Feature

Bertaruh Nyawa di Sarang Buaya

Jika di sungai dan muara merupakan habitat buaya besar. Maka, anak sungai tempat buaya berukuran mini membesarkan diri.

Editor: mufti
SERAMBI/DEDE ROSADI
MENCARI KORBAN - Sejumlah warga menggunakan perahu ikut membantu mencari korban, Sawiyah warga Rantau Gedang, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil, yang hilang diterkam buaya, Sabtu (8/2/2025). 

Warga Aceh Singkil, yang tinggal di daerah aliran sungai dan muara hidup berdampingan dengan buaya. Maklum dimana ada sungai dan muara di situ terdapat buaya.

Buaya bukan hanya mendiami sungai besar. Aliran anak sungai juga sudah jadi rumah buaya membesarkan diri. Bedanya hanya ukuran saja. Jika di sungai dan muara merupakan habitat buaya besar. Maka, anak sungai tempat buaya berukuran mini membesarkan diri.

Tak mengherankan untuk melihat buaya, cukup dengan menelusuri anak sungai di belakang permukiman penduduk. Kondisi itu menunjukan populasi buaya sudah sangat tinggi di Aceh Singkil.

Berdasarkan catatan, setidaknya ada empat kecamatan di Aceh Singkil yang jadi habitat buaya. Masing-masing Kecamatan Singkil, Singkil Utara, Kuala Baru dan Pulau Banyak Barat. Di empat kecamatan itu, buaya mudah saja ditemui. Bahkan kerap berkonflik dengan manusia.

Konflik manusia versus buaya terjadi di Kecamatan Singkil, Kuala Baru dan Pulau Banyak Barat. Sementara di Kecamatan Singkil Utara, sejauh ini buaya hanya terlihat di dekat rumah penduduk Ketapang Indah. Sesekali terlihat di danau Anak Laut.

Nahasnya sungai dan muara merupakan tempat bagi warga menggantungkan hidup mencari nafkah. Mulai dari menangkap ikan, siput, lokan (kerang sungai), udang hingga pucuk nipah.

Warga menyadari jika sungai dan muara merupakan habitat buaya. Akan tetapi dorongan kebutuhan ekonomi, membuatnya nekat bertaruh nyawa demi mencari nafkah di sarang buaya. "Dorong kebutuhan ekonomi membuat warga tetap ke sungai walau tahu ada buaya," kata Pukak Dragon warga Rantau Gedang, yang berada di daerah aliran sungai.

Konflik manusia versus manusia di Kabupaten Aceh Singkil, merupakan kejadian berulang. Di daerah aliran sungai saja sudah dua kali terjadi dalam rentang waktu 12 hari.(de)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved