Kisah Inspiratif

Kisah Yopie Mundhiri Bertahan di Tengah Pandemi dengan Berbisnis Daster Beromzet Rp 80 Juta/Bulan  

Penulis: Mawaddatul Husna
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Owner Gram Fashion, Yopie Mundhiri memperlihatkan salah satu daster yang diproduksinya dalam Program Serambi Podcast Edisi Bincang Bisnis yang disiarkan langsung melalui Facebook Serambinews.com, beberapa hari lalu.

Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Di tengah pandemi Covid-19 atau virus corona yang terjadi saat ini berbagai usaha terkena dampaknya, mulai permintaan hingga omzet yang menurun.

Tak jarang sejumlah pelaku usaha harus menutup usahanya atau memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya.

Dampak dari pandemi ini juga dialami oleh Yopie Mundhiri SE, seorang pelaku usaha di bidang percetakan dan catering di Jakarta.

Kedua usahanya tersebut juga mengalami penurunan omzet hingga 95 persen, sehingga putra asal Aceh ini harus “memutar otak” agar tetap menghasilkan cuan ditengah keadaan yang tak menentu ini.

“Apapun keadaannya potensi pasar itu tetap ada, kita harus benar-benar jeli melihat peluang. Waktu itu istri iseng dengan menjadi reseller kecil, dia beli 9 piece daster kemudian dijual melalui Shopee. Saya lihat ini jalan, walaupun sedikit tapi jalan. Saya kan orang bisnis, saya melihat ada potensi ini daster, semakin PSBB semakin banyak orang di rumah, maka permintaan daster tinggi. Logika saya seperti itu,” kata Yopie saat menjadi narasumber dalam Program Serambi Podcast Edisi Bincang Bisnis beberapa hari lalu.

Baca juga: Berstatus Guru Bakti, Wulandari tak Surut Prestasi

Baca juga: Mandiri Syariah Gelar Program Peduli dan Berbagi dalam Rangka Milad Ke-21

Baca juga: Rapim DPA PA Hasilkan 22 Rekomendasi, PA Tetapkan Muzakir Manaf Sebagai Calon Gubernur Aceh 2022

Program Serambi Podcast yang mengangkat tema “Tumbuh dan Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19”, ini disiarkan langsung melalui Facebook Serambinews.com.

Dengan melihat potensi pasar tersebut, akhirnya Yopie membeli 100 piece daster dengan empat merk untuk dijual melalui online. Dari 100 piece itu sisa 20 persen, kemudian ia tambah lagi menjadi 300 piece masih dalam minggu yang sama.

“Ketika angka 300 piece itu mulai menipis saya tambahin lagi 500 piece, kemudian saya tambah menjadi 1.000 piece. Intinya dalam satu bulan itu saya menjual merk orang 4.000 sampai 5.000 piece daster,” sebut Owner Gram Fashion ini.

Selama menjual produk itu, Yopie mengaku sudah menemukan jaringan pasarnya baik itu di Makassar, Palembang, Pekanbaru, Aceh, Medan.

Selanjutnya, pada bulan kedua ia memutuskan untuk membuat konveksi sendiri dengan modal awal dua mesin jahit, satu mesin obras, dan satu mesin potong yang kecil.

“Belum tahap yang besar, kan kita masih tester cuma kita sisip dengan produk orang. Produk orang itu kita amati, kita teliti, kita modifikasi. Apa kelemahan punya orang, mereka enggak plastikin satu per satu. Jadi saya buat yang lebih masing-masing baju saya plastikin satu per satu. Jadi reseller mau jualan dimanapun, di pasar, bajunya tidak kotor dan harganya sama dengan kompetitor,” jelas Yopie.

Daster yang ditawarkan Yopie pun memiliki sejumlah keunggulan, antaranya motif yang lebih modern, bahan yang digunakan rayon viscon, lebih nyaman dipakai.

“Jual produk orang itu hanya satu bulan, bulan kedua saya langsung masukkan mesin sendiri, dari awal sedikit-sedikit lama-lama banyak. Alhamdulillah 4 bulan kita sudah bisa produksi 40.000 piece daster ke seluruh Indonesia dan itu habis. Omsetnya sekitar Rp 80 juta/bulan dengan angka penjualan Rp 400 juta,” sebutnya.(*)

Berita Terkini