SIGLI - Pemkab Pidie akan mengantisipasi serangan gajah ke kebun dan pemukiman penduduk Kecamatan Tangse. Direncanakan akan dipasnag kawat kejut listrik sepanjang 10 kilometer di luar perkebunan warga untuk menghalau amukan gajah yang kerap mengganggu pemukiman warga, mengingat konflik gajah masih sangat tinggi.
Wakil Bupati (Wabup) Pidie, Fadhlullah TM Daud, kepada Serambi, Selasa (2/6) mengatakan, hasil survei Fauna dan Flora Internasional (FFI) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh maka diperlukan pemasangan kawat listrik atau power fencing sepajang 10 kilometer. Dikatakan, dimulai dari gerbang masuk gajah di kawasan hutan Keumala, Pidie.
Dia menjelaskan gerombolan gajah berjumlah 40 hingga 50 ekor biasanya masuk dari Simeuleuk, Aceh Besar. Kawasan Simeuleuk merupakan perbatasan Pidie dengan Aceh Besar dan Aceh Tengah.
"Habitat gajah dari Aceh Besar masuk ke kawasan Pidie untuk mencari makan. Kawasan dilalui gajah itu dari Sakti, Keumala hingga Beungga, Kecamatan Tangse. Jadi di jalur masuk itu kita pasang pagar kawat kejut listrik sehingga kawanan gajah liar itu tidak bisa masuk lagi ketiga lokasi yang disinggahinya," jelasnya.
Dia menyebutkan, pemasangan kawat kejut listrik salah satu strategis untuk menghalau kawanan gajah liar dalam jangka pendek dan bukan jangka panjang. Pemasangan power fencing tersebut sebagai tahap perdana dalam upaya menghalau gajah liar. Pagar kejut tersebut dipasang di luar areal perkebunan warga sehingga aktivitas warga berkebun tidak terganggu.
"Ini tahap pertama Pemkab memasang pagar kejut listrik di Tangse. Lanjutan pemasangan kawat kejut listrik nanti akan dilakulan di Keumala hingga Kecamatan Sakti," ujarnya. Dikatakan, kawanan gajah liar yang masuk dan berkeliaran di hutan Pidie tercatat tiga kelompok dengan lintasan yang berbeda.
Ditambahkan, satu gerombolan dari Sakti, Keumala hingga Tangse, kemudian kawanan gajah yang lain juga satu kelompok melalui Tiro, Mutiara Timur, Glumpang Tiga, Bandar Baru hingga Meureudu, Pidie Jaya. Begitu juga, sebut Wabup Fadhlullah, gerombolan gajah di kawasan Mane dan Geumpang yang berkeliaran satu kelompok.
Dia menjelaskan, pemasangan kawat kejut listrik bukan satu solusi untuk jangka panjang, meski beberapa daerah seperti Kabupaten Bener Meriah juga telah memasang kawat kejut listrik dalam upaya menghalau gajah. Sehingga dengan alat sederhana itu, kawanan gajah akan menjauh dari perkebunan warga. "Memasang kawat kejut ini tidak membutuhkan biaya besar, berbeda dengan penggalian lubang membutuhkan biaya cukup mahal," sebutnya.
Dia mengatakan, saat ini perlengkapan alat untuk pemasangan kawat kejut listrik telah tiba. Hanya saja perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga, terutama pemilik kebun. Pemasangan kawat kejut listrik juga akan melibatkan muspika dan Forkopimda Pidie. Menurutnya perawatan terhadap pagar kawat kejut listrik juga tinggi. Untuk itu harus melibatkan aparatur gampong untuk menjaga keutuhan pagar kejut listrik tersebut.
"Pagar kawat kejut yang dipasang di Tangse merupakan bantuan FFI, saya tidak mengetahui besaran dananya. Saat ini, kawanan gajah masih di Hutan Mila, nanti saat kawanan gajah itu keluar baru dipasang pagar kawat kejut listrik," kata Wabup Pidie. Dia menambahkan, kedepan pemerintah harus memikirkan penanganan gajah liar secara jangka panjang.
Gajah sebagai makhluk herbivora (pemakan tumbuhan) harus dicari satu lokasi sebagai habitatnya. Sebab, kawanan gajah liar harus mampu hidup berdampingan dengan manusia. Jangan terus terjadi konflik antara gajah dengan masyarakat. Sehingga di lokasi habitat gajah tersebut bisa menjadi tempat rekreasi bagi warga yang ingin menyaksikan gerombolan gajah liar.(naz)