Berita Aceh Barat

Warga Mulai Gatal-gatal Diduga Akibat Pencemaran Krueng Woyla

Penulis: Sadul Bahri
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga nelayan memperhatikan kondisi air sungai yang keruh di Desa Peuribu, Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat, Sabtu (20/3/2021)

Laporan Sa'dul Bahri | Aceh Barat

SERAMBINEWS.COM, MEULABOH - Sebagian warga di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), Krueng Woyla, Kabupaten Aceh Barat mulai merasakan dampak dari dari pencemaran sungai tersebut.

Warga menduga air yang keruh di hulu sungai tersebut akibat adanya aktivitas penambangan.

Sehingga kondisi air sungai hingga saat ini masih terus keruh, dan pada Sabtu (20/3/2021) kondis air semakin parah.

Wakil Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS), Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat Muhibuddin mengungkapkan, dampak dari pencemaran Sungai Woyla semakin dirasakan oleh masyarakat saat ini, salah satunya gatal-gatal dan semakin minimnya pendapatan di sungai tersebut.

Baca juga: Berikut 20 Negara Paling Bahagia di Dunia, Indonesia di Posisi Ini

Para warga yang berada di kawasan aliran sungai tersebut selama ini memanfaatkan sungai tersebut sebagai pendapat ekonomi melalui ikan dan lokan.

"Pencari lokan dan ikan di Krueng Woyla kini sudah mulai menderita gatal-gatal atau alergi kulit, karena saat mencari lokan dan ikan berada di air keruh tersebut," ungkap Muhibuddin.

Disebutkan, selama ini masyarakat juga memanfaatkan air sungai tersebut bukan hanya untuk mencari ikan sebagai pendapatan ekonomi.

Tapi juga digunakan untuk dikonsumsi, hampir rata-rata masyarakat yang berada dekat sungai tersebut menarik air ke rumah dengan menggunakan mesin pompa air jenis Sanyo.

Baca juga: Ada Kalimat Haru Dalam Surat Nayla Anak Tukang Parkir Kepada Kapolda Aceh Irjen Wahyu Widada

"Kita berharap pemerintah tidak berdiam diri dengan kondisi lingkungan yang kami duga telah telah terjadi pencemaran akibat adanya aktivitas di hulu sungai," harap Muhibuddin.

Sementara Musliadi warga Peuribu, Kecamatan Arongan Lambalek menyebutkan, sebelumnya sungai tersebut salah satu tempat pendapatan ekonomi masyarakat selama ini untuk mencari ikan.

Namun sejak terjadi pencemaran dengan keruhnya sungai tersebut pendapatan sudah semakin kecil.

"Biasanya dalam satu minggu saya bisa mendapatkan penghasilan dari sungai itu mencapai Rp 500 rabu, tetapi saat ini Rp 300 ribu sudah sulit karena ikan-ikan sudah sulit didapatkan di air keruh," kata Musliadi.

Baca juga: Langgar IMB, Dinas PUPR Banda Aceh Surati Pemilik Hotel Diana, Tapi Pekerjaan Terus Dilanjutkan

Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aceh Barat, Mulyadi SHut menyebutkan, keruhnya sungai Krueng Woyla diduga akibat aktivitas penambangan emas di kawasan Sungai Mas.

Dimana Penambangan tersebut saat dilakukan pengerukan tanah air tidak diendapkan dulu, sehingga terus mengalir ke sungai, sehingga mengakibatkan air sungai menjadi keruh.(*)

Berita Terkini