Opini

Nasib Qarun dan Hartanya

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Oleh Muhammad Yakub Yahya

TRAGIS, harta yang dikumpulkan Qarun selama bertahun-tahun --seperti emas, perak, binatang ternak, istana yang megah dan bahan makanan yang melimpah-- yang selalu dihitung dan dibangga-banggakannya hilang dalam sekejap mata ditelan bumi. Nasib tragis hartawan pada masa Nabi Musa as itu, diabadikan Allah Swt dalam Alquran agar menjadi pelajaran bagi manusia. Harta itu milik Allah; Diberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan akan dicabut kebali kapan pun Ia menghendakinya. Qarun termasuk kelompok istidraj, yakni ditangguhkan dan diundurkan kehancurannya, dengan terus dianugerahi nikmat meski hamba itu jahat (QS. Al-A’raf: 182).  Sedikitnya ada empat sifat jahat dari Qarun, yang mencelakakan, sehingga tak boleh satu pun kita yang memimpikan kekayaan seperti kayanya Qarun, sepupu Nabi Musa itu. Pertama, ia menolak titah Nabi Musa, untuk terus dekat Allah, hingga ajal, meski papa atau kaya. Semula Qarun sang hamba Allah yang meramaikan shaf shalat dan zikir, bersama Nabi Musa dan jamaahnya, sekitar Kairo, Mesir. Dia semula warga yang papa dan fakir, dan mungkin saja sedang disahuti bidadari surga, jika mati taat saat itu. Namun terakhir, luluh juga hati Nabi Musa, saat setiap hari ia merengek pada saudaranya Musa, agar diajarkan, sedikit saja ilmu kimia, mungkin itu ilmu kiat mendulang emas.

Selain ramai anak, awal kehidupan Qarun miskin betul. Sehingga selain meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah, dia juga minta diajarkan ilmu tukang emas. Ia mohon lewat kerja dan doa berupa kekayaan, harta benda, dan Allah pun mengabulkannya. Kisahnya juga ternyata penuh kelicikan. Ia sering mengambil harta dari Bani Israel yang lain. Maka menambah pundi emas, dan ribuan gudang harta yang melimpah ruah, penuh berisi koin emas dan mata uang perak.

Riya dan suka pamer
Kita jadi ingat juga sama anak Nabi Adam lain, si Qabil yang dengan riya dan pamer, mengorbankan hartanya yang jelak dan layu, yang iri pada saudaranya Habil, yang tulus mempersembahkan ternak yang baik dan gemuk. Akhirnya dia menumpahkan nyawa adiknya, Habil, korban perdana dalam sejarah. Padahal seperti kita juga, Qabil juga Qarun itu, keturunan ambiya. Qarun adalah sepupu Nabi Musa. Konglemerat itu anak Yashar, adik kandung Imran, ayah Musa, dalam satu riwayat. Nabi Musa dan Qarun masih keturunan Yaqub. Keduanya cucu dari Quhas putra Lewi, yang bersaudara dengan Nabi Yusuf bin Yaqub as, hanya berbeda ibu. Jadi biodatanya, Qarun bin Yashar bin Qahit/ Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azar, dalam satu versi.

Kedua, dia amat pelit (bakhil) dan sombong (takabbur). Padahal Nabi Musa minta agar ia bermurah hati pada tetangga sebelah dan tetangga jauh. Supaya ia suka berbagi, kian sosial, bukan asosial. Sayangnya, Qarun terus menjalani dan menghitung harta dengan congkak dan bakhil-nya. Material dan propertinya sangat banyak, konon, sampai kunci-kunci gudang hartanya pun tidak sanggup dipikul oleh pemuda terkuat sekalipun.

Alim ulama dan warga sering menasihati Qarun, agar kurangi sombong dan rutin menyedekahkan sebagian hartanya, untuk rumah ibadah, panti, jalan raya, korban bencana, dan pangan saudaranya. Qarun malah menampiknya, bahkan komplain: “Buat apa aku bersedekah? Kalau mereka miskin, itu salah mereka. Harusnya mereka berusaha dan bekerja lebih giat lagi, seperti aku.”

Penduduk miskin yang naif kadar imannya, merasa cemburu atas kekayaan Qarun. Sering saat ngopi warga membandingkan keadaan mereka dengan Qarun. “Mengapa Tuhan tidak adil...,” rintih salah seorang dari mereka. “Tuhan memberikan harta yang banyak kepada Qarun yang tidak berperikemanusiaan. Sedangkan kita yang miskin tidak diberi secuil harta pun.” Teman-teman yang lain pun mengangguk setuju. Sementara itu, mereka yang kuat imannya tidak merasa dengki, mereka justru menyayangkan perilaku Qarun yang bermewah-mewah dan tidak mau memikirkan saudaranya. 

Kabar angkuhnya Qarun sampai kepada Nabi Musa. Nabi umat Yahudi itu segera mendatangi dan menasihatinya, “Wahai Qarun, semua yang kamu miliki ini adalah milik Allah dan pasti akan kembali kepada-Nya.” Qarun yang sok menampik dan melawan, “Sesungguhnya harta yang ada padaku adalah karena ilmu yang ada padaku dan hasil kerja kerasku sendiri.”

Nabi Musa masih sabar, “Semua ilmunya juga berasal dari Allah dan akan dicabut oleh Allah kapan pun Allah mau.” Qarun yang keras hati tetap tak bergeming. “Bagikan hartamu untuk para fakir miskin. Bukankah Allah memerintahkan demikian bagi mereka yang mampu?” ajak Musa. Kala itu Qarun masih mau mengikuti perintah Nabi, dan agak setuju untuk membagi sebagian hartanya untuk fakir miskin. Negosiasi pun berlanjut dan dijajaki, soal kalkulasi berapa harga yang mesti dikeluarkan untuk disedekahkan.

Sekembali ke istana, malamnya Qarun menghitung kembali jumlah yang harus dikeluarkan untuk sedekah dan zakat. Tiba-tiba saja sifat kikir kembali menghinggapi dirinya dan menganggap jumlahnya terlalu besar untuk dikeluarkan. “Enak saja, aku yang bersusah payah, kenapa harus dibagi-bagi kepada orang lain?” omelnya, usai menghitung hartanya. Esoknya dia menolak juga berbagi bersama warga, dan pemungut zakat, utusan Nabi.

Jadi ia hancur karena sebab ketiga, yaitu ia menolak menunaikan zakat, infak, dan sedekah. Sehingga dia hidup serba kaya raya. Qarun memutuskan untuk tidak menyedekahkan hartanya apa pun risikonya. Ia malah menganggap ucapan dan anacaman Nabi Musa hanya bualan, basa-basi, di siang bolong. Dengan tuduhan keji, bahkan ia berseru kepada semua penduduk, bahwa Musa ingin merampas harta mereka secara halus dengan mengatakan bahwa Allah telah mewahyukan kepadanya perintah untuk bersedekah.

Akubatnya keempat, ia mencintai dunia berlebihan, memamerkan, dan mempertahankan materialnya, seperti cara kapitalis dan lintah darat. Bahkan demi itu, dia rela menebar fitnah. Hari-hari Qarun asyik memamerkan berbagai macam kekayaannya seperti rumah besar, kuda bagus, baju mewah, perhiasan mahal, sepatu dengan kualitas terbaik, bahkan para pengawalnya dan sahaya yang begitu banyak.

Kebencian Qarun terhadap perintah Allah dan Rasul pun, termasuk untuk bersedekah begitu besar. Ia bahkan menjatuhkan martabat Musa di mata kaumnya, selain tuduhan tadi. Diam-diam Qarun mengongkoskan satu wanita untuk menyatakan dirinya telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Fitnah itu pun menyebar cepat ke telinga seluruh penduduk negeri.

Musa dan para sahabat sangat terkejut begitu berita itu sampai ke biliknya. Spontan mereka mencari wanita tersebut. “Saudariku, mengapa kau berkata seperti itu?” tanya Musa begitu ia menemui wanita lemah itu. “Kau sendiri pasti tahu, Nabi Allah tidak akan melakukan perbuatan sehina itu!” desak para sahabat. Dengan ketakutan wanita itu menjawab: “Maafkan aku tuan, aku hanya disuruh melakukannya.” “Siapa? katakanlah! kau tahu, perbuatanmu itu sungguh dilaknat Allah. Minta ampunlah kepada-Nya! Dan bersumpahlah atas nama Allah, siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?” Dengan ketakutan, wanita itu pun akhirnya mengakui bahwa dia melakukan perbuatan tersebut, atas perintah Qarun, yang berjanji akan membayar maharnya.

Setelah mendengar kebohongan itu, Musa lantas tersungkur sujud dan berdoa agar Qarun mendapat ganjaran atas perbuatannya yang merendahkan martabat seorang Nabi. Allah memerintahkan kepada bumi untuk menenggelamkan Qarun beserta seluruh hartanya yang melimpah, termasuk juga rumah mewahnya hanya dalam satu malam, karena hubbud dunya, sombong, dan menantang Nabi (QS. Al-Qashash: 76-83).

Halaman
12

Berita Terkini