Sabang

Ecoprint Sabang Makin Populer, Wisatawan Malaysia Jadi Pasar Utama

Fasilitator Rumah BUMN Sabang, Nadya, mengungkapkan bahwa produk ecoprint Sabang sangat beragam, mulai dari kain pakaian, baju, mukena, tas, topi.....

Penulis: Aulia Prasetya | Editor: Eddy Fitriadi
For Serambinews.com
Salah satu perajin menunjukkan hasil produk ecoprint di Sabang. 

Laporan Aulia Prasetya | Sabang

SERAMBINEWS.COM, SABANG - Produk ecoprint atau cetakan batik berbahan alami asal Pulau Weh semakin diminati wisatawan, terutama turis asal Malaysia. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perajin ecoprint di Sabang terus bertambah, menghadirkan berbagai produk unik yang mampu menembus pasar internasional.

Fasilitator Rumah BUMN Sabang, Nadya, mengungkapkan bahwa produk ecoprint Sabang sangat beragam, mulai dari kain pakaian, baju, mukena, tas, topi, kerudung, hingga pasmina. Untuk mendukung pengembangan usaha para perajin, Rumah BUMN Sabang aktif melakukan pendampingan, seperti membantu pembuatan legalitas usaha berupa Nomor Induk Berusaha (NIB) dan mematenkan merek.

“Produk ecoprint di sini sudah banyak diminati wisatawan Malaysia. Sekitar 80 persen pasarnya berasal dari turis Malaysia dan wisatawan mancanegara yang datang dengan kapal pesiar. Karena perajin di sini bekerja dalam kelompok, kami membantu mereka dalam pelabelan produk. Setiap perajin memiliki ciri khas masing-masing, jadi kami bina agar mereka punya brand sendiri,” ujar Nadya, Selasa (18/11/2024).

Selain itu, pihaknya juga memberikan pembinaan kepada perajin untuk meningkatkan keterampilan dalam memproduksi berbagai produk ecoprint dan memperluas pasar hingga ke tingkat global. Nadya menjelaskan bahwa kain ecoprint berbasis pewarna alami dari daun dijual dengan harga yang terjangkau, mulai dari Rp65 ribu hingga Rp500 ribu per unit, tergantung jenis produk.

“Baru-baru ini, produk ecoprint kami ikut dalam expo di Malaysia. Alhamdulillah, responsnya sangat baik. Bahkan, produk ini sudah dilirik oleh agen travel di Malaysia untuk dijual di toko-toko suvenir yang mereka kelola, baik untuk pasar domestik maupun internasional,” tambahnya.

Pemilik AS Ecoprint, Mariani, turut membagikan pengalamannya. Ia mengaku mulai menekuni kerajinan ecoprint berbasis pewarna alami sejak tiga tahun terakhir. Produk yang dihasilkan meliputi kain pakaian, baju, mukena, pasmina, daster, dan topi.

“Awalnya saya hanya menjual di Sabang untuk warga lokal dan wisatawan. Kadang ada juga turis kapal pesiar. Tapi sekarang produk saya sudah sampai ke Banda Aceh dan bahkan ke Malaysia,” kata Mariani.

Mariani juga menjelaskan bahwa bahan utama pewarna ecoprint berasal dari berbagai jenis daun, seperti daun lanang, daun jati, daun jarak, daun kenikir, dan lainnya. Dengan semakin tingginya minat pasar, produk ecoprint Sabang kini menjadi salah satu kebanggaan daerah yang mampu memperkenalkan kekayaan budaya lokal hingga kancah internasional.(*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved