KAI

Hal-hal yang Dilarang Selama Ramadhan

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diasuh oleh Prof. Dr. H. Muslim Ibrahim, MA

Pertanyaan:
Ustaz Pegasuh KAI yang mulia,
Assalamualaikum wr wb.

Dalam setahun, ada satu bulan yang kedatangannya selalu kita nantikan, ia adalah bulan Ramadhan. Alhamdulillah, bulan yang sangat kita rindukan itu sudah tiba. Pada bulan ini, Allah menumpahkan kebaikanNya untuk segenap hambaNya yang beriman.

Oleh karena itu kita ingin melaksanakan puasa dan semua amalan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Jangan ada yang kurang. Meskipun demikian, mungkin juga hal hal yang merupakan kesalahan yang sering dilakukan masyarakat dewasa ini. Karena saya berharap pada Ustaz untuk dapat menyebutkan kesalahan-kesalahan yang terlakukan dalam bulan Ramadhan, yang demikian itu agar kita dapat menjaga diri darinya.

Atas kesediaan memberikan penjelasan, saya uacapkan terima kasih banyak.

Lukman Tomy
Langsa

Jawaban:
Saudara Lukman yth,
Waalaikumussalam wr wb.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah, musim berbagai macam ibadah seperti puasa, shalat, membaca Alquran, bersedekah, berbuat baik, zikir, doa, istighfar, memohon ampun, berlindung dari masuk neraka dan sebainya.

Orang yang beruntung adalah yang memanfaatkan setiap detik waktunya, untuk berbagai amal perbuatan yang baik, mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu, dalam setiap musim puasa setiap muslim wajib belajar tentang hukum, rukun, syarat, hal-hal yang membatalkan puasa dsb.

Sayang sekali kalau ada di antara kita orang yang melalaikan masalah ini, sehingga ia terjerumus kedalam kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan bulan Ramadhan adalah, antara lain adalah:

1. Tidak mengetahui ketentuan berpuasa dan tidak pula menanyakan pada orang mengetahui, padahal Allah berfirman: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43). Rasulullah saw juga bersabda: “Barang siapa dikehendaki baik oleh Allah, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agamanya.” (Muttafaqun Alaih)

2. Menyambut bulan suci Ramadhan dengan hura-hura, padahal yang seharusnya dengan berzikir dan bersyukur, karena masih diberi umur panjang, hingga bertemu kembali dengan Ramadhan. Mestinya, menyambut Ramadhan adalah bertaubat atas segala kesalahan dan melakukan muhasabatun nafs (perhitungan dosa-dosa pribadi), baik yang kecil maupun yang besar.

3. Memang ada juga sebagian kita, bila datang Ramadhan bertaubat, shalat dan puasa. Tetapi jika bulan mulia ini telah berlalu ia kembali lagi meninggalkan shalat dan melakukan berbagai perbuatan maksiat. Alangkah celakanya golongan seperti ini, sebab mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan saja.

4. Ada juga sebagian orang beranggapan bahwa bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk tidur dan bermalas-malas di siang hari, serta untuk bergadang di malam hari. Lebih lebih lagi, bergadangnya dalam melakukan hal-hal yang dimurkai Allah, bermain yang sia-sia, menggunjing, megadu domba dan sebagainya. Hal-hal semacam ini sangat berbahaya dan merugikan diri sendiri. Sesungguhnya hari-hari bulan Ramadhan sungguh menjadi saksi taatnya orang-orang yang taat dan maksiatnya orang-orang maksiat dan lupa diri.

5. Ada juga orang yang merasa sedih dengan datangnya bulan Ramadhan dan bersuka hati tatkala Ramadhan pergi. Sebab mereka beranggapan bahwa bulan Ramadhan akan menghalangi mereka melakukan kebiasaan maksiat dan menuruti syahwat. Walaupun berpuasa meraka berpuasa sekedar ikut-ikutan dan toleransi. Karena itu mereka lebih mengutamakan bulan-bulan lain dari pada bulan Ramadhan. Padahal Ramadhan adalah bulan penuh barakah, ampunan, rahmat dan pembebasan dari neraka bagi setiap muslim yang melakukan kewajiban-kewajibannya dan meninggalkan setiap yang diharamkan, mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan.

6. Sementara itu ada juga umat yang menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara lahiriah seperti makan, minum dan bersenggama dengan istri, tetapi tidak menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara maknawiyah seperti menggunjing, adu domba, dusta, mencaci, memandang yang dilarang dan sebagainya.

Semestinya setiap muslim memperhatikan hal hal yang dapat merusak puasanya, meskipun secara maknawi dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan apalagi yang membatal puasa. Sebab betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga belaka. Betapa banyak orang yang shalat, tetapi ia tidak mendapatkan kecuali lepayahan dan kesusahan saja. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh kepada puasanya dari makan dan minum itu.” (HR. Al-Bukhari).

7. Meninggalkan shalat Tarawih, padahal Allah telah menjanjikan bagi orang yang melaksanakan Tarawih karena iman dan mengharap pahala, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Orang yang meninggalkan shalat Tarawih berarti meremehkan adanya pahala yang agung dan balasan yang besar ini. Mungkin ada juga yang ikut shalat sebentar lalu tidak melanjutkannya hingga selesai. Ada orang yang rajin melakukannya pada awal-awal bulan Ramadhan dan malas ketika sudah akhir bulan.

Alasannya, shalat Tarawih hanya sunnah belaka. Benar, shalat Tarawih itu sunat, tetapi ia adalah sunat mu’akkadah yang dilakukan olah Rasulullah saw, Khulafaur Rasyidin dan para Tabi’in. Ia adalah satu bentuk jalan untuk ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dan satu sebab bagi pengampunan dan kecintaan Allah kepada hambaNya. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.

8. Sebagian orang ada yang berpuasa, tetapi meninggalkan shalat atau hanya shalat ketika bulan Ramadhan saja. Orang semacam ini sungguh merugi, karenameniggalkan tiang dan pilar utama agama islam.

9. Melakukan perjalan keluar negeri pada bulan Ramadhan untuk tujuan yang baik, tetapi juga agar bisa berbuka puasa dengan alasan musafir.Perjalanan semacam ini menurut sebagian ulama adalah tidak dibenarkan dan ia tidak bolah berbuka karenannya. Sungguh tidak tersembunyi bagi Allah tipu muslihat pelaku hiyal. Mudah-mudahan Allah menjauhkan kita dari yang demikian.

10. Berbuka dengan sesuatu yang haram, seperti minuman yang memabukkan dan sejenisnya atau berbuka dengan sesuatu yang didapatkan dari yang haram, seperti hasil curian ataupun perjudian. Orang yang makan atau minum dari sesuatu yang haram tak akan diterima amal perbuatannya dan tak mungkin pula doanya dikabulkan.

Demikian saudara, semoga kita semua terpelihara dari perbuatan yang dapat merusak ataupun mengurangi pahala puasa kita. Kita bahkan berharap dan bermunajat kepada Allah supaya kita mendapat ganjaran maksimal dari puasa dan seluruh amalan Ramadhan kita. Amin. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Berita Terkini