IDI - Empat perusahaan perkebunan di Aceh Timur masih bungkam tentang pembangunan barrier (pembatas) gajah sepanjang 28 km sampai perbatasan Aceh Utara. Pemkab Aceh Timur bersama Forum Konvervasi Leuser (FKL) telah membangun 24 km dari Kecamatan Peunaron hingga Indra Makmu.
Bupati Aceh Timur, H Hasballah bin HM Thaib, Selasa (30/7) menyatakan perusahaan perkebunan telah dipanggil berulangkali untuk memperkuat komitmen membangun barrier gajah sepanjang 28 km. “Perusahaan perkebunan sekitar habitat gajah belum juga memulai membangun lanjutan barrier yang telah dibangun pemerintah,” katanya.
Dia menjelaskan melalui kerjasama dengan FKL, Pemkab Aceh Timur telah membangun 24 km barrier gajah berupa parit besar di Kecamatan Peunaron, Indra Makmu dan Pante Bidari. Disebutkan, tahap I telah selesai dikerjakan sepanjang 24 km dari 52 km yang direncanakan.
Rocky, panggilan akrab Bupati Aceh Timur ini menegaskan sisanya merupakan tanggungjawan HGU perkebunan. Dia menjelaskan barrier gajah melewati wilayah HGU PT Atakana, PT Dwi Kencana Semesta, PTPN 1 dan PT Tualang Raya hingga batas Aceh Utara.
“Mereka telah menandatangani surat kesediaan membangun barrier, tetapi tetap tidak juga dilaksanakan,” ujarnya. Dia menyampaikan hal itu seusai tiga ekor gajah terluka terkena tali jeratan warga baru-baru ini, walau sudah diobati tim dokter BKSDA Aceh dan telah dilepas kembali ke hutan.
Satu ekor anak gajah diobati pada 19 Juni 2019 dan anak gajah dari lokasi penemuan di Simpang Jernih diamankan ke CRU Serbajadi yang diberi nama Salma. Dua ekor gajah betina dewasa diobati dari 28 sampai 29 Juli 2019 juga di Simpang Jernih dan telah dilepas kembali ke hutan.
Rokcy mengatakan konservasi gajah bukan wewenang Pemkab Aceh Timur, tetapi serangan ke gajah, bahkan pembantaian telah menciptakan citra kurang baik bagi daerah ini, baik tingkat nasional maupun internasional. “Seakan-akan, kami yang melakukan kejahatan ini, padahal pelaku pemasang jerat, pendatang dari luar daerah yang bekerjasama dengan penduduk lokal,” ungkap Rocky.
Bupati mengatakan kasus perambahan hutan oleh para pendatang masih sangat tinggi. “Kami meminta pemerintah yang membidangi masalah kehutanan dan konservasi untuk segera menghentikan pembunuhan gajah, pemasangan jerat dan perambahan hutan di Aceh Timur,” harapnya.
Rocky juga meminta pihak PLN untuk menertibkan aliran listrik, karena dimanfaatkan oleh sebagian petani untuk memasang pagar listrik tegangan tinggi. Dikatakan, bukan saja gajah yang mati, tetapi beberapa warga Aceh Timur juga meninggal akibat tersengat aliran listrik di kebun warga.
Disebutkan, Aceh Timur masih empat 4 spesies dilindung yaitu harimau, gajah, badak dan orangutan sumatera. Ditambahkan, dalam waktu dekat ini akan dibangun taman suaka Badak Sumatera seperti di WayKambas, Lampung.
Dia mengatakan pada 2015 lalu, Pemkab Aceh Timur telah menetapkan lahan konservasi gajah seluas 5.000 hektare di Kecamatan Serbajadi.
Pada 2016, Aceh Timur juga membangun Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi yang dibiayai oleh APBK. Tetapi pada 2017, kegiatan ini diambil alih oleh provinsi, termasuk peralihan kewenangan.
“Saya memberikan apresiasi kepada LSM yang telah menyelamatkan kekayaan alam dan keragaman hayati Aceh Timur. Upaya yang mereka lakukan berhasil menurunkan angka pembunuhan gajah dalam beberapa tahun ini.(c49)
“Saya secara pribadi berhutang budi kepada gajah dan satwa liar lainnya di hutan Aceh Timur ini. Mereka cukup membantu kami saat berjuang dulu, dari memberi arah jalan hingga menghancurkan jejak-jejak kami agar tidak diikuti. Sekarang melihat pembantaian gajah ini, membuat hati saya sedih dan terenyuh,” ujar Bupati Rocky.
Dia menyebutkan, meski Pemkab Aceh Timur tidak berwenang dalam perlindungan gajah, tapi pemerintah Aceh Timur tetap memperhatikan upaya mitigasi konflik gajah melalui kerjasama dengan Forum Konservasi Leuser (FKL). Bupati mengatakan, Aceh Timur merupakan kabupaten yang memiliki keragaman hayati yang tinggi dan terkenal.
Dia mengatakan setiap tahun, biasanya 6 sampai 10 ekor gajah mati dibunuh akibat perburuan, tetapi tahun ini belum ada kematian gajah, kecuali tiga ekor terjerat. “Kami berharap Lembaga lain mau bekerja sama untuk konservasi di Aceh Timur agar kekayaan hayati yang tinggi ini bisa memberi kesejahteraan bagi rakyat,” harapnya.(c49)