Laporan Khalidin | Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Hasby BM, S.Hut salah seorang pegiat kehutanan di Kota Subulussalam meyakini Liana atau Bajakah yang tumbuh di daerah ini sejenis dengan di Kalimantan.
”Saya yakin jika Bajakah di Subulussalam sama jenisnya dengan di Kalimantan, maka kalau benar tumbuhan ini berkhasiat maka yang di Subulussalam juga demikian,” ujar Hasby BM, kepada Serambinews.com, Senin (26/8/2019).
Hasby yang merupakan mantan karyawan PT Inhutani (Persero) IV dan kini aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang kehutanan mengatakan adanya kesamaan alam Kota Subulussalam dengan Kalimantan.
Dia mencontohkan tanaman kayu kapur (Dryobalanops) di Indonesia hanya terdapat di Aceh dan Kalimantan.
Nah, untuk Aceh Pohon Kapur endemic di Kota Subulussalam dan Singkil. Kendati jenisnya juga terdapat di Kalimantan namun kayu kapur ini berbeda dengan yang tumbuh di Subulussalam.
Menurut Hasby, Pohon Kapur yang ada di Subulussalam merupakan kelas utama. Sebab, kayu kapur atau Dryobalanops aromatic di Subulussalam/Singkil lah yang mengeluarkan aromatic.
Sementara di Kalimantan masuk kategori kelas I dibawah kayu kapur di Aceh ini. Jadi, lanjut Hasby jika pun benar tumbuhan Bajakah ini berkhasiat untuk obat kanker maka yang di Subulussalam juga sama ampuhnya dan dipastikan tidak akan dibawah Kalimantan.
”Karena kayu kapur kita yang jenisnya sama aja lebih super di Subulussalam atau Aceh ini dibanding Kalimantan. Kapur Aceh yang endemic di Subulusalam itu kelas utama sedangkan Kalimantan kelas satu,” terang Hasby
Hasby menjelaskan jika pohon Kapur (Dryobalanops aromatica), penghasil kapur barus (kamper) ternyata termasuk salah satu tanaman langka.
Pohon Kapur yang mampu menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini menempati status keterancaman tertinggi yakni Critically Endangered (Kritis).
Yang tersisa detailnya harus di survey.
Tetapi habitat pohon kapur ini jika dijaga jaga dan tak usah pakai dana program rehabilitasi juga akan berkembang di lapangan dengan cepat.
Anakan (bibit) kapur tumbuh secara alami dibawah tegakan pohonnya setiap tahun dengan baik.
Lebih jauh Hasby mengatakan Liana itu tumbuhan merambat, seperti rotan. Dia tumbuh perlu penompang dari pohon.
Pada umumnya tumbuhan ini tumbuh di daerah tropis dan sama jenisnya.
Hasby menyarankan supaya tumbuhan yang umumnya mengeluarkan air dari batangnya itu dan diyakini sebagai obat kanker, harus dibudidayakan sejalan dengann penelitian lebih lanjut.
Ditambahkan, justru di hutan dataran tinggi mendominasi tumbuhan ini dan memiliki kandungan air yang baik.
Sama halnya dengan sarang semut Papua, kata Hasby di Subulussalam tumbuhan ini juga dapat ditemu dan dipastikan berkhasiat serupa.
Untuk itu, instansi yang berhubungan erat dengan ini yang Dinas Kehutanan dan sub turunannya disarankan segera membuat penelitian.
“Nanti kita percayakan pada lembaga riset,” ujar Hasby seraya menambahkan agar budidayanya melibatkan masyarakat sehingga bisa menjadi sumber pendapatan ekonomi mereka kelak.
Sementara Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DLHK) Kota Subulussalam, Syafrianda yang ditanyai Serambinews.com, juga mengatakan keyakinannya Liana Kalimantan sama dengan Aceh yakni Subulussalam.
Ini karena Kalimantan dan Subulussalam bagian Sumatra itu sama-sama hutan hujan tropis.
Kendati menilai perlu dilakukan riset, namun sejauh ini di Subulussalam belum mengarah membuat program tersebut.
”Kalau menurut saya memang perlu diteliti. Di Subulussalam belum ada rencana penelitian,” ujar Syafrianda
Seperti berita sebelumnya, Kayu bajakah yang viral diberitakan untuk obat kanker sebagaimana temuan tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah ternyata juga tumbuh di hutan Kota Subulussalam tepatnya di areal rawa Singkil, Kecamatan Rundeng.
"Di Subulussalam juga ada banyak di rawa Singkil, Kecamatan Rundeng," kata Riya Kamba, salah seorang petugas BKSDA Kota Subulusalam kepada Serambinews.com, Minggu (25/8/2019).
Menurut Riya Kamba, kayu Bajakah ini tumbuh subur di areal rawa Singkil Desa Siperkas, Kecamatan Rundeng sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Subulussalam.
Dikatakan, bisa saja kayu Bajakah yang ada di Kalimantan sejenis dengan yang tumbuh di Rawa Singkil sebab habitatnya sama.
Namun bisa pula berbeda sehingga untuk membuktikan kesamaan jenis kayu Bajakah Kalimantan dengan Rawa Singkil di Kota Subulussalam menurut Kamba perlu penelitian.
Untuk masalah ini, Kamba mengaku pernah menshare ke rekannya di Kalimantan namun sampai sekarang belum ada konfirmasi mengenai kesamaan tumbuhan berkhasiat super hebat tersebut.
Informasinya, kata Kamba peneliti masih merahasikan dan belum memberikan jenis kayu Liana tersebut.Intinya, kata Kamba, untuk membuktikan secara ilmiah khasiat atau jenis kayu Bajakah di Subulussalam perlu dilakukan penelitian.
"Harus ada penelitian. Karena bisa saja mirip tapi beda jenis," ujar Kamba
Seperti diberitakan di media ini, Belakangan ini masyarakat Singkil dihebohkan dengan penemuan kayu bajakah, kayu yang diklaim hanya ada di hutan Kalimantan.
Kayu ajaib yang dipercaya dapat mengobati kangker, tumor dan penyakit ganas lainnya ini ternyata dengan mudah bisa ditemui di hutan Rawa Singkil di Kota SUbulussalam. (*)