Potret Dunia Pendidikan di Aceh Singkil, Mereka Terpaksa Menulis Sambil Jongkok di Lantai Kelas

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Murid SD Suka Makmur, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil, belajar di lantai. Foto direkam Sabtu (4/1/2020)

Potret pendidikan di daerah kepulauan dan pedalaman Aceh ternyata masih memprihatinkan. Salah satunya di Sekolah Dasar (SD) Negeri Suka Makmur, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil. Para muridnya pergi ke sekolah tanpa sepatu dan belajar di atas lantai. Gambaran miris tersebut terlihat ironi di tengah besarnya anggaran pendidikan di Aceh.

SEJUMLAH murid Sekolah Dasar (SD) Negeri Suka Makmur, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, terlihat dalam kondisi jongkok saf bersaf di lantas kelas. Mereka bukan sedang dihukum, melainkan sedang belajar. Tangan mereka masing-masing memegang pensil atau pulpen, sedangkan di atas lantai terletak buku tulis.

Sebagian bocah berseragam merah putih itu tidak menggenakan sepatu, hanya sendal jepit. Mereka jongkok dalam posisi setengah menungging agar tangan bisa menulis di buku, namun lutut tak menyentuh lantai. Hal itu dilakukan agar lutut tak kotor dan sakit.

Posisi tersebut tentu saja menyiksa. Akan tetapi karena tak ada pilihan lain, mereka harus menjalaninya setiap hari karena di sekolah terpencil itu tak ada lagi bangku dan meja yang bisa dipakai. Semuanya rusak. "Tidak ada bangku, makanya siswa belajar di lantai," kata Mardin tokoh masyarakat Suka Makmur kepada Serambi, Sabtu (4/1/2020).

Selain tak ada bangku, rumah sekolah yang dibangun tahun 2010 itu juga dalam kondisi yang rusak berat. Lantai kelas telah hancur dan plafon telah jebol. Saat hujan, air pun masuk ke dalam ruang kelas. "Kelas ada enam, tapi semuanya rusak," kata Mardin yang ternyata juga mantan Kepala Desa Suka Makmur ini.

Pihaknya mengaku telah pernah mengajukan usulan perbaikan sekolah, tapi sayang hingga sekarfang belum dikabulkan. Ia sangat berharap perbaikan SD Suka Makmur bisa secepatnya dilakukan agar proses belajar dan mengajar bisa berjalan baik.

Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid, ternyata baru mengetahui kondisi belajar-mengajar di sekolah tersebut. Ia langsung memberi respons cepat dengan memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Singkil, Yusfit Helmi, mengirim kursi dan bangku ke SD Suka Makmur. "Secepatnya saya minta Kadis Pendidikan kirim bangku (kursi) sekolah ke Suka Makmur," kata Dulmusrid kepada Serambi, Sabtu (4/1/2020).

Ia juga akan turun langsung ke lokasi untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi bangunan sekolah. "Saya lagi di Banda Aceh. Pulang nanti saya ke Suka Makmur mengecek," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Singkil, Yusfit Helmi, mengatakan bahwa pihaknya baru saja mengecek ke bagian program di dinasnya. Ia mengatakan, kursi baru selesai pengadaan untuk empat kelas, dan tinggal melakukan proses pengiriman. "Saya sudah cek ke program, bangku sudah ada, tinggal menunggu pengiriman," ujarnya.

Yusfit juga mengatakan bahwa bangku sekolah sebetulnya bisa diperbaiki melalui dana operasional, jika kerusakannya ringan, sehingga tidak ada alasan siswa belajar di lantai.

Pada bagian lain, Yusfit juga mengungkapkan bahwa sudah enam tahun Kepala SDN Suka Makmur tidak mengirim data pendidikan (Dapodik) ke Dinas Pendidikan. Akibatnya tidak ada program yang diusulkan, termasuk laporan terhadap kondisi sekolah. "Karena tidak kirim Dapodik, kepala sekolahnya malah tidak masuk lagi," ungkap Yusfit.

Atas permasalahan tersebut, Dinas Pendidikan mengambil alih pengisian Dapodik SD Suka Makmur. Apalagi terhitung Agustus tahun lalu, UPTD Dinas Pendidikan di Pulau Banyak Barat sudah tidak ada lagi.

Langkah lain Dinas Pendidikan adalah menujuk nota dinas kepala sekolah Suka Makmur yang baru. "Sedangkan kepala sekolah lama, karena tidak masuk dinotadinaskan ke sekolah lain. Kepala sekolah yang baru saat ini sedang bekerja keras untuk isi dapodik," ujarnya.

Pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Singkil bahwa kepala sekolah SD Suka Makmur tidak masuk juga dibenarkan warga setempat. Malah menurut warga, selain kepala sekolah, para guru juga sering tidak masuk masuk sekolah.(dede rosadi)

Berita Terkini