Harga TBS Sawit Capai Titik Terendah, Ada yang Mempermainkan Petani?

Penulis: Zainun Yusuf
Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Puluhan dam truk, termasuk L-300, sarat muatan TBS kelapa sawit dari Abdya setiap hari diangkut untuk dijual ke pengusaha PKS di Nagan Raya. Hal ini terjadi karena di Abdya belum ada yang mampu membangun PKS. Foto direkam Minggu (24/6/2018), di Jalan Nasional Krueng Seumanyam, perbatasan Abdya dengan Nagan Raya.

Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Harga TBS (tandan buah segar) produksi kebun rakyat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), semakin terpuruk sehingga sangat meresahkan petani.

Beberapa hari terakhir, harga TBS sawit di sentra produksi Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee, terjun bebas menyentuh titik terendah Rp 750 per kilogram (kg).

Keadaan yang terus terulang setiap kali musim panen raya ini menimbulkan tanda tanya di kalangan petani, adakah pihak yang mempermainkan para petani, demi mendapatkan untung besar?

Pasalnya, harga CPO (minyak kelapa sawit) dunia saat ini sedang stabil alias tidak turun.

Menanggapi ini, Anggota DPRK Abdya, Yusran, memberikan ulasannya terkait kasus anjloknya harga TBS sawit, khususnya di Aceh Barat Daya (Abdya), setiap kali panen raya.  

“Seingat saya, harga TBS jatuh menjadi Rp 750 per kg di tingkat petani belum pernah terjadi selama kurun waktu tak kurang enam tahun terakhir,” kata Yusran kepada Serambinews.com, Selasa (26/6/2018).

Anggota Komisi B membidangi pertanian itu mengatakan, seluruh TBS kelapa sawit produksi setempat, dijual kepada para pengusaha PKS yang beroperasi di Kabupaten Nagan Raya.

Hal ini dikarenakan belum ada satu pun PKS di Abdya.

Pengusaha PKS Nagan Raya menampung TBS kelapa sawit dari pedagang pengumpul yang membeli sawit dari para petani Abdya, terutama di daerah sentra produksi, yaitu di Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee.

Ketika produksi melimpah dan pada momen tertentu, seperti jelang meugang dan jelang lebaran, para pengusaha PKS menurunkan harga beli TBS kelapa sawit.

Secara otomatis harga TBS sawit di tingkat petani jatuh.

Sebelum Ramadhan lalu, kata Wakil Rakyat asal Kecamatan Babahrot ini harga TBS sawit di tingkat petani mencapai Rp 1.320 per kg.

Sejak awal puasa di bawah Rp 1.000 per kg, dan selama beberapa hari belakangan terjun bebas pada titik terendah hanya Rp 750 per kg.  

Yusran menduga anjlok harga TBS kelapa sawit yang sangat meresahkan petani akibat permainan harga oknum pengusaha PKS di Kabupaten Nagan Raya yang menampung sawit Abdya.

(Baca: Nigeria Vs Argentina - Jika Kalah dari Nigeria Bisa Pensiunkan 14 Pemain Argentina dari Piala Dunia)

(Baca: Logistik Pilkada Aceh Selatan Disalurkan Dua Tahap, Ini Perinciannya)

Misalnya, pengusaha PKS berlokasi di Simpang Droem, Darul Makmur, Nagan Raya sekarang ini menampung TBS dari pedagang pengumpul hanya seharga Rp 920 per kg.

Sehingga pedagang harus menampung TBS sawit di tingkat petani sekitar Rp 750 per kg, malah lebih rendah lagi.   

Dugaan adanya permainan harga oleh oknum pengusaha PKS, menurut Anggota DPRK Abdya, Yusran karena harga yang ditampung pengusaha PKS di luar daerah, seperti di Kota Subulussalam dan Riau, masih di atas Rp 1.100 per kg.

Akan tetapi, lanjutnya, pengusaha PKS seenaknya menurunkan harga beli TBS sawit dari pedagang pengumpul.

Permainan dimaksud terutama dilakukan ketika hasil panen melimpah seperti sekarang ini.

(Baca: Saksikan Kekalahan Mesir dari Arab Saudi, Mantan Pesepak Bola Ini Meninggal Dunia)

(Baca: Tentara Filipina Tak Sengaja Tembaki Polisi di Hutan, 6 Orang Tewas dan 9 Lainnya Terluka)

Permainan juga sering dilakukan dengan memanfaatkan momen jelang meugang dan Idul Fitri, atau ketika petani butuh uang mendesak, untuk meraih untung besar, padahal harga CPO (minyak kelapa sawit) tidak turun.

Karenanya, Yusran meminta pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten tidak tutup mata atas dugaan sewenang-wenang oknum pengusaha PKS mengatur harga TBS kelapa sawit.

Yusran menegaskan bahwa pemerintah provinsi dan kabupaten punya kewenangan dan wajib melindungi petani kelapa sawit dari tindakan pengusaha ‘nakal’.

Dalam hal ini, tegas Yusran, pemerintah harus  mengontrol perkembangan harga  harga  Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit setiap hari.

Menurutnya, kontrol harga CPO setiap hari sangat penting sebagai perimbangan harga TBS kelapa sawit yang ditampung pengusaha.

“Kontrol seperti itu bisa mencegah permainan harga TBS sawit. Sayangnya, kontrol dari pemerintah tak ada selama ini sehingga pengusaha seenaknya menurunkan harga TBS sawit, padahal harga CPO tak turun,” tegas Yusran.(*)

Berita Terkini