SERAMBINEWS.COM, LONDON - Negara Eropa mulai membuka sekolah, dari Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi, Senin (8/6/2020).
Kebijakan itu diambil sebagai tahapan pencabutan lockdown di seluruh negara Uni Eropa.
Negara-negara Eropa yang paling parah terkena virus Corona memberlakukan ke New Normal.
Dilansir AFP, Senin (8/6/2020), bar dan restoran juga kembali dibuka.
Bahkan, pembatasan perjalanan dicabut dari London, Inggris ke Brussels, Belgia sampai Moskow, Rusia.
Inggris pada Senin (7/6) meluncurkan karantina selama 14 hari untuk semua pelancong yang memasuki negara itu.
Pub dan restoran membuka pintu mereka di Belgia, tetapi dengan langkah-langkah sosial yang berlaku,.
Irlandia juga membuka sekolah, toko dan memungkinkan pertemuan dan perjalanan, juga dengan batasan.
Selandia Baru sementara itu mendukung harapan bagi seluruh dunia ketika Perdana Menteri Jacinda Ardern menyatakan negaranya telah mengalahkan virus.
Ardern mencabut semua pembatasan, termasuk pembukaan kembali sekolah, meskipun kontrol perbatasan tetap ketat.
Langkah-langkah dicabut setelah pasien virus Corona terakhirnya dinyatakan pulih, mendorong pemimpin itu untuk menari di sekitar ruang tamunya dalam sebuah perayaan.
"Kami yakin telah menghilangkan penularan virus di Selandia Baru untuk saat ini," kata Ardern.
Moskow, Senin (8/6) mengatakan akan meringankan pembatasan perbatasan dan mencabut lockdown di Ibu Kota Rusia mulai Selasa (9/6).
Irlandia mengatakan akan mengizinkan pertemuan enam orang dan memungkinkan warga untuk melakukan perjalanan hingga 20 kilometer dari rumah, dari sebelumnya lima km.
Di Brussel, pelanggan yang haus mengantri di pagi hari untuk minuman dingin di L'Union, ingin sekali minum di sebuah pub lagi setelah tiga bulan penutupan .
• Heboh Anggota Parlemen Eropa Hanya Pakai Celana Dalam Saat Rapat Dengan Komite Parlemen Eropa
• Orang Gemuk dan Penderita Diabetes di Arab Berisiko Tinggi Terkena Virus Corona
• Makin Diminati, Jepang, Inggris dan Taiwan Setuju Penggunaan Remdesivir untuk Pasien Corona
Hal itu sangat melegakan bagi manajer Bart Lemmens. "Aku agak khawatir sebelumnya," katanya, ketika sekitar 50 orang berkerumun di pub.
"Kami bekerja untuk menciptakan suasana yang ramah, aku takut kita akan kehilangan itu lagi, tapi apa yang terjadi? Kami diserbu pengunjung,” ujarnya.
Inggris memulai pembukaan kembali dengan lebih hati-hati, memaksakan karantina dua minggu bagi siapa pun yang datang ke negara itu melalui darat, laut atau udara, termasuk warga Inggris.
Hal memicu tindakan hukum oleh maskapai penerbangan. British Airways dan maskapai berbiaya rendah EasyJet dan Ryanair mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama:
"tindakan itu akan menghancurkan pariwisata dan menghancurkan lebih banyak pekerjaan."
Di Bandara Heathrow London, di mana hanya dua dari lima terminal beroperasi, langkah-langkah karantina disambut oleh beberapa orang .
"Itu ide yang bagus," kata Sandy Banks, 45, yang kembali ke Inggris bersama tiga anaknya dari Jamaika melalui Amerika Serikat. "Negara-negara lain melakukannya,” katanya.(*)