Ada yang menyebut saat ini jamannya era digital. Ketika internet sudah menjadi kebutuhan, saat semuanya serba cepat, mudah dan instan. Tapi nyatanya, masih ada juga daerah yang tak terjangkau jaringan internet. Di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya, contohnya.
PANDEMI Corona (Covid-19) telah membuat aktivitas belajar mengajar, termasuk di kampus ditiadakan. Sebagai gantinya, sistem belajar dilakukan secara daring (online) dari rumah, sebagai salah satu protokol mencegah penyebaran virus tersebut.
Sayangnya sistem belajar online ini tak bisa dijalankan di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya. Penyebabnya tak lain karena tidak adanya akses jaringan internet. Karena tak ingin tertinggal mata kuliah, para mahasiswa berjuang dengan menaiki puncak gunung Singahmata. Mereka duduk dimana saja yang memungkinkan agar bisa ikut kuliah.
Alhamdulillah, Pemkab Nagan Raya akhirnya turun tangan. Sebuah pondok seukuran 5x2 meter kini telah selesai dibangun di atas gunung tersebut. Pondok yang terbuat dari kayu itu memang sederhana, tetapi cukup membantu para mahasiswa sebagai tempat berteduh ketika mereka kuliah.
Keberadaan posko belajar ini berawal dari dorongan sejumlah organisasi mahasiswa. Di antaranya Ikatan Pelajar Mahasiswa Nagan Raya (Ipelmasra) Banda Aceh, Ikatan Mahasiswa Beutong Ateuh Banggalang (IPMB) Meulaboh, IPMB Banda Aceh, dan Ikatan Pelajar Mahasiswa Nagan Raya (Ipelmanar) Banda Aceh. Pembangunan dimulai sejak Rabu (8/4/2020) kemarin.
“Kami sangat berterima kasih. Namun harapan kami ke depan, daerah kami bisa diakses jaringan internet,” kata seorang mahasiswa, Samsuardi, kepada Serambi kemarin.
Untuk diketahui, Gunung Singgah Mata berjarak sekitar satu jam perjalanan sepeda motor dari pusat Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang. Para mahasiswa harus menaiki lereng gunung yang terjal dan saat turun hujan yang disertai kabut, mereka dipastikan bakal kesulitan mendaki. Kondisi ini dilalui para mahasiswa hampir setiap hari, tergantung jam kuliah.
Samsuardi menyebutkan, total jumlah mahasiswa di Beutong Ateuh Banggalang sebanyak 30 orang lebih. Mereka kuliah di sejumlah perguruan tinggi, mulai dari Banda Aceh, Meulaboh, hingga Lhokseumawe. "Kami hampir setiap hari naik gunung yang terjal dan membahayakan itu untuk mendapatkan sinyal internet," ujarnya beberapa waktu lalu.
Karena itu, ia sangat berharap ke depan pemerintah setempat bisa mendorong agar Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang bisa terakses jaringan internet sehingga daerahnya tidak lagi terisolir seperti saat ini. "Selama ini yang baru bisa terlayani daerah kami hanya jaringan telepon," imbuhnya.
Menanggapi harapan mahasiswa ini, Kepala Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik (Diskominsatik) Nagan Raya, Said Amri mengaku sudah pernah menyampaikan hal itu kepada pihak Telkomsel. “Sudah pernah kami sampaikan, tapi belum diakomodir,” ujarnya.
Pihaknya menggantungkan harapan ke Telkomsel karena hanya jaringan tersebut yang tersedia di Beutong Ateuh Banggalang. "Dari pengakuan Telkomsel, kabel optik belum tersedia, jaringan itu harus ditanami di dalam tanah," tambah Said Amri.
Selain di Beutong Ateuh Banggalang, keluhan jaringan internet ini juga dialami beberapa desa lain di Nagan Raya, seperti kompleks perkantoran Pemkab Nagan Raya di Suka Makmue dan Tripa Makmur. "Harapan kita apa yang menjadi harapan Pemkab dan masyarakat bisa diakomodir oleh Telkomsel. Apalagi saat akibat pandemi Covid-19, semua menggunakan jaringan internet," imbuh Kepala Diskominsatik ini.(riz)