Perang Gaza

Jerman, Pemasok Senjata Terbesar Israel Tunda Ekspor Senjata terkait Rencana Pengambilalihan Gaza

Rencana pengambilalihan Kota Gaza telah memicu kritik domestik yang sengit dari oposisi Israel dan keluarga sandera, serta kecaman

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/aljazeera
Setidaknya 95 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di seluruh Gaza, termasuk lebih dari selusin orang putus asa yang mencari makanan di lokasi distribusi bantuan yang didukung AS-Israel . 

SERAMBINEWS.COM - Jerman berjanji pada Jumat untuk menangguhkan penjualan senjata ke Israel yang dapat digunakan di Gaza, sementara negara-negara Eropa dan Arab mengecam keputusan kabinet untuk menaklukkan Kota Gaza setelah 22 bulan perang melawan Hamas.

Keputusan kabinet itu menentang peringatan IDF bahwa pertempuran yang meluas dapat membahayakan para sandera yang tersisa di Gaza dan memperdalam bencana kemanusiaan di sana.

Rencana pengambilalihan Kota Gaza telah memicu kritik domestik yang sengit dari oposisi Israel dan keluarga sandera, serta kecaman internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Cina, Rusia, Inggris, dan negara-negara lain.

Sementara Presiden AS Donald Trump mengatakan awal minggu ini bahwa Israel-lah yang memutuskan apakah akan menduduki seluruh Gaza atau tidak, Wakil Presiden AS JD Vance mengakui pada hari Jumat setelah keputusan kabinet bahwa Washington memiliki "sedikit perbedaan pendapat" dengan Yerusalem mengenai pelaksanaan perang di Gaza, meskipun AS memiliki tujuan yang sama dengan Yerusalem.

Baca juga: Israel Sengaja Buat Warga Gaza Mati Kelaparan agar Hamas Menyerah atas Perintah Netanyahu

Ditanya oleh wartawan selama kunjungan ke Inggris tentang keputusan kabinet Israel, Vance memulai dengan mengatakan bahwa dua tujuan utama pemerintahan adalah memastikan bahwa Hamas tidak dapat terus menyerang orang yang tidak bersalah dan menyelesaikan krisis kemanusiaan di Gaza.

"Ada banyak tujuan bersama di sini. Ada beberapa perbedaan pendapat tentang bagaimana tepatnya mencapai tujuan bersama tersebut," kata Vance.

"Kita tidak akan tahu persis bagaimana menyelesaikan masalah yang sangat rumit ini... Jika perdamaian di kawasan itu mudah dicapai, hal itu pasti sudah dilakukan," tambah wakil presiden AS tersebut.

Ketika ditanya apakah AS setuju dengan rencana Inggris untuk mengakui negara Palestina, Vance menyatakan bahwa Inggris berhak mengambil keputusan sendiri terkait hal tersebut. 

Namun, ia menegaskan kembali bahwa AS tidak akan mengikuti langkah tersebut.

“Saya tidak tahu apa artinya mengakui negara Palestina mengingat tidak adanya pemerintahan yang berfungsi di sana,” katanya.

Sementara itu, dalam perubahan besar arah bagi Berlin, Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan pemerintah Jerman tidak akan menyetujui ekspor peralatan militer apa pun yang dapat digunakan di Jalur Gaza sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Merz, yang negaranya merupakan pemasok senjata terbesar kedua bagi Israel setelah Amerika Serikat, mengakui hak Israel untuk melucuti senjata Hamas dan mengupayakan pembebasan 50 sandera yang tersisa, tetapi mengatakan keputusan Israel "membuat semakin sulit untuk melihat bagaimana tujuan-tujuan ini dapat dicapai."

Pembebasan sandera dan negosiasi gencatan senjata merupakan prioritas utama Jerman, di samping meringankan penderitaan warga sipil di Gaza, ujar Merz. 

Ia juga mendesak pemerintah Israel untuk tidak mengambil langkah lebih lanjut untuk mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat.

Dukungan teguh dan jangka panjang Jerman terhadap Israel pasca Holocaust telah sangat tertekan oleh meningkatnya jumlah korban tewas dan krisis kemanusiaan di Gaza, yang telah memicu tuntutan dari masyarakat Jerman agar pemerintah mengambil tindakan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved