Pidie
Hikayat Aceh Hidup Kembali, Komunitas Ini Sukses Ajak Guru Belajar Seni Bertutur
ini merupakan bagian dari program Komunitas Sastra Semangat Bina Ukhwah, yang bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa
ini merupakan bagian dari program Komunitas Sastra Semangat Bina Ukhwah, yang bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa
SERAMBINEWS.COM, SIGLI – Komunitas Yayasan Semangat Bina Ukhwah mengadakan rangkaian kegiatan sastra dari 15 hingga 16 Oktober 2024 di Aula Hotel Cempaka Inn Syariah, Kabupaten Pidie.
Acara ini bertujuan untuk melestarikan seni sastra Aceh, terutama hikayat, yang semakin jarang diperdengarkan dan diwariskan kepada generasi muda.
Rangkaian acara ini dimulai pada Selasa, 15 Oktober 2024, dengan kegiatan seni bertutur dan hikayat Aceh yang diikuti oleh 25 guru dari PAUD, SD, dan SMP se-Kabupaten Pidie.
Kegiatan ini menghadirkan pemateri dari ISBI Aceh dan Universitas Syiah Kuala (USK) yang menyampaikan materi terkait seni bertutur dan hikayat.
Disebutkan, ini merupakan bagian dari program Komunitas Sastra Semangat Bina Ukhwah, yang bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud Ristek RI.
Dalam sambutannya, Ketua Komunitas Yayasan Semangat Bina Ukhwah memberikan motivasi kepada para peserta dengan mengatakan dalam hidupnya agar bisa berkarya yang bermanfaat.
"Berkaryalah, karena dengan karya anda akan diingat sebagai siapa. Karya lebih lama hadir dibanding usia hidup kita. Dengan karya yang baik, akan menjadi amal shalih jika menjadi inspirasi orang untuk beramal shalih."
Hari Pertama: Hikayat dan Seni Bertutur
Sementara itu, pada hari pertama materi hikayat disampaikan oleh Aris Munandar, M.Ag., dosen ISBI Aceh.
Ia memaparkan bahwa hikayat boleh disampaikan dengan irama apapun, selama tidak mengganggu intonasi khasnya. Peserta juga diajak membuat karya hikayat dalam bahasa Aceh dan mempraktikkan seni bertutur.
Sementara itu, Herman RN, dosen FKIP Bahasa Indonesia USK, menjelaskan seni bertutur sebagai seni bercerita yang menghibur, mengisahkan tradisi lama, serta memberi nasehat.
Ia memperkenalkan berbagai istilah seperti mendongeng, ber-hikayat, dan sastra lisan, serta teknik menulis cerita sastra tutur, mulai dari memahami alur hingga penguatan konflik dengan unsur dramatis.
Hari Kedua: Diskusi dan Bedah Buku "Neraka yang Turun ke Kebun Kelapa"
Selanjutnya kegiatan berlanjut dengan diskusi dan bedah buku "Neraka yang Turun ke Kebun Kelapa” karya Ida Fitri. Acara yang berlangsung selama delapan jam ini diikuti oleh 35 peserta dari berbagai kalangan.
Raihan Lubis membuka diskusi dengan mengupas sejarah dan budaya Aceh, termasuk tantangan yang dihadapi perempuan Aceh dalam kehidupan sehari-hari.
Raihan juga mendorong peserta untuk mulai menulis, minimal dalam bentuk jurnal harian.
Ida Fitri, penulis buku yang dibedah, berbagi pandangan tentang menulis sastra yang menggabungkan realitas dengan mitos. Ia menyarankan agar penulis memulai cerita dengan kalimat yang memikat dan memilih tema yang menggugah minat pembaca.
Acara bedah buku ini juga dihadiri oleh Kak Raihan Lubis dari Sophie’s Sunset Library, yang menambah suasana acara menjadi semakin hidup dengan diskusi yang interaktif.
Dengan rangkaian kegiatan ini, Yayasan Semangat Bina Ukhwah berharap dapat memberikan kontribusi dalam pelestarian budaya dan seni bertutur Aceh, serta menginspirasi generasi muda untuk mencintai kekayaan sastra lokal.(*)
9 Dinas di Pidie Akan Alami Perubahan Nomenklatur |
![]() |
---|
Bunda PAUD Pidie Dukung Wajib Belajar 13 Tahun, Ulas Pentingnya Pendidikan Usia Dini |
![]() |
---|
Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Latih Kompetensi Tenaga Perpustakaan di Pidie |
![]() |
---|
Mutasi Perdana, Bupati Sarjani Lantik 70 Pejabat, Enam Camat & Dua Orang Mengundurkan Diri |
![]() |
---|
Bupati Sarjani Lantik Dr Dwi Wijaya Sebagai Kadiskes Pidie, Usai 17 Bulan Menjabat Plt |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.