Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Nasib para pengungsi Rohingya (Myanmar) dan Bangladesh yang terdampar di pantai Aceh beberapa waktu lalu hingga kini masih belum jelas. Memang, Pemkab Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Timur dan Kota Langsa memfasilitasi mereka yang mayoritas muslim itu dengan pengadaan tenda, sembako, MCK, dan obat-obatan, namun hal itu bersifat sementara.
Konon lagi, nasib malang yang menimpa kaum Rohingya dan Bangladesh itu merupakan ulah rezim militer Myanmar, yang terang-terangan mengusir mereka dari Negara mayoritas Budha tersebut. Adli Abdullah, Anggota Badan Internasional untuk Rohingya mengatakan, etnis Rohingya sudah berabad-abad menempati Myanmar, namun semenjak Junta Militer berkuasa (1988), etnis ini perlahan 'disingkirkan'. “Rohingya sudah menetap di Arakan (salah satu daerah di Myanmar) sejak abad ke 17, dan yang terjadi sekarang adalah mereka diusir dari kampung mereka sendiri,” jelasnya.
Adli menambahkan, faktor ekonomi dan politik menyebabkan bangsa Rohingya lari dari negaranya. “Penguasa Myanmar menerapkan politik adu domba (devide et impera). Mereka sengaja memanas-manasi masyarakat Budha, bahwa Rohingya adalah ancaman besar bagi Negara,” imbuhnya. Adli menjelaskan, Junta Militer Myanmar telah membuat propaganda di antara kaum Budha untuk membenci Islam, “Kalau Rohingya tidak disingkirkan, bukan tak mungkin Myanmar akan seperti Indonesia dan Malaysia (mayoritas muslim), begitu info yang berkembang,” ungkapnya.
Di samping itu, menurut Adli, bangsa Rohingya memang lebih maju secara ekonomi ketimbang penduduk setempat. “Ada kecemburuan sosial juga,” jelas Adli. Kondisi tersebut membuat bangsa Rohingya tertekan dan dipaksa keluar dari Myanmar. “Perbatasan Bangladesh itu ditutup, hal yang paling mungkin bagi mereka adalah menempuh jalur laut dan akhirnya terdampar di perairan Aceh,” jelas dia.
Dalam program Cakrawala yang berlangsung satu jam itu, tim mengangkat Salam Serambi edisi hari ini (20/5/2015) dengan tema “Bagaimana Harusnya Sikap Kita kepada Kaum Rohingya”. Program interaktif unggulan SerambiFM 90,2 Mhz itu menghadirkan Waredpel Serambi Indonesia, Asnawi Kumar dipandu host Nico Firza.
Asnawi mengaku kagum dengan sambutan yang diberikan masyarakat Aceh kepada kaum Rohingya. “Mereka kita anggap tamu dan diperlakukan layaknya tamu. Respons masyarakat sangat bagus,” ujarnya. Dia mengatakan, PBB lewat UNHCR yang mengurusi masalah pengungsi bersama relawan gabungan, sedang memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Rohingya, baik makanan, pakaian, maupun obat-obatan.
Salah seorang penelepon, Didi mengatakan, dirinya berharap agar Pemerintah mencari solusi terbaik untuk masa depan kaum Rohingya. “Saya mengikuti perkembangan berita Rohingya, yang jelas, memulangkan mereka ke sana bukanlah pilihan yang bijak, sama saja dengan mengantarkan mereka menuju eksekusi mati,” tandas dia. (*)