SERAMBINEWS.COM, DHAKA – Pemerintah sipil Myanmar dibawah pemimpim interim, Aung San Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian 1991 itu tetap tak bergeming melihat kondisi pengungsi Rohingya.
Bahkan, makin banyak larinya etnis Rohingya dari negara bagian Rakhine, Myanmar yang kaya migas dan bahan tambang.
Dalam tragedi terbaru bagi kelompok Rohingya yang disebut Bengali oleh penduduk Myanmar terjadi pada Sabtu (2/5/2020).
Dilaporkan, sebanyak 29 pengungsi Rohingya dari sebuah kapal penangkap ikan yang mengambang selama berminggu-minggu di Teluk Bengal mendarat di sebuah pulau di Bangladesh selatan, kata para pejabat, Minggu (3/5/202020.
Para pengungsi, termasuk 15 wanita dan enam anak-anak, mendarat di Pulau Bhasan Char pada Sabtu (2/5/2020).
Mereka diyakini berasal dari salah satu dari beberapa kapal yang terjebak di laut, kata Tonmoy Das, Kepala Distrik Noakhali, Bangladesh.
Das mengatakan bahan makanan, dokter, dan 10 polisi dikirim ke pulau itu untuk membatu para pengungsi.
• ASEAN Akan Bentuk Tim Ad Hoc Kawal Repatriasi Rohingya
• India dan Bangladesh akan Percepat Repatriasi Rohingya
• Gambia Resmi Laporkan Myanmar ke Mahkamah Internasional Atas Tuduhan Genosida Warga Muslim Rohingya
Seorang pejabat dari kantor Pengungsi Bangladesh di Distrik Bazar Cox mengatakan mengetahui perkembangan itu.
Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang berbicara kepada media.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan ratusan orang Rohingya terdampar di setidaknya dua pukat ikan antara Bangladesh dan Malaysia.
Para pengungsi dilaporkan berusaha mencapai Malaysia secara ilegal, tetapi gagal karena patroli yang ketat untuk mencegah wabah virus Corona.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pemerintah Inggris dan Human Rights Watch (HRW) baru-baru ini mendesak Bangladesh untuk melindungi semua pengungsi yang mengambang di laut.
Tetapi pemerintah Bangladesh hanya merespon seadanya dengan alasan semua negara lain di kawasan Teluk Bengal juga harus berbagi tanggungjawab melindungi mereka. .
Bhasan Char sebelumnya terendam banjir.
Tetapi pemerintah Bangladesh pada Januari 2020 mengatakan siap menampung hingga 100.000 pengungsi Rohingya dari kamp-kamp yang ramai dan jorok tempat di Cox's Bazar.
banjir, rumah, rumah sakit, dan masjid dibangun di pulau itu.
Namun, belum ada pengungsi yang setuju untuk pindah ke pulau itu, dan PBB dan lembaga internasional lainnya tidak menunjukkan optimisme relokasi ke Pulau Bhasan Char yang baru dibangun itu.
Lebih dari 700.000 Muslim Rohingya datang ke Bangladesh mulai Agustus 2017.
Saat itu, militer Myanmar yang mayoritas beragama Budha memulai tindakan keras terhadap mereka sebagai tanggapan atas serangan gerilyawan .
Kelompok-kelompok hak asasi global dan PBB menyebut kampanye pembersihan etnis yang melibatkan pemerkosaan, pembunuhan, dan pembakaran ribuan rumah.
Saat ini lebih dari 1 juta Rohingya tinggal di Bangladesh.
Rohingya tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar, membuat mereka tidak memiliki kewarganegaraan, dan menghadapi diskriminasi yang disetujui negara.(*)