SERAMBINEWS.COM - Dalam sejarah perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sosok Teungku Abdullah Safi'i tertulis dengan tinta emas. Ia adalah Panglima GAM yang kharismatik dan disegani.
Lebih dari itu, Teungku Lah, begitu ia disapa adalah juga sosok yang ramah dan santun serta konsisten di garis perjuangan GAM.
Namun di balik sosoknya yang bersahaja dan dicintai rakyat, kisah perjuangan dan hidup Teungku Lah berakhir dengan tragis.
Ia gugur bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya dalam pertempuran dengan pasukan TNI di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002.
Kepergiannya ditangisi rakyat Aceh dan GAM menyatakan berkabung selama 44 hari kala itu.
Lantas seperti apakah sosok Teungku Lah di masa hidupnya? Serambinews.com merangkumnya dari berbagai sumber.
1. Panglima Gerakan Aceh Merdeka
Teungku Abdullah Syafi’i, lebih dikenal dengan nama Teungku Lah lahir di Bireuen, Aceh, 12 Oktober 1947.
Ia syahid pada umur 54 tahun dalam sebuah pertempuran dengan TNI, dan merupakan tokoh pejuang GAM yang kharismatik dan disegani.
Teungku Lah menjabat sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) saat gugur di medan tempur.
2. Sosok yang Ramah, Humanis dan Santun
Teungku Lah adalah sosok bersahaja, ramah dan humanis. Ia juga dikenal sosok sederhana dan taat beribadah. Dia pun tidak bicara sembarangan.
Sifatnya yang santun membuat orang tidak pernah marah kepadanya dan bila ia berbicara berisi nasihat dan bijaksana.
3. Menyampaikan Wasiat Sebelum Syahid
Teungku Lah adalah sosok pejuang dan Panglima GAM yang amat disegani.