Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Untuk mendukung proses pemulihan pascabencana yang mencakup seluruh aspek kehidupan, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) membentuk tim khusus guna menyusun masukan rencana pemulihan (recovery plan) pascagempa Pidie Jaya (Pijay).
Pembentukan ini dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Rektor Unsyiah Nomor 2486 Tahun 2016 tentang Penunjukan Satuan Tugas Pemulihan Pascagempa Pidie Jaya, tanggal 16 Desember 2016.
Menurut Kepala Humas Unsyiah, Husni Friady MM kepada Serambinews.com di Banda Aceh, Minggu (18/12/2016) malam, pembentukan tim ini merupakan kelanjutan dari aksi cepat yang dilaksanakan secara terintegrasi oleh civitas akademika Unsyiah selama hampir dua minggu sejak gempa Pijay 7 Desember lalu.
Tugas dan fungsi utama tim ini adalah untuk menyusun konsep rencana pemulihan pascagempa sebagai masukan bagi pemerintah.
Tim ini, lanjut Husni, juga akan menjalin kerja sama dengan berbagai universitas/lembaga dalam dan luar negeri, menjembatani pemerintah daerah dengan pihak-pihak terkait, serta menggalang dana untuk keperluan pemulihan pascagempa.
Tim ini akan mendorong agar pendekatan pemulihan dilakukan secara terencana dan mengedepankan prinsip membangun kembali dengan lebih baik dan lebih aman (build back better and safer), sehingga wilayah terdampak dapat dibangun kembali menjadi wilayah yang tangguh bencana (resilient cities).
Karena itu, imbuh Husni, proses pemulihan harus diintegrasikan dengan aspek-aspek pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction). Hal ini sejalan dengan kerangka kerja global Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) yang baru saja dicanangkan Maret 2015 lalu di Konferensi Dunia dalam Pengurangan Risiko Bencana di Sendai, Jepang. Intinya, proses pemulihan tidak boleh terfokus pada aspek fisik semata, namun harus mencakup pemulihan kehidupan secara menyeluruh (life recovery).
Tim ini juga merekomendasikan agar pihak mana pun yang ditunjuk menjadi pelaksana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi nantinya, hendaknya mengedepankan pendekatan partisipatori, sehingga masyarakat terdampak ikut terlibat sejak awal dalam proses pengambilan keputusan untuk pemulihan lingkungan kehidupan mereka.
Rektor Unsyiah, Prof Dr Samsul Rizal MEng mengharapkan tim ini dapat bekerja cepat dan menghasilkan konsep yang bermanfaat dan implementatif. “Sebagai universitas yang kekhususannya di bidang kebencanaan, Unsyiah akan mengambil peran dalam membantu pemerintah dan masyarakat yang terdampak bencana. Dengan sumber daya yang ada, kami akan bekerja sekuat tenaga untuk mendukung upaya pemulihan berbasis pengurangan risiko bencana. Kita wajib berikhtiar agar dampak dan kerugian akibat bencana dapat ditekan bila di kemudian hari gempa kembali terjadi,” kata rektor selaku Penanggung Jawab Tim.
Tim Unsyiah untuk pemulihan pascagempa ini diketuai Dr Khairul Munadi yang juga Ketua Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Unsyiah. Tim ini terdiri atas sembilan gugus kerja, yaitu: permukiman, prasarana dan sarana umum, pendanaan dan hubungan kelembagaan, desain dan perencanaan wilayah, ekonomi, pertanian, dan dunia usaha, pendidikan, agama, hukum, dan sosial budaya, kesehatan dan psikosial, data dan teknologi informasi, serta manajemen pengetahuan.
Beberapa staf yang pernah terlibat dalam Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias didapuk sebagai anggota tim pengarah, yang diketuai Wakil Rektor IV Unsyiah, Dr Nazamuddin MA.
Sejak hari pertama pascsgempa, segenap unsur civitas akademika Unsyiah turun ke lapangan untuk melakukan aksi cepat melalui berbagai kegiatan.
Melalui posko terintegrasi di lokasi gempa, tim Unsyiah juga mendistribusikan bantuan kepada para korban yang diterima dari internal dan eksternal Unsyiah.
Selain itu, kata Husbi Friady, masa pascabencana ini juga akan dimanfaatkan Unsyiah untuk pelaksanaan beberapa kegiatan akademik, seperti kuliah lapangan dan kegiatan KKN tematik. (*)
--