Tragedi Arakundo

Mengenang Tragedi Arakundo Idi Cut, Pembantaian Warga Aceh Hingga Mayat Dibuang Ke Sungai

Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik

Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN
TRAGEDI ARAKUNDO - 3 Februari 1999 lalu, ada banyak darah segar dari rakyat sipil yang bercucuran akibat tragedi pembantaian yang terjadi di kawasan Idi Cut, Aceh Timur. Dokumentasi Versi Cetak Serambi Indonesia - Saban hari, makin ramai saja pengunjung yang mendatangi jembatan Arakundoe Sebab, di lokasi inilah gencar dilakukan pencarian mayat korban Insiden Idi Cut, Aceh Timur, yang setelah dibantai dibuang ke sungai Lokasi ini terpaut 23 kilometer dari tempat kejadian Kemarin, diperkirakan 5.000 warga memadati jembatan yang Rabu lalu masih berlumur darah itu. 

Hari Ini, 25 Tahun Lalu, Tragedi Arakundo Idi Cut, Pembantaian Hingga Mayat Dibuang Ke Sungai

SERAMBINEWS.COM - Idi Cut Berdarah, itulah headline Harian Serambi Indonesia yang terbit pada edisi 4 Februari 1999.

Harian Serambi Indonesia terbitan sehari setelah pembantaian warga sipil Aceh itu mengulas peristiwa yang menyayat hati. 

Termasuk menurunkan tulisan sidebar berjudul Jembatan Arakundo Berlumuran Darah.

Karena korban kekerasan aparat itu di bawa dan dibuang ke dalam sungai dari jembatan Arakundo. 

Akhirnya peristiwa berdarah ini dikenal luas dengan Tragedi Arakundo atau Tragedi Idi Cut.

Tragedi Idi Cut dan Arakundo menjadi sebuah catatan kelam sejarah Aceh.

Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik.

Menurut literatur, peristiwa ini menewaskan tujuh orang dan melukai ratusan orang lainnya.

Jembatan Arakundo merupakan tempat tujuh mayat dibuang ke dalam sungai setelah peristiwa pembantaian di Idi Cut, Aceh Timur itu terjadi .

Para pelakunya hingga kini belum ditangkap dan diadili, menjadikan kasus ini dari tragedi mengerikan ke impunitas.

Sebuah arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Jumat 6 Februari 1999, bercerita tentang garis waktu kejadian pembantaian sipil di Idi Cut.

TRAGEDI ARAKUNDO - Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik.
Jenazah Saiful Bahri (20) penduduk Desa Botren Alue le Mirah, Kecamatan Julok, Aceh Timur yang diduga korban pembantaian aparat di Idi Cut. Korban ditemukan Jumat 18 Km dari jembatan Arakundoe. -
TRAGEDI ARAKUNDO - Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik. Jenazah Saiful Bahri (20) penduduk Desa Botren Alue le Mirah, Kecamatan Julok, Aceh Timur yang diduga korban pembantaian aparat di Idi Cut. Korban ditemukan Jumat 18 Km dari jembatan Arakundoe. - (SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN)

Artikel ini kami turunkan kembali untuk memperingati 25 tahun Tragedi Arakundo Idi Cut

Perkiraan 77 Jam yang Mendebarkan

"TRAGEDI IDI CUT" belum terungkap sepenuhnya.

Sungai Arakundoe pun diduga masih mendekap banyak mayat korban.

Siapa yang bersalah atau tidak salah juga belum jelas.

Tapi, memang ada tujuh jenazah yang sudah dikuburkan.

Ada 56 orang yang sempat masuk sel polisi.

Ada pula warga yang cemas mencari-cari anggota keluarga yang tak pulang seusai berkunjung ke "Dakwah Aceh Merdeka" itu.

Dan, yang lebih penting lagi, ada jutaan orang yang bertanya bagaimana sebetulnya peristiwa mengerikan itu terjadi.

Tak ada yang bisa menjawab secara utuh.

Hampir semua orang hanya mengetahui "drama" itu sepenggal-sepenggal.

Namun, untuk memberi gambaran yang kiranya tak terlalu jauh dari kisah sebenarnya,

Serambi coba merangkai penggalan-penggalan cerita dari para saksi mata menjadi sebuah kronologi yang hanya dibatasi sejak Selasa (2/2/1999) pagi hingga 77 jam sesudahnya (Jumat, 5/2/1999).

Berikut rangkaian kejadian tragedi Arakundo Idi Cut

SELASA 2 Februari 1999: Sejak pagi warga Desa Matang Ulim, Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur, bekerja menyiapkan mimbar untuk "Dakwah Aceh Merdeka."

Pukul 17.30 WIB: Mimbar hampir selesai dihias.

Tiba-tiba datang pasukan ABRI memporak-porandakan.

Petugas keamanan juga memukul tiga penduduk, termasuk bocah umur tiga tahun yang ada di lokasi.

Pasukan ABRI kemudian meninggalkan lokasi dan warga tetap melanjutkan penyiapan mimbar untuk perhelatan itu.

Pukul 19.15 WIB: Massa dari berbagai penjuru mulai berdatangan ke lokasi dakwah.

Ada yang berjalan kaki, bersepada, bersepeda motor, mobil pikap, bahkan truk.

Pukul 20.30 WIB: "Dakwah Aceh Merdeka" itu dimulai di hadapan massa yang telah berkumpul sekitar 7.000 orang.

Pukul 24.00 WIB: Dakwah berakhir. Warga pulang serentak.

TRAGEDI ARAKUNDO - Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik.

FOTO Dokumentasi Koran Serambi Indonesia - ANGKAT MAYAT- Warga Desa Blang Nie, Arakundoe mengangkat jenazah Irwan bin Matsyah (24) penduduk Desa Jambo Bale-1 Kecamatan Julok yang tewas dalam tragedi Idi Cut untuk dikafani. Inset tokoh masyarakat menshalatkan jenazah Saleh, sebelum diserahkan kepada keluarganya.
TRAGEDI ARAKUNDO - Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik. FOTO Dokumentasi Koran Serambi Indonesia - ANGKAT MAYAT- Warga Desa Blang Nie, Arakundoe mengangkat jenazah Irwan bin Matsyah (24) penduduk Desa Jambo Bale-1 Kecamatan Julok yang tewas dalam tragedi Idi Cut untuk dikafani. Inset tokoh masyarakat menshalatkan jenazah Saleh, sebelum diserahkan kepada keluarganya. (SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN)

RABU 3 Februari 1999 sekitar pukul 00.30 WIB: Massa yang pulang dari "Dakwah Aceh Merdeka" itu tiba-tiba bergerombol di Simpang Kuala Idi Cut dekat Markas Koramil.

Sekelompok orang tak dikenal memancing massa dengan melempar batu.

Beberapa pengunjung dakwah yang duduk di belakang pikap sempat terkena lemparan batu yang makin lama makin banyak.

Arus lalu-lintas jalan nasional itu tertutup massa hingga tak bisa dilalui kendaraan.

Sekitar pukul 01.00 WIB: Aparat berupaya membubarkan massa. Suasana semakin panas.

Lalu, beberapa anggota ABRI (TNI AD dan Brimob) mulai membubarkan massa dengan tembakan senjata api berpeluru tajam.

Kegaduhan pun terjadi. Masa kucar kacir. Mereka lari terbirit-birit menyelamatkan diri.

Ada yang langsung jatuh tak berdaya terkena tembakan. Darah muncrat di mana mana.

Tidak ada yang melihat berapa banyak korban yang terjatuh di lokasi setelah massa menghilang.

Sebagian di antara massa itu juga ditangkap aparat.

Pukul 02.30 WIB: Warga sekitar jembatan Arakundo mendengar deru mesin kendaraan masuk ke kawasan jembatan lama Arakundo.

Tidak lama kemudian, truk yang tidak dikenal identitas itu kembali lagi ke arah Idi Cut.

Arakundo terletak sekitar 23 Km sebelah barat Idi Cut.

Pukul 03.00 WIB: Sekelompok warga datang membawa pulang mayat Nurdin (18) ke Desa Simpang Tiga Kecamatan Julok, rumah Ny Rohamah (kakak kandung Nurdin).

 Pukul 07.30 WIB: Warga melihat di jembatan lama Arakundo itu ada lumuran darah.

Sejak itu banyak warga yang mengitari sungai mencari mayat korban.

Pukul 21.00 WIB: Warga menemukan mayat Irwansyah bin Usman tak jauh dari jembatan.

Irwansyah (22) adalah penduduk Desa Kapai Baro.

KAMIS 4 Januari 1999 pukul 09.30 WIB: Warga menemukan mayat Hasbi Saleh mengapung di Sungai Arakundo.

Penemuannya berjarak sekitar 10 Km dari jembatan lama Arakundo.

Hasbi Saleh (35) adalah penduduk Desa Leubok Tuha.

Pukul 10.15 WIB: Warga menemukan mayat Irwan Matsyah (24) sekitar lima meter dari jembatan.

Jasad pemuda asal Kecamatan Julok dalam kondisi patah-patah dan berlubang-lubang.

Pada siang hari ditemukan Jailani Muhammad (22), penduduk Desa Jambo Bale Blok M Kecamatan Julok Rayeuk.

Pada tubuhnya terdapat beberapa luka tembak.

Baca juga: Temuan Mayat tanpa Identitas Terapung di Sungai Arakundo, Adakah Keluarga Anda?

JUMAT 5 Februari 1999 pukul 00.30 WIB: Masyarakat menemukan mayat Kamaruddin Ibrahim (20) di Desa Teupin Gajah yang sudah mendekati Kuala Malehan.

Kondisi jenazah warga Desa Matang Neuheun Bagok yang ditemukan terapung itu cukup memprihatinkan.

Di beberapa bagian tubuh terdapat bekas luka tembak.

Pukul 06.30 WIB: Ditemukan lagi mayat Saiful Bahri bin Yusuf (22), warga Desa Botren Kuta Binje Julok.

Pada jenazah korban yang ditemukan di Kuala Malehan juga terdapat beberapa bekas luka tembak.

Pukul 11.00 WIB: Dua unit truk ABRI berseragam dengan senjata lengkap datang ke lokasi pencarian, mereka sempat turun di pangkal jembatan tua Krueng Arakundoe.

Ratusan massa terus mendekat secara spontanitas hingga suasana mendadak "kaku".

Namun, tanpa aksi apa-apa pasukan itu berangkat ke arah barat.

 Pukul 12.00 WIB: Pasukan itu datang lagi bersama Komandan Kodim Letkol Inf Ilyas, Kapolres Letkol Pol R Suminar.

Kemudian, Komandan Sub Denpom Langsa Kapten CPM Warislam, Dan Linud-100 Medan Mayor Edy Rahmayadi, dan Bupati Aceh Timur H Alauddin AE.

Rombongan ini sempat memberi pengarahan dan bincang-bincang dengan masyarakat.

FOTO DOK SERAMBI INDONESIA - Nurdin (18) penduduk Desa Simpang Tiga, Kecamatan Julok Aceh Timur yang tewas tertembak dalam mobil dalam perjalanan pulang usai Dakwah di depan kantor Koramil Darul Aman sedang diusung warga.

Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik.
FOTO DOK SERAMBI INDONESIA - Nurdin (18) penduduk Desa Simpang Tiga, Kecamatan Julok Aceh Timur yang tewas tertembak dalam mobil dalam perjalanan pulang usai Dakwah di depan kantor Koramil Darul Aman sedang diusung warga. Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik. (SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN)

Mereka yang menjadi korban dalam peristiwa itu:

1. Irwansyah bin Usman (22) Desa Kapai Baro.

2. Hasbi Saleh (35) penduduk Desa Leubok Tuha.

3. Irwan bin Matsyah (24) Desa Jambo Bale-l Julok Blok-M.

4. Jailani Muhammad (22) Desa Jambo Bale-l Julok Blok M.

5. Nurdin (18) penduduk Desa Simpang Tiga Julok.

6. Kamaruddin Ibrahim (20) Desa Matang Neuheun Bagok.

7. Saiful Bahri (20) Desa Botren Kuta Binje Julok.

Headline Serambi Indonesia soal Tragedi Arakundo

Sebuah artikel dalam Arsip Harian Serambi Indonesia edisi bulan 4 Februari 1999 telah menceritakan bagaimana peristiwa memilukan itu terjadi.

Harian Serambi Indonesia yang terbit delapan halaman itu menjadikan tragedi ini sebagai headline halaman pertama. 

Pada hari ini, Rabu (3/2/2021), artikel ini kembali kami turunkan untuk mengenang 22 tahun peristiwa kelam tersebut, sekaligus menjadi catatan sejarah bagi generasi kedepannya.

TRAGEDI ARAKUNDO - Tragedi 'Idi Cut Berdarah' 3 Februari 1999 jadi headline di Harian Serambi Indonesia edisi 4 Februari 1999 yang terbit dengan jumlah 8 halaman. (Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Yeni Hardika)
TRAGEDI ARAKUNDO - Tragedi 'Idi Cut Berdarah' 3 Februari 1999 jadi headline di Harian Serambi Indonesia edisi 4 Februari 1999 yang terbit dengan jumlah 8 halaman. (Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Yeni Hardika) (ARSIP SERAMBI INDONESIA/SERAMBINEWS.COM/YENI HARDIKA)

Dalam berita Harian Serambi Indonesia edisi 4 Februari 1999, artikel ini terbit dengan judul asli Idi Cut Berdarah.

Idi Cut Berdarah

SERAMBI-IDI Beberapa warga sipil tewas dan luka-luka kena tembak serta lemparan batu ketika terjadi pembubaran massa seusai "Dakwah Aceh Merdeka" di kawasan Idi Cut, Aceh Timur, Rabu 3 Februari 1999 dinihari.

Dakwah itu sendiri dikabarkan berlangsung Selasa malam hingga pukul 24.00 WIB, menghadirkan sejumlah penceramah.

Polisi menangkap 51 orang yang diduga terlibat aksi tersebut.

Korban yang luka-luka dirawat di RSU Lhokseumawe, RSU Langsa, dan tempat-tempat lainnya yang tak diketahui.

Peristiwa pembubaran kerumunan massa yang baru saja mengikuti "Dakwah Aceh Merdeka" itu terjadi di depan Markas Koramil Idi Cut, Kecamatan Darul Aman.

Saat membubarkan massa yang jumlahnya ribuan orang, aparat keamanan melepaskan tembakan, hingga banyak di antaranya roboh terkena terjangan peluru.

Jerit tangis segera menyeruak memecahkan keheningan malam menjelang subuh.

Darah segar para korban dikabarkan mengalir di sekitar itu. Pagi kemarin (ketika itu), darah masih terlihat, terutama pada beberapa lokasi di atas badan jalan.

Baca juga: Speedboat Basarnas Meledak di Maluku Utara, 3 Orang Tewas dan 1 Wartawan Hilang

Akan tetapi, hingga tengah malam tadi (ketika itu), tim wartawan Serambi belum memperoleh keterangan yang utuh mengenai peristiwa itu.

Sumber-sumber yang diwawancarai memberikan keterangan berbeda-beda versi. Termasuk mengenai jumlah korban serta identitasnya.

Dilaporkan, korban yang tewas menurut sumber Pemda Aceh Timur dan ABRI cuma satu orang.

Sedangkan versi masyarakat Idi yang tewas ada dua orang, yaitu Nurdin (18) penduduk Desa Simpang Tiga Kecamatan Julok dan Irwansyah Usman (22), penduduk Desa Kapal Baro Kecamatan Darul Aman.

Tapi, versi Pemda yang tewas bernama M Yusuf (35), warga Simpang Tiga Kecamatan Julok.

Sedangkan menurut Kapolres Aceh Timur, Letkol R Suminar, yang tewas kena peluru itu bernama Jamaluddin (18) warga Kuta Binjei Kecamatan Julok.

Begitu pula mengenai jumlah korban yang luka. Masyarakat memperkirakan mencapai puluhan orang.

Bahkan yang menderita parah akibat hantaman peluru mencapai belasan.

Namun, pihak kepolisian mengatakan yang luka parah dan harus menjalani perawatan, hanya tiga orang.

Ketiganya, menurut Kapolres Aceh Timur dirawat di RSU Langsa, yaitu Samsul Qamar (28) warga Desa Naleung, Kuta Binje yang kaki kirinya terkena peluru, M Ali Yusuf (28), dan Alamsyah (35) mengalami luka di kepala.

Namun, dari RSU Lhokseumawe, petang kemarin Serambi memperoleh keterangan, ada tiga pasien korban luka tembak dari peristiwa Idi Cut itu yang dirawat intensif di sana.

Masing-masing Al Gamar (27) penduduk Padang, Sumatera Barat, yang mengalami luka tembak pada pangkal paha kiri.

M Dahlan (25) penduduk Desa Naleung Kuta Binjai yang menderita luka tembak di bahu kiri, dan seorang lelaki lainnya yang belum diketahui identitas mengalami luka tembak di bagian punggung.

Korban yang rata-rata mengalami pendarahan serius merupakan pasien sejak dinihari Rabu kemarin.

Selain itu sejumlah warga di beberapa kecamatan itu kemarin dikabarkan masih mencari-cari anggota keluarganya yang belum kembali ke rumah.

Yang tidak kembali itu jumlahnya belum diketahui.

"Yang pasti, setelah dakwah itu mereka menghilang." kata sumber masyarakat di Idi Cut kemarin.

Kronologis

Keterangan mengenai kronologi kejadian itu juga terdapat banyak perbedaan antara masyarakat dengan pihak keamanan.

Menurut kalangan masyarakat, terutama saksi mata, rentetan tragedi itu sebagai berikut.

Pada Selasa (2/2) warga Desa Matang Ulimn, Kecamatan Nurussalam rencana mengadakan Dakwah Aceh Merdeka."

Para pemuda pun menyiapkan dan menghias pentas atau mimbar.

Tiba-tiba, pada pukul 17.30 WIB datang pasukan ABRI memporak-porandakan.

"Saat itu, petugas keamanan juga memukul tiga penduduk termasuk bocah umur tiga tahun," kata Abdullah (45) warga Bagok.

Walau sudah dirusak, pentas itu tetap disiapkan, sebab panitia tak mau dakwah itu bergeser dari rencana,

Pukul 20.30 WIB, mereka menggelar dakwah tersebut di Desa Matang Ulim. Lokasinya berjarak sekitar dua Km dari Markas Koramil.

TRAGEDI ARAKUNDO - Tim pencari korban tragedi Idi Cut yang dibuang ke sungai Arakundoe sedang memancing korban di dasar sungai sedalam 20 meter. Sampai sore kemarin kegiatan mereka terus dilakukan yang ikut disaksikan ribuan warga.

3 Februari 1999 lalu, ada banyak darah segar dari rakyat sipil yang bercucuran akibat tragedi pembantaian yang terjadi di kawasan Idi Cut, Aceh Timur
TRAGEDI ARAKUNDO - Tim pencari korban tragedi Idi Cut yang dibuang ke sungai Arakundoe sedang memancing korban di dasar sungai sedalam 20 meter. Sampai sore kemarin kegiatan mereka terus dilakukan yang ikut disaksikan ribuan warga. 3 Februari 1999 lalu, ada banyak darah segar dari rakyat sipil yang bercucuran akibat tragedi pembantaian yang terjadi di kawasan Idi Cut, Aceh Timur (SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN)

Acara itu diperkirakan dihadiri 5.000 massa dari berbagai kecamatan terdekat.

"Dakwah Aceh Merdeka" ini menampilkan para pembicara dari Kecamatan Nurussalam, Idi Rayeuk, dan Simpang Ulim, Aceh Timur.

Ketiga pendakwah di sela-sela pidatonya menguraikan tentang sejarah Aceh, juga mengigatkan massa agar tidak melakukan keributan waktu pulang.

Usai dakwah sekitar pukul 24.00 WIB, warga pulang serentak. Ada yang berjalan kaki, pakai kendaraan roda dua, mobil pick up, dan truk.

Namun, ketika sampai ke Simpang Kuala Idi Cut, bahkan kawasan Markas Koramil, sekelompok orang tidak dikenal memancing massa dengan melempar batu.

Beberapa pengunjung dakwah yang duduk di belakang pick up sempat terkena lemparan batu yang makin lama makin banyak.

Dalam peristiwa berdarah itu tidak terjadi "kontak senjata" antara pasukan ABRI dengan masyarakat.

"Karena memang warga sipil pengunjung dakwah itu tidak memiliki senjata," kata Usman Amin warga Julok Aceh Timur yang mengaku nyaris kena tembak.

Entah bagaimana, tiba-tiba suara tembakan yang dilepaskan pihak keamanan segera terdengar.

Tembakan diarahkan ke kerumunan warga pengunjung "Dakwah Aceh Merdeka".

Jerit tangis dan muncratan darah segera terdengar dan terlihat di mana-mana.

"Nurdin, adik saya tewas seketika ditembak tentara ketika berada dalam mobil. la meninggal dunia dalam pelukan teman-temannya. Di jenazahnya saya lihat ada dua lubang peluru yang menembus dada dan punggungnya," kata Ny Rohamah kakak kandung korban.

Rohamah mengaku, Nurdin selama ini menetap bersamanya untuk menjaga tambak.

Pada Selasa malam ia minta izin pergi ke dakwah.

"Dan, saya sangat terkejut ketika sekitar pukul 03.00 WIB (Rabu dini hari), sekelompok warga datang membawa pulang mayat Nurdin," kata Rohamah sambil menyeka air mata.

"Show of force"

Sedangkan pihak ABRI memberi keterangan yang terdapat banyak perbedaan dengan versi masyarakat.

Menurut pihak kepolisian dan TNI- AD, kasus Idi Cut menewaskan satu orang serta tiga luka-luka.

Dan, 51 orang lagi ditahan pihak Polres Aceh Timur, termasuk yang luka-luka tadi.

Ketiganya sampai tadi malam masih dirawat di RSU Langsa.

Menurut Kapolres Aceh Timur, Letkol Pol Drs Suminar kepada wartawan di ruang kerjanya, kemarin, masyarakat yang ditahan itu, akan diminta keterangannya.

Baca juga: Jangan Tergiur Telepon Cewek, Uang di Rekening Bisa Dikuras Mafia Kamboja, Ini Pengakuan Pemuda Aceh

Jika tidak terlibat akan dilepaskan. "Tapi, bila terbukti terlibat akan di proses sesuai hukum yang berlaku," katanya.

Menurut Kapolres, peristiwa itu terjadi setelah acara dakwah Islamiyah di Desa Matang Ulim.

Acara dakwah yang dilaksanakan sejak pukul 20.30 hingga 24.00, Selasa 2 Februari 1999 itu dipadati ribuan pengunjung

Kemudian, kata Dandim 0104 Aceh Timur Letkol Inf llyas yang didampingi Kapolres Letkol Pol R Suminar, sekitar pukul 01.00 WIB, suasana mendadak panas.

Massa melakukan show of force, di depan Markas Koramil Idi Cut.

Semakin lama massa semakin banyak, sehingga Jalan Banda Aceh - Medan di kawasan Kantor Koramil Idi Cut itu mengalami kemacetan.

Kendaraan bermotor, baik dari arah barat, maupun dari arah timur rujukan dari Puskesmas Nurusasalam Bagok, sudah tidak bisa lagi melintas.

Karena sudah mengganggu lalu lintas, aparat keamanan yang terdiri dari angkatan darat dan satuan Brimob mencoba membubarkan massa.

Namun, massa memberikan perlawanan, sehing ga aparat keamanan terpaksa mempergunakan senjatanya.

Menurut Dandim, mereka dihalau setelah lalu lintas terhambat.

Jika aparat keamanan tidak cepat mengatasinya, kemungkinan massa melakukan sweeping.

Dalam menghalau massa itu, aparat keamanan berusaha agar tidak ada korban yang jatuh.

"Tapi, karena massa begitu ramai, sulit tidak jatuh korban. Dan, akhirnya massa memang bubar," kata Dandim.

Danrem kecewa 

Danrem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Drs H Johnny Wahab, menyatakan kecewa berat atas terjadinya itu.

"Saya kecewa sekaligus sangat menyesalkan atas selalu terjadinya keributan di daerah ini," tandas Danrem.

Menjawab Serambi melalui saluran telepon selular tadi malam, Danrem mengaku saat ini rasanya nyaris tak mampu berkomentar apa-apa lagi terhadap tragedi kontak masyarakat dengan aparat keamanan itu.

"Saya betul-betul kecewa, sangat-sangat kecewa ada rakyat dan ABRI yang selalu kontak," kata Kolonel Johnny dalam nada bergetar.

Menurutnya, peristiwa tersebut digerakkan panglima-panglima Aceh Merdeka di daerah itu dan mereka mengatasnamakan aksinya sebagai Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Kesaksian Musthafa

Seorang murid SD, Musthafa (11), ikut Jadi korban.

la mengaku tertembak saat menolong abangnya yang lebih dulu ditembus peluru di sebuah parit.

Warga Desa Kampung Kapal Baru, Darul Aman itu, kini dirawat di ruangan Puskesmas Idi Rayeuk.

Musthafa yang masih duduk di kelas lima Sekolah Dasar mengalami luka robek telinga dan pipi kirinya serta sejumlah luka pada tangannya.

Kepada Serambi, kemarin di Puskesmas Idi, Musthafa mengatakan, ketika melihat abangnya Irwansyah (22) berlumuran darah kena tembakan, ia mencoba menolong.

Dokumentasi Serambi Indonesia Versi Koran Cetak - ANGKAT MAYAT- Warga Desa Blang Nie, Arakundoe mengangkat jenazah Irwan bin Matsyah (24) penduduk Desa Jambo Bale-1 Kecamatan Julok yang tewas dalam tragedi Idi Cut untuk dikafani. Masyarakat menshalatkan jenazah Saleh, sebelum diserahkan kepada keluarganya.

3 Februari 1999 lalu, ada banyak darah segar dari rakyat sipil yang bercucuran akibat tragedi pembantaian yang terjadi di kawasan Idi Cut, Aceh Timur
Dokumentasi Serambi Indonesia Versi Koran Cetak - ANGKAT MAYAT- Warga Desa Blang Nie, Arakundoe mengangkat jenazah Irwan bin Matsyah (24) penduduk Desa Jambo Bale-1 Kecamatan Julok yang tewas dalam tragedi Idi Cut untuk dikafani. Masyarakat menshalatkan jenazah Saleh, sebelum diserahkan kepada keluarganya. 3 Februari 1999 lalu, ada banyak darah segar dari rakyat sipil yang bercucuran akibat tragedi pembantaian yang terjadi di kawasan Idi Cut, Aceh Timur (SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN)

Namun, Musthafa tidak sanggup mengangkat sang abang, karena jauh lebih besar darinya.

Ketika dalam pelukan, abang kandungnya itu sempat mengeluarkan dompet yang katanya berisi uang Rp 1 juta.

Namun dompet itu tidak sempat diambilnya, hilang di kegelapan malam.

Musthafa sendiri kemudian kena tembakan, sehingga tak sadarkan diri. Hingga pada akhirnya sudah berada di Puskesmas idi.

Sampai kemarin sore, Musthafa tak tahu nasib abangnya Irwansyah.

Namun menurut masyarakat, Irwansyah memang sudah meninggal beberapa saat setelah tragedi itu.

Kepala Puskesmas Idi Rayeuk dr Zuli Abdul Rachman, menjawab Serambi, mengatakan lima orang korban akibat "keributan" di Idi Cut, telah menjadi pasiennya.

Satu di antaranya, Musthafa yang mengalami luka serius.

Pendarahan serius

Bertalian dengan adanya rujukan pasien dari lokasi kerusuhan itu, RSU Lhokseumawe tam pak siaga penuh.

Direktur RSU Lhokseumawe dr Mulya Hasjmy, sejak dinihari kemarin terlihat sangat sibuk mengarahkan personelnya untuk menyiapkan peralatan medis dan tempat perawatan, agar bila sewaktu-waktu ada pasien rujukan atau yang dibawa keluarganya mendapat penanganan medis secepatnya.

Keluarga Al Gamar yang ikut mendampingi korban ke RSU Lhokseumawe berunding dengan pihak RSU tentang rencana mengirimkan Al Gamar ke RSU Medan.

Dokter RSU yang mera wat mengatakan korban Al Gamar masih dalam pendarahan serius dan sebaiknya tetap dalam perawatan RSU Lhokseumawe.

"Jika pendarah an sudah teratasi, korban boleh saja dibawa ke RSU Medan," jelas seorang dokter kepada keluarga korban.

(Artikel ini berasal dari arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com)

Baca juga: Harga Emas Turun Awal Pekan, Update Harga Emas Hari Ini Berikut Rincian Harga Emas Per Gram

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved