Laporan Idris Ismail | Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Peringatan puncak malam agung Isra dan Mikraj 1442 H di Masjid Agung Al-Falah Kota Sigli, Pidie, Rabu (10/3/2021) malam berlangsung lebih khidmad.
Dalam perayaan malam agung Israk Mikraj itu, Dosen tetap Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh pada Fakultas Adab dan Humaniora Bahasa dan Sastra Arab yang juga selaku pakar ilmu Tafsir Al-Quran, Tgk H Fahmi Sofyan LC MA mengungkapkan bahwa peringatan sejarah penting malam agung Israk dan Mikraj menjadi momen dalam intropeksi dan peningkatan iman sejati bagi setiap insan atau muslim sejati.
"Peristiwa besar Israk dan Mikraj dalam sejarah bangsa Arab sangat tidak dipercaya terutama dalan benak pikiran dan hati Abu Jahal apalagi perjalan yang dilakukan oleh keponakannya itu, Baginda Nabi besar Muhammad SAW dengan jarak yang sangat jauh dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa dengan jarak tempuh 1.500 KM serta menembus ruang angkasa atau Sidratul Muntaha dalam rentang waktu satu malam dengan memnerima perintah ibadah Shalat lima waktu serta bertemu langsung dengan Sang Pencipta, Allah SWT menjadi tak masuk akal,"sebutnya dihadapan ratusan para jamaah Shalat Insya.
Menurut Alumni S2 Universitas Um Durman, Sudan yang juga selaku anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh itu, peristiswa agung ini hanya orang mukmin yang memiliki kenyakinan penuh dalam mempercayai peristiwa besar yang terjadi pada malam penuh berkah dan mulia ini.
Perlu diketahui perjalanan Nabi Muhammad SAW bukan dalam dimensi manusia. Akan tetapi peristiwa dimaksud masuk dalam demensi Tuhan (Allah). Yaitu perjalanan nabi dilakukan dengan pengawalan malaikan Jibril AS serta menggunakan kendraan Buraq hingga menembus Sidratul Muntaha dalam satu malam.
Memang, perjalanan ini menjadi tidak masuk akal atau logika bagi manusia yang tidak sempurna iman. Ini ranahnya kenyakinan atau iman yang sempurna maka bagi orang tidak beriman persoalan peristiwa mulia Israk Mikraj tidaklah terjangkau pemikirannnya sama sekali.
Jadi, peritiwa ini menjadi momen untuk menjadi intropeksi bagi ketulusan hati dan jiwa. Perintah ibadah Shalat adalah memberi dampak besar dalam membentuk hati yang sempurna sehingga melahirkan moralitas tinggi. Maka sangatlah tidak heran jika seseorang mukmin ibadah Shalatnya benar dilakukan maka dengan sendirinya ia akan terpelihara pula setiap hubungan sesama baik dengan manusia maupun hubungan dengan Tuhan.
"Shalat pada inti ruhnya mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar,"jelasnya.
Baca juga: Ingin Peringati Isra Mikraj, Ulama yang Juga Penceramah di Masjid Al-Aqsa Ditahan Israel
Baca juga: CPNS 2021 - Tips Persiapan Menghadapi Tes CPNS, Sebelum Ujian Hingga Saat Ujian
Baca juga: Tak Kaget Moeldoko Jadi Ketua Umum Demokrat, Gatot Nurmantyo: Harusnya Kedepankan Sikap Ksatria
Baca juga: Polisi Tangkap Pembunuh Siswi SMA di Bogor, Mayat Dimasukkan Dalam Plastik Sampah, Ada Korban Lain
Wakil Bupati Pidie, Fadhlullah TM Daud ST dalam sambutan singkat dihadapan para jamaah mengatakan, peristiwa Israk dan Mikraj ini terjadi dalam momen bulan Rakjab maka momentum dalam rangkaian pada malam agung agar senantiasa memperbanyak ibadah Shakat serta zakat hingga sedeqah besyarikat (kelompok) lewat kenduri.
"Apalagi masyarakat di Pidie yang identik dengan kenduri khas kuliner Apam (Serabi) yang dilakukan dengan saling bahu membahu sesama warga menjadi tradisi dalam memelihari silaturaahmi dengan memberikan Apam kepada sesama,"jelasnya.
Menurutnya, dengan silaturrahmi itu telah memberikan dampak besar dalam menundukkan hati bersama. Maka sebaliknya jika hati telah retak maka untuk menyatukan kembali membutuhkan dana yang cukup besar.
Maka lewat tradisi kenduri bersama Apam di bulan Rakjab ini telah memberikan ikatan ukhuwah cinta bersama muslim sehingga dengan mudah membangun peradaban untuk sebuah ukiran tinta sejarah untuk masa kedepan.
"Peradaban besar menjadi ummat yang solid dalam membina persatuan dan kesatuan ummat yaitu menjadi Ummatun Wahidaht" ungkapnya.(*)