Wajah dan Leher Jokowi Penuh Bercak Hitam, Dokter Tifa Curiga Kena Autoimun

Saat tampil di layar kaca dalam sesi wawancara dengan media, ada yang berbeda dari penampilan Jokowi, khususnya paga bagian kepala dan wajah.

Editor: Amirullah
TikTok Tribun Solo
KESEHATAN JOKOWI -- Kondisi fisik Presiden ke-7 RI, Joko Widodo menjadi sorotan. Ia diduga sakit serius karena wajah dan lehernya penuh bercak hitam. Benarkah demikian, lantas Jokowi sakit apa? 

SERAMBINEWS.COM - Penampilan fisik Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, belakangan menjadi perbincangan publik.

Perubahan yang terlihat pada bagian wajah dan leher Presiden memicu berbagai spekulasi, terutama saat ia muncul dalam wawancara televisi baru-baru ini.

Dalam tayangan tersebut, sejumlah pemirsa menilai ada yang berbeda dari penampilan Jokowi, khususnya pada area kepala dan wajah.

Perubahan itu memunculkan berbagai pendapat di media sosial, termasuk dugaan bahwa sang Presiden tengah mengalami masalah kesehatan.

Salah satu pihak yang turut menyoroti kondisi Jokowi adalah Dokter Tifa, yang sebelumnya pernah mengkritisi latar belakang akademik Presiden. 

Dokter Tifa, turut menyinggung soal perubahan wajah Presiden ke-7 RI yang tampak berbeda di tahun 2025.

Ia mempertanyakan apakah Jokowi mengidap penyakit serius yakni Autoimun.

Hal itu lantaran kata Dokter Tifa, wajah Jokowi kini dipenuhi bercak hitam.

"Pak Jokowi kok seperti kena Autoimun? Wajah dan leher tiba-tiba penuh melasma atau bercak-bercak hitam."

"Dan tiba-tiba juga alopecia berat, rambut rontok mendadak di dahi, ubun-ubun, belakang kepala," tulis Dokter Tifa dalam cuitannya di Twitter, dikutip pada Minggu (6/1/2025).

Melihat perubahan wajah Jokowi, dokter Tifa pun mengurai kemungkinan sang mantan presiden mengidap penyakit serius selain autoimun.

Postingan Dokter Tifa yang mencurigai Jokowi terkena penyakit serius

"Autoimun atau Hiperkortisolisme? Dokter pribadi  perlu meresepkan Anti-depresan, deh. Kasihan, beban berbohong 10 tahun, ngga kebayang rasanya," sambung Dokter Tifa dalam cuitannya.

Untuk diketahui, penyakit autoimun adalah kondisi  kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.

Biasanya, sistem kekebalan tubuh berguna untuk menjaga tubuh dari bakteri dan virus.

Namun orang yang mengidap autoimun justru sistem kekebalan tubuhnya lah yang menyerang tubuhnya hingga terserang penyakit.

Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti dari sisi medis.

Namun ada beberapa kondisi yang diduga jadi pemicu autoimun, di antaranya adalah keturunan, terpapar infeksi bakteri atau virus, terpapar bahan kimia, merokok, dan obesitas.

Apa Itu Autoimun dan Hiperkortisolisme?

Melansir laman Alodokter, penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.

Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun.

Beberapa penyakit di antaranya memiliki gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam.

Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus.

Ketika terserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit.

Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing.

Akibatnya, antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.

Penyebab Penyakit Autoimun

Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit autoimun, yaitu:

-Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga

-Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein Barr

-Terkena paparan bahan kimia, seperti asbes, merkuri, dioksin, atau pestisida

-Merokok

-Memiliki berat badan berlebih atau obesitas

-Gejala Penyakit Autoimun

Beberapa jenis penyakit autoimun memiliki gejala awal yang sama, seperti:

-Sering merasa lemas

-Otot pegal atau nyeri sendi

-Ruam kulit

-Demam yang hilang timbul

-Bengkak di sendi atau wajah

-Rambut rontok

-Sulit konsentrasi

-Kesemutan di tangan atau kaki

Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing penyakit autoimun tetap memiliki gejala spesifik, seperti diabetes tipe 1 yang gejalanya berupa sering haus, lemas, dan berat badan menurun drastis.

Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit autoimun dan gejalanya:

-Lupus

Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak di tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.

-Penyakit Graves

Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa berat badan menurun secara tiba-tiba, mata menonjol (eksoftalmus), rambut rontok, jantung berdebar, gelisah, dan insomnia.

-Psoriasis

Penyakit ini dapat dikenali dengan munculnya bercak merah yang tebal dan bersisik.

-Multiple sclerosis

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi mati rasa di salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.

-Myasthenia gravis

Gejala yang dapat dialami akibat myasthenia gravis adalah kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.

-Tiroiditis Hashimoto

Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik secara tiba-tiba, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, lemas, mengantuk, rambut rontok, menstruasi yang tidak teratur, dan sulit berkonsentrasi.

-Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease

Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah sakit perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan penurunan berat badan.

-Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa nyeri, kemerahan, dan bengkak di sendi, terutama sendi jari-jari tangan.

-Sindrom Guillain Barré

Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemah otot, kesemutan, lemas, dan gangguan keseimbangan, yang jika kondisinya makin parah bisa berkembang menjadi kelumpuhan.

-Vaskulitis

Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, berat badan menurun secara tiba-tiba, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.

-Myositis

Myositis dapat ditandai dengan nyeri otot, kelemahan otot di seluruh tubuh,serta kesulitan beraktivitas, termasuk untuk bangun dari posisi duduk atau tidur dan bahkan menelan makanan.

Salah satu tipe myosistis, yaitu dermatomiositis, juga menyebabkan gejala ruam merah, sisik, dan benjolan pada kulit.

Hiperkortisolisme

Sementara itu, melansir laman Hello Sehat, hiperkortisolisme adalah sekumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan hormon kortisol dalam tubuh. 

Kortisol sendiri merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kortisol memiliki berbagai fungsi penting seperti mengatur kadar gula darah, mengurangi peradangan, serta mengontrol tekanan darah.

Kadar kortisol yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, osteoporosis, hingga diabetes tipe 2.

Untungnya, hiperkortisolisme dapat disembuhkan dengan pengobatan atau perubahan gaya hidup.

Biasanya, dibutuhkan waktu selama 2 – 18 bulan untuk pulih setelah pengobatan.

Tanda dan gejala Cushing syndrome dapat berbeda-beda pada masing-masing orang. Tingkat keparahan dan durasi gejalanya pun bervariasi.

Namun, berikut ini beberapa gejala utama sindrom Cushing yang kerap dialami.

-Peningkatan berat badan.

-Lengan atau tungkai yang kurus.

-Wajah bulat.

-Peningkatan lemak di sekitar pangkal leher.

-Munculnya punuk berlemak di antara bahu.

-Mudah mengalami memar.

-Stretch mark berwarna ungu yang muncul di perut, payudara, pinggul, dan lengan bawah.

-Otot yang lemah. 

Anak-anak dengan kondisi ini biasanya mengalami obesitas dan memiliki angka pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak lain.

Sementara itu, wanita yang mengalami sindrom Cushing mungkin memiliki rambut berlebih pada wajah, leher, dada, perut, dan paha.

Periode menstruasi pun menjadi tidak teratur atau bahkan terhenti. 

Pria dengan kondisi ini mungkin mengalami penurunan kesuburan dan minat seks serta disfungsi ereksi. 

Namun demikian, hingga saat ini belum ada pernyataan reski dari Jokowi terkait kondisi wajah dan lehernya tersebut.

(Bangkapos.com/Tribun-Medan.com/Tribunnews.com)

 

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Jokowi Sakit Apa, Wajah dan Leher Penuh Bercak Hitam, Dokter Tifa Curiga Kena Autoimun

Baca juga: Aceh Besar Terima Bantuan Seekor Sapi Kurban dari Presiden, Bobot Hampir Satu Ton

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved