Luar Negeri

Gurun Sahara Dilanda Banjir untuk Kali Pertama dalam 50 Tahun, Bukti Kiamat Makin Dekat?

Banjir langka ini disebabkan hujan deras selama dua hari, yang volume airnya setara dengan curah hujan selama lebih dari satu tahun.

Editor: Faisal Zamzami
Associated Press via BBC News Indonesia
Hujan yang volume airnya setara dengan curah hujan selama lebih dari satu tahun turun dalam dua hari sekaligus sehingga menyebabkan banjir di Gurun Sahara, tepatnya di Maroko Tenggara. 

SERAMBINEWS.COM -  Pemanasan global kini bukan sekadar teori, tapi kenyataan yang mengubah bumi.

Dampaknya terlihat jelas, mulai dari badai hebat di Eropa Utara hingga banjir tak terduga di gurun.

Kali ini, wilayah gurun pasir non-polar terbesar di dunia, Gurun Sahara tiba-tiba diterjang banjir.

Gurun Sahara banjir, yakni di bagian Maroko tenggara.

Ini adalah banjir untuk kali pertama dalam 50 tahun.

Banjir langka ini disebabkan hujan deras selama dua hari, yang volume airnya setara dengan curah hujan selama lebih dari satu tahun.

"Sudah 30 hingga 50 tahun sejak kami mengalami hujan sebanyak ini dalam waktu yang sesingkat ini," kata Houssine Youabeb, seorang pejabat badan meteorologi Maroko kepada Associated Press.

Sahara adalah gurun panas terbesar di dunia.

Areanya terbentang di belasan negara di Afrika, termasuk Maroko.

Maroko Tenggara merupakan salah satu tempat terkering di dunia dan jarang mengalami hujan pada akhir musim panas. 

Di Tagounite, sebuah desa sekitar 450 kn di selatan ibu kota Rabat, curah hujan tercatat mencapai lebih dari 100 milimeter dalam 24 jam. 

Baca juga: Bantu Korban Banjir, Mahasiswa Peduli Aceh Selatan Gelar Konsolidasi Aksi Galang Dana di Banda Aceh

Ahli meteorologi mengategorikan hujan yang jarang terjadi tersebut sebagai badai ekstratropis.

Pemicunya, menurut badan meteorologi Maroko kepada Associated Press, adalah udara yang mengandung banyak uap air.

Udara tersebut mendorong penguapan dan menciptakan lebih banyak badai. 

Sejumlah citra satelit milik NASA menunjukkan danau yang terletak antara Kota Zagora dan Kota Tata telah terisi air.

Padahal, sebelum hujan terjadi, danau itu mengering selama 50 tahun terakhir.

Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), siklus air di seluruh dunia berubah lebih sering.

 "Akibat meningkatnya suhu, siklus hidrologi menjadi lebih cepat," kata Celeste Saulo, Sekretaris Jenderal WMO, dalam sebuah konferensi pers.

"Siklus ini juga menjadi lebih tidak menentu dan tidak dapat diprediksi. Kita kemudian menghadapi masalah yang semakin besar, baik terlalu banyak air maupun terlalu sedikit air."

Seiring dengan semakin seringnya kejadian cuaca ekstrem akibat pemanasan global, para ilmuwan memperkirakan bahwa badai serupa dapat terjadi di Sahara pada masa mendatang.

Banjir di Maroko menewaskan 18 orang bulan lalu, dan dampaknya meluas ke wilayah-wilayah yang terkena dampak gempa bumi tahun lalu.

Ada juga laporan tentang waduk di negara itu yang terisi dalam waktu cepat.

Sahara, yang luasnya 9,4 juta km persegi merupakan gurun panas terbesar di dunia.

Gurun ini membentang di belasan negara di Afrika Utara, Tengah, dan Barat.

Kekeringan yang berulang telah menjadi masalah di banyak negara ini karena peristiwa cuaca ekstrem meningkat akibat pemanasan global.

Hal itu telah menyebabkan prediksi dari para ilmuwan bahwa badai serupa dapat terjadi di Sahara di masa mendatang.

Baca juga: Ketua PKK Aceh Tinjau Gammawar di Nagan Raya, Sampaikan Pesan Ini kepada Para Kader

Baca juga: Mau Lulus CPNS 2024? Yuk Simak Tips Berikut Ini

Baca juga: Turun Tipis, Segini Pasaran Harga Emas Per 15 Oktober 2024, Cek Harga Emas Antam

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved