yang pasti shalat akan menjaga ritme tubuh. Ritme tubuh ini sangat mempengaruhi level energi, semangat, optimisme kita,” ujar Hening.

Ia berkesimpulan sampai saat ini cara hidup yang benar ada di Agama Islam. 

Sebagian kecil sudah dibuktikan secara science dan dipublikasi. Sebagian belum dibuktikan dan (mungkin) ditutup-tutupi.

“Contoh, Nabi Muhammad memerintahkan tidur setelah Isya dan tidak menyukai orang bergadang kecuali ada hal yang urgent dan penting,” ucap dia. 

“Saya sudah bandingkan durasi tidur sama-sama 5 jam, namun beda awal waktu tidur. Waktu tidur awal menghasilkan bangun pagi yang lebih menyegarkan,” ungkap Hening.

Ditanya bagaimana menjaga konsentrasi dan fokus di tengah tekanan kompetisi?

Hening menjawab juga dengan shalat.

“Shalat. Kemudian delegasi pekerjaan pada asisten, makan protein, lemak, buah dan mengatur nafas,” tuturnya.

Saat mengikuti pertandingan, Hening mengaku selalu berupaya tampil maksimal dan tidak menganggap sudah meraih kemenangan meskipun sudah memperoleh nilai terbanyak. Karena perasaan itu akan merusak fokus pertandingan.

“Just do the best. Allah do the rest. Insya Allah,” tulis alumnus Magister Ilmu Pangan IPB.

Hening juga mengungkapkan teknik atau pendekatan khusus yang digunakan untuk tampil terbaik dari lawannya adalah meminta pada Allah agar diberi petunjuk agar diberi kemenangan. Kemudian menjaga ritme tubuh.

Seterusnya mendalami ilmu tentang mesin, parasut cuaca, peraturan lomba.

“Alhamdulilah hal ini bisa saya atasi (minimnya peran pelatih) dikarenakan secara senioritas saya paling senior dari semua competitor,” tutur dia. 

“Saya juga meminta doa dari keluarga dan teman-teman agar Allah memberi kemudahan bagi saya untuk mendapatkan kemenangan,” ungkapnya.

Hening menyukai permesinan, karena itu setelah mendapat medali emas ini, ia ingin  melakukan beberapa riset untuk meningkatkan efisiensi penerbangan pada lomba yang akan datang. 

Karena ada beberapa pertandingan besar di depan yang menanti untuk ikuti.

Apalagi masa depan Aerosport di kancah nasional maupun internasional sangat cerah. Paralayang dan Paramotor sedang bertumbuh dan kemungkinan Paramotor akan dipertandingkan di ASEAN Games di Thailand.

“Pesan saya kepada atlet muda tetap optimis dan fokus pada goal. Jangan berkecil hati jika kita dari daerah yang minim fasilitas ataupun organisasi olahraganya kurang baik,” ujarnya.

Hening menyampaikan terima kasih sudah mempercayai dirinya sebagai model from zero to hero. 

“Semoga berkah untuk kita semua, dan menjadi Atlet yang menginspirasi from zero to hero,” pungkas Hening.(*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved