Laporan Yulham | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Bila bagi sebagian orang tempurung kelapa hanya menjadi limbah tanaman, maka hal itu tidak berlaku di tangan Syahruddin, warga di Aceh Barat.
Mengandalkan becak motor barang, ia bahkan berpatroli ke kebun hingga pasar, mencari batok kelapa.
Syahruddin pun tidak meminta gratis setiap tempurung kelapa yang diinginkannya, tapi memberi ganti rugi Rp 10.000 untuk satu karung.
Setelah merasa cukup memiliki tempurung kelapa, Syahruddin kemudian membersihkan sisa-sisa serabut, lalu setiap tempurung kelapa itu diolahnya menjadi arang.
Tentu saja, nilai jualnya sudah berbeda, yang sebelumnya Rp 10.000 perkarung, berubah menjadi Rp 6.000 perkilogramnya.
Syahruddin mengaku sudah melakukan aktivitas ini sejak 2014 silam dengan lokasi produksi menumpang pada kebun milik orang, di pesisir pantai Desa Suak Ribee, Kecamatan Johan Pahlawan.
Proses pembuatan arang batok kelapa memakan waktu hingga enam jam, ddan selama itu pula Syahruddin harus memastikan tidak ada api yang menyala.
Setiap harinya, ia mampu menghasilkan 80 hingga 120 kilogram arang tempurung kelapa yang dijual ke sejumlah rumah makan dan pedagang keliling di Aceh Barat, Nagan Raya serta Aceh Jaya.